Liputan6.com, Luwu Timur Jika berlibur ke Luwu Timur yang dijuluki dengan nama Tanah Bumi Batara Guru, tak lengkap rasanya jika tidak mencicipi Tuak manis yang dibuat dengan Sari Pohon Aren. Minuman tradisional tersebut banyak dijajakan di pinggiran Jalan Desa Pawosoi, Kecamatan Wotu, Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan, yang disuguhkan seperti minuman dingin oleh warga setempat.
Biasanya para wisatawan lokal maupun asing yang ingin berkunjung ke Danau Matano yang terletak di Soroako akan melewati Warung Tuak tersebut yang juga menyediakan jagung rebus hasil pertanian masyarakat setempat jika menggunakan jalur darat.
Setiap harinya para penjual Tuak manis itu mulai membuka warung dari Pukul 09.00 pagi hingga pukul 18.00 sore waktu setempat.
Advertisement
Harga tuak yang dikemas menggunakan botol air mineral ukuran 600 ML itu terbilang cukup bersahabat dengan kantong para traveling.
" Saya jual Rp 5000 per botol," lanjutnya.
Selain manis, tuak yang disuguhkan di tempat itu sengaja didinginkan agar rasa gerah dan lelah para wisatawan yang berkunjung dapat hilang karena menempuh perjalanan yang cukup jauh.
"Sengaja kami dinginkan, agar orang yang menikmati Ballo manis (Istilah setempat) tersebut rasa pegalnya hilang karena perjalanan," kata Amiruddin
Dia juga menyebutkan setiap harinya tuak manis yang ia jual sangat laris manis, terutama saat liburan atau ada kegiatan besar yang digelar di Soroako.
"Dalam sehari biasanya saya jual puluhan liter, pernah sampai 70 liter dalam sehari. Kalau tidak salah ingat waktu ada acara Festival Danau Matano di Soroako beberapa bulan yang lalu," katanya
Selain wisatawan, biasanya pengunjung yang ikut membeli tuak di tempat itu berasal dari berbagai daerah di Luwu Timur yang sedang melintas di jalan Poros Soroako tersebut.
"Biasa juga orang dari Malili yang ingin ke Mangkutana atau sebaliknya sering singgah membeli di tempat ini, kadang juga warga setempat," kata dia lagi.
Dari pengakuannya, tuak yang dijual oleh pemuda bertubuh tegap itu dibuat sendiri dan beberapa keluarganya.
"Tuak ini saya sendiri yang bikin dari sari pohon aren, dan beberapa keluarga yang juga memiliki pohon Aren," sambungnya.
Sementara itu salah seorang pengunjung, Aswan yang bekerja di salah satu Kantor Perbankan di Kota Malili mengakui hampir setiap harinya ia menyempatkan untuk singgah menikmati tuak tersebut ketika pulang kerja.
"Saya tinggal di Desa Wotu otomatis setiap hari lewat sini dan hampir setiap harinya saya singgah minum ballo manis di sini. Kadang juga saya membeli untuk keluarga di rumah. Selain karena rasanya yang manis juga karena hanya di sini ada penjual seperti ini makanya saya selalu mampir," ucap dia.
Selain bisa diminum langsung minuman yang berwarna putih tersebut juga kadang dibuat gula merah dengan melalui proses yang cukup panjang. Mulai dari memanasi tuak menggunakan kuali raksasa yang memakan waktu beberapa jam hingga proses penyetakannya yang dibuat menggunakan tempurung kelapa.
Penulis:
Sandi Darmawan
*Tonton video menarik berikut ini:
**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini
**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6