Selalu Ingin Jadi yang Pertama Salah Satu Sebab Maraknya Penyebaran Hoaks

Tak heran ada peningkatan grafik yang masif dalam penyebaran hoaks di ruang publik, seperti media sosial.

oleh Salma Aulia Diperbarui 01 Mar 2023, 07:00 WIB
Diterbitkan 01 Mar 2023, 07:00 WIB
Ilustrasi Hoaks Hoax
Ilustrasi Hoaks. (Freepik)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Digitalisasi informasi mempermudah segala proses produksi hingga distribusi media informasi, sehingga membuat seorang berkeinginan menjadi yang pertama dalam segala hal. Termasuk dalam hal pertama menyebarkan informasi terbaru.

Potensi menyebarnya hoaks tentu sangat besar di masa-masa seperti ini. Tak heran ada peningkatan grafik yang masif dalam penyebaran hoaks di ruang publik, seperti media sosial.

 “Secara umum, orang itu percaya dengan hoaks sangat erat kaitannya dengan kemampuan kognitifnya. Jadi apakah dia itu mampu membedakan ciri-ciri berita hoaks apa tidak, apakah kemampuan penalarannya baik atau tidak,” ujar Nuri Sadida PhD Researcher Universitas Radboud, Belanda dalam acara Virtual Class bertema “Tantangan Pemilu 2024: Hoaks Berulang Kenapa Warga Masih Percaya?” yang digelar Liputan6.com, Jumat (24/02/2023),

 

Virtual Class
PhD Researcher Universitas Radboud, Nijmegen, Belanda, Nuri Sadida, saat tampil sebagai narasumber pada program Virtual Class bertajuk “Tantangan Pemilu 2024: Hoaks Berulang, Kenapa Warga Masih Percaya?” yang diselenggarakan Liputan6.com, (24/2/2023). (Istimewa)... Selengkapnya

Nuri menyebut, dalam konteks informasi politik, reaksi orang terhadap suatu berita juga sangat erat kaitannya dengan faktor keyakinan (believe/bias) yang dimilikinya. ”Sehingga ketika ada informasi hoaks ia akan langsung percaya, karena sesuai dengan pandangannya, tanpa cross check terlebih dahulu,” ujar Nuri,yang juga dosen psikologi di Universitas Yarsi, lagi.

Secara spesifik, semakin informasi selaras dengan keyakinan seseorang, maka lebih besar kemungkinannya dia menyebarkan lebih luas lagi informasinya. Begitu sebaliknya jika tidak selaras, maka keinginan untuk menyebarkan tidak ada karena bertentangan dengan keyakinan yang dimiliki.

“Maka dari itu, penting sekali memiliki believe yang sehat,” ujar Nuri.

Tentanga Cek Fakta Liputan6.com

Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.

Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi patner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya