Liputan6.com, Jakarta - Desa Hokse, salah satu desa di negara Nepal ini terkenal sangat miskin dan warganya sulit memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Banyak dari mereka akhirnya menempuh cara nekat dengan menjual ginjal agar tetap bisa bertahan hidup. Praktik tersebut bahkan sudah dikenal luas, hingga banyak yang menyebut desa ini dengan julukan “Kidney Valley.”
Baca Juga
Advertisement
Melansir Oddee, Senin (19/2/2018), para agen secara teratur akan mengunjungi desa tersebut untuk membujuk warga desa yang miskin agar mau menjual ginjal mereka. Tak jarang para agen menipu warga yang miskin dan berpendidikan rendah dengan mengatakan bahwa manusia hanya butuh satu ginjal untuk bertahan hidup. Kemudian setelah dioperasi ginjal mereka akan tumbuh kembali.
Salah satu warga desa, Greetha, menjadi korbannya. Ibu dari empat orang anak ini akhirnya menjual ginjal miliknya seharga 200.000 Rupee Nepal atau setara dengan Rp 27 juta rupiah. Uang tersebut pun digunakannya untuk membeli rumah.
Namun nahas, rumah yang baru dibelinya hancur setelah diguncang gempa mengerikan pada 2015.
Warga Diculik hingga Dibunuh untuk Diambil Ginjalnya
Yang lebih memprihatinkan, tak semua agen baik hati menunggu persetujuan warga desa yang akan menjual ginjalnya. Seringkali mereka menculik warga dan dipaksa melakukan operasi ginjal. Beberapa bahkan dibunuh untuk diambil kedua ginjalnya.
Meski praktik ini illegal, diperkirakan ada sekitar 7000 ginjal dijual setiap tahunnya di 10.000 pasar gelap yang beroperasi di negara tersebut.
Penulis:
Latif Munawar
Reporter Sahabat Liputan6.com
Jadilah bagian dari Komunitas Sahabat Liputan6.com dengan berbagi informasi & berita terkini melalui e-mail: SahabatLiputan6@gmail.com serta follow official Instagram @sahabatliputan6 untuk update informasi kegiatan-kegiatan offline kami.
Advertisement