Perpeloncoan Adalah Warisan Zaman Kolonial

Perpoloncoan mungkin kini telah berganti nama menjadi masa orientasi, namun bentuknya masih saja sama

oleh Rina Nurjanah diperbarui 31 Jul 2015, 07:04 WIB
Diterbitkan 31 Jul 2015, 07:04 WIB
Perpeloncoan, Warisan Zaman Kolonial
Perpoloncoan mungkin kini telah berganti nama menjadi masa orientasi, namun bentuknya masih saja sama

Citizen6, Jakarta "Kami meminta kepada orangtua siswa baru untuk memantau jika ada perpeloncoan. Sekolah yang terbukti mendiamkan hal tersebut akan diberikan sanksi tegas," ujar Anies pada Senin, 27 Juli lalu saat mengunjungi salah satu sekolah di Lebak Bulus. Jika menemukan kasus perpoloncoan masih terjadi, orang tua dapat melaporkannya di alamat situs mopd.kemdikbud.go.id.

Perpoloncoan bukanlah barang baru, setiap kelompok biasanya mengadakan ajang tertentu untuk menyambut "anggota baru" dalam kelompok mereka. Praktek perpoloncoan di sekolah pun terjadi sejak zaman londo, zaman kolonial Hindia-Belanda. Mohamad Roem, dalam buku Bunga Rampai dalam Sejarah Jilid 3 menceritakan kisah perpeloncoan ketika dirinya masuk Stovia.

Dulu praktek tersebut disebut dengan istilah ontgroening, berasal dari kata groen yang artinya hijau merujuk pada murid baru. Maka ontgroening bertujuan untuk menghilangkan "warna hijau tersebut". Perpoloncoan berlangsung selama 3 bulan karena sekolah berasrama dan tidak ada aturan untuk menggunduli kepala kala itu.

Salah satu materi plonco yang rutin ditanyakan soal asal siswa.Ketika Roem menjawab orang Jawa, lalu ditanyakan apakah dia tahu alfabet Jawa. Dia harus mengucapkannya, lalu kemudian disuruh untuk mengucapkannya secara terbalik. Roem bisa melakukannya, tetapi sangat lambat hingga akhirnya dia disuruh untuk melafalkan alfabet Jawa secara lancar baik dari depan maupun dari belakang.

Tradisi gundul pada masa perpeloncoan dimungkinkan dimulai pada pasa kolonial Jepang menurut R. Darmanto Djojodibroto dalam buku Tradisi Kehidupan Akademik. Kata pelonco sendiri artinya adalah gundul, dimana hanya anak kecil-lah yang berkepala gundul. Perpoloncoan dinilai sebagai warisan kolonialisme dan feodalisme yang mendapatkan banyak protes dimana-mana.  Hingga akhirnya perpeloncoan diganti dengan nama masa orientasi siswa kini. Namun prakteknya masih bisa kita temukan dimana-mana. (rn)

**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini

**Ingin Dapat Ponsel Gratis ikuti #LebaranNarsis di sini

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya