Awan Cumulonimbus, Raja dari Segala Awan

Inilah awan cumulonimbus yang diduga mengakibatkan hilangnya kontak AirAsia QZ 8501

oleh Rina Nurjanah diperbarui 29 Des 2014, 10:11 WIB
Diterbitkan 29 Des 2014, 10:11 WIB
Awan Cumulonimbus
Awan Cumulonimbus

Citizen6, Jakarta Awan ini menjadi awan yang paling ditakuti oleh para penerbang. Betapa tidak, awan ini yang paling sering menyebebkan bencana seperti tornado, puting beliung dan hail hanya dapat terbentuk di dalam awan ini. Awan Cumulonimbus merupakan satu-satunya awan yang dapat menghasilkan muatan listrik menjadikannya seperti baterai raksasa di langit.

Awan Cumulonimbus ini berbentuk awan padat dengan perkembangannya vertikal menjulang tinggi mirip seperti gunung atau menara. Bagian puncaknya berserabut, tampak berjalur hampir rata dan berbentuk mirip landasan yang dikenal sebagai anvil head. Awan Cumulonimbus ini terdiri dari tetes-tetes air di bagian bawah, sedangkan di bagian atas terdiri dari tetes-tetes salju atau kristal es. Adanya updraft dan downdraft sehingga memungkinkan terjadinya sirkulasi dan gesekan yang terjadi antara partikel-partikel awan didalamnya inilah yang dapat menimbulkan muatan listrik.

Awan yang terbentuk akibat dari ketidakstabilan atmosfer ini dapat terbentuk sendiri, berkelompok, atau di sepanjang front dingin di garis squall. Awan Cumulonimbus ini menimbulkan kilat dan guntur, hingga hujan lebat, angin kencang bahkan hujan es. Jika terbentuk menjadi supersel mengakibatkan badai petir besar. Awan cumulonimbus yang dihadapi pilot AirAsia QZ 8501 ini juga mengingatkan kita akan tragedi Sukhoi Superjet 100 Rusia saat menabrak tebing Gunung Salak, Bogor pada 9 Mei 2012 silam. Selain itu juga terhempasnya Lion Air di perairan Bali pada 13 April 2013 lalu yang juga diidentifikasi karena adanya awan Cumulonimbus.

Semoga keselamatan selalu menyertai para penumpang AirAsia QZ 8501 dan kita semuanya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya