Kisah Inaq Minoq, Nenek Penggembala Sapi di Sekotong

Nenek ini terpaksa tinggal di sebuah gubuk bersama salah satu anaknya.

oleh Karmin Winarta diperbarui 25 Jul 2017, 16:20 WIB
Diterbitkan 25 Jul 2017, 16:20 WIB
Kisah Inaq Minoq, Nenek Penggembala Sapi di Sekotong
Foto: Istimewa

Liputan6.com, Jakarta Setiap manusia senantiasa memimpikan masa tua yang bahagia, tetapi tak sedikit dari mereka justru mengalami nasib yang sebaliknya. Inilah yang tampaknya sedang dialami oleh Inaq Minoq. Nenek berusia 59 tahun ini harus membanting tulang untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya.

Nenek ini terpaksa tinggal di sebuah gubuk bersama salah satu anaknya. Karena kemiskinannya ini ia memperoleh bantuan dari Rumah Yatim. Nenek ini tampak bahagia menerima bantuan. Ia tak berhenti menangis dan terus mengucapkan terima kasih, karena ternyata masih ada yang peduli terhadap dirinya yang papa.

Penerima sumbangan yang kedua adalah Her (58). Di masa tuanya, Her hidup dengan istri dan anak-anaknya yang masih kecil. Pekerjaan sehari-harinya mengembala sapi milik orang lain dan mencari rumput di sekitar tempat tinggalnya di dusun Mertamas Desa Kedaro, kecamatan Sekotong Lombok Barat, NTB.

Di masa tuanya, Her harus banting tulang untuk mencari sesuap nasi dari pagi hingga petang hari.

Mirisnya kehidupan mereka tak berhenti di situ. Layaknya orang tua, mestinya sudah mempunyai tempat tinggal yang baik, Her sampai hari ini tidak mempunyai rumah yang layak.

Ia dan keluarganya terpaksa tinggal di kandang sapi gembalaannya. Tentu saja kandang sapi itu tak berdinding sama sekali. Hanya atap kandang yang melindungi mereka dari panas dan hujan. Di tempat inilah ia bersama istri dan anaknya yang masih SD berlindung.

Jangan bayangkan tempat tinggal itu seperti rumah kebanyakan. Di kandang itu, mereka tidur tanpa kasur, tempat tidur, apalagi lemari, meja, dan kursi. Untuk menahan hawa dingin pegunungan Sekotong, ia memasang kain sebagai dinding.

Tak ada yang bisa membantu mereka di masa tuanya selain dirinya sendiri, tetangga pun  tak mampu menolongnya karena kondisi mereka pun tak jauh beda dengannya yaitu hanya buruh pengembala dan buruh tani saja.

Maka, kedatangan Rumah Yatim menemui mereka untuk memberikan bantuan merupakan kebahagiaan tersendiri. *

Penulis:

Enuy Nuryati

**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini

**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya