Meta Manfaatkan AI Berantas Disinformasi di Facebook

Selain memanfaatkan AI, Meta mengungkapkan, peran penting dari pihak ketiga yaitu pemeriksa fakta untuk mengecek lebih jauh mengenai konten yang diduga mengandung misinformasi dan disinformasi tersebut.

oleh Hanz Jimenez Salim diperbarui 25 Mar 2023, 20:00 WIB
Diterbitkan 25 Mar 2023, 20:00 WIB
Meta Sign
Facebook meluncurkan tanda Meta baru mereka di kantor pusat perusahaan di Menlo Park, California, Kamis, 28 Oktober 2021. Facebook Inc. yang diperangi mengubah namanya menjadi Meta Platforms Inc., atau Meta, untuk mencerminkan apa yang CEO Mark Zuckerberg mengatakan komitmennya untuk mengembangkan t

Liputan6.com, Jakarta - Kepala Kebijakan Misinformasi Meta Asia Pasific, Alice Budisatrijo mengatakan bahwa teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligent (AI) memiliki peranan penting untuk memberantas hingga memitigasi misinformasi dan disinformasi yang beredar di platform media sosial milik Meta.

"Penting sekali ya, saya rasa AI itu. Karena pengguna platform media sosial kami lebih dari 2 miliar, ratusan juta konten diposting setiap hari, tidak mungkin kami cuma mengandalkan reviewers ataupun pemeriksa fakta yang tentunya manusia," kata Alice dilansir dari Antara, Sabtu (25/3/2023).

Alice menambahkan bahwa kehadiran AI dapat membantu untuk mendeteksi potensi misinformasi dan disinformasi dengan melatih machine learning yang mempelajari konten-konten yang dilaporkan oleh pengguna.

Meski demikian, Alice mengungkapkan, peran penting dari pihak ketiga yaitu pemeriksa fakta untuk mengecek lebih jauh mengenai konten yang diduga mengandung misinformasi dan disinformasi tersebut.

Terkait pemeriksa fakta, Meta telah bekerja sama dengan 90 mitra di seluruh dunia dan di Indonesia, seperti dari Kompas, Liputan6.com, Tirto, Mafindo, dan lainnya. Mitra pemeriksa fakta ini telah disertifikasi melalui Jaringan Pemeriksa Fakta Internasional yang independen dan tidak memihak.

"Kalau pengguna melaporkan konten, itu sangat berguna untuk melatih AI kami. Tapi itu bukan satu-satunya signal yang kami punya,” ujar Alice.

"Jadi benar kami terus mengimbau semua pengguna Facebook untuk melaporkan konten kalau mereka melihat apa yang melanggar kebijakan Facebook ataupun misinformasi. Tapi ada cara-cara lain juga. Artikel cek fakta dari pemeriksa fakta itu melatih AI kami untuk bisa lebih mengenali disinformasi," tutur dia.

Alice menekankan bahwa Meta memiliki komitmen untuk memberantas disinformasi. Upaya ini dilakukan demi menjaga platform-platform milik Meta agar lebih aman untuk para penggunanya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Tiga Strategi Meta Tangkal Disinformasi di Facebook.

Meta
Facebook baru saja mengumumkan perubahan nama menjadi Meta. (Foto: Facebook)

Kepala Kebijakan Misinformasi Meta Asia Pasifik, Alice Budisatrijo mengungkapkan bahwa Meta memiliki tiga strategi untuk mengatasi misinformasi di Facebook, yakni hapus, kurangi, dan informasikan.

Alice mengatakan, saat ini Facebook mempunyai 2 miliar pengguna aktif harian di seluruh dunia. Dengan konten yang sangat beragam diunggah setiap harinya. Alice menambahkan, sebagian konten-konten itu berpotensi memuat misinformasi.

Alice memastikan, pihaknya akan terus memberantas misinformasi, disinformasi, dan hoaks yang muncul di Facebook. Konten-konten yang dihapus antara lain misinformasi yang bisa membahayakan, video yang dimanipulasi atau deepfake, gangguan pemilih dalam pemilu, serta pelanggaran lain mengacu pada standar komunitas yang ditetapkan Meta.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya