Miris, Warga di Negara Ini Konsumsi Makanan Olahan Limbah

Karena kondisi yang kurang memumpuni, mereka terpaksa mengolah limbah menjadi makanan.

oleh Reza Sugiharto diperbarui 10 Mar 2018, 13:00 WIB
Diterbitkan 10 Mar 2018, 13:00 WIB
Pag-Pag, Makanan Olahan Yang Berbahan Dasar Dari Limbah
Karena kondisi yang kurang memumpuni, mereka terpaksa mengolah limbah menjadi makanan. (doc: Beepdo.com)

Liputan6.com, Jakarta - Negara yang masih kesulitan dalam memenuhi kebutuhan primer rata-rata dialami negara berkembang. Di negara berkembang masih banyak terdapat masyarakat yang kurang mampu. Salah satu negara berkembang yang memiliki angka kemiskinan yang lumayan tinggi adalah Filipina.

Sulitnya mendapat pekerjaan dan penghasilan yang tidak mencukupi, membuat masyarakat kurang mampu di Filipina khususnya di Manila, mengakali kebutuhan makanan keseharian mereka. Agar bisa bertahan hidup, mereka-pun mengolah makanan yang berbahan dasar dari limbah makanan atau makanan sisa.

Disebut "Pagpag." Makanan ini merupakan olahan yang berbahan dasar dari makanan sisa. Pagpag sangat populer di sekitaran masyarakat kurang mampu atau wilayah yang kumuh.

Pagpag biasanya mengacu pada debu yang berterbangan dari pakaian atau karpet, tapi di daerah kumuh, pagpag berarti daging yang diambil dari tempat pembuangan akhir, dibersihkan dan dimasak menjadi makanan murah.

 

 

Sekantong Daging Sisa Dihargai Rp 7 Ribu

Pag-Pag, Makanan Olahan Yang Berbahan Dasar Dari Limbah
Karena kondisi yang kurang memumpuni, mereka terpaksa mengolah limbah menjadi makanan. (doc: Beepdo.com)

Pagpag telah lama menjadi makanan pokok masyarakat kumuh Filipina. Beberapa tahun terakhir ini pagpag menjadi bisnis yang menguntungkan bagi pemulung. Mereka bisa membeli daging sisa yang dibuang dengan harga murah untuk di daur ulang menjadi makanan siap santap.

Pemulung yang sebelumnya hanya tertarik pada logam dan plastik daur ulang, sekarang mereka fokus pada makanan sisa yang berasal dari restoran cepat saji dan supermarket.

Para pemulung mencari makanan sisa bersama kucing liar dan tikus. Setelah mendapatkan yang mereka inginkan, mereka akan mengemasinya dalam kantong plastik dan menjualnya dengan harga murah.

Sekantong daging pagpag biasanya dijual seharga sekitar Rp 7 ribu dan jika sudah diolah akan dihargai Rp 3 ribu per porsinya.

Sebelum memasak kembali daging tersebut, pertama-tama akan dicuci untuk dibersihkan dan tulang-tulang akan dikeluarkan. Saat diolah, daging tersebut akan dicampur dengan berbagai saus, sayuran dan rempah-rempah.

 

Terpaksa Karena Kondisi

"Dengan jenis kehidupan yang kita jalani, pagpag sangat membantu. Dengan seharga beberapa peso, Anda sudah bisa memberi makan satu keluarga," kata seorang penduduk permukiman kumuh.

Adanya pagpag membuat otoritas pelayanan kesehatan buka suara. Mereka mengajurkan untuk tidak mengkonsumsi pagpag karena bisa menganggu kesehatan. Bahkan makanan yang dibuang, kebanyakan disemprotkan dengan desinfektan sebelum dibuang.

Salome Degollacion, ketua dari lahan kumuh Helping Land, Manila, mengatakan bahwa "Banyak orang telah meninggal karena makan pagpag, namun saat tidak memiliki pilihan lain, mau tidak mau kami akan memakan itu."

"Ini adalah mekanisme bertahan hidup bagi orang miskin yang paling miskin," kata Melissa Alipalo, spesialis pembangunan sosial.

"Mereka didorong untuk melakukan hal itu karena mereka tidak memiliki cukup uang untuk membeli makanan yang layak," kata Maria Theresa Sarmiento, manajer kesehatan dan gizi di Filipina.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya