Ahli: Polusi Udara Berkaitan dengan Risiko Depresi dan Bunuh Diri yang Tinggi

Ternyata bukan hanya kesehatan fisik yang terpengaruh oleh polusi udara.

oleh Sulung Lahitani diperbarui 31 Des 2019, 09:00 WIB
Diterbitkan 31 Des 2019, 09:00 WIB
Ilustrasi polusi udara di kota Beijing (AP/NG Han Guan)
Ilustrasi polusi udara di kota Beijing (AP/NG Han Guan)

Liputan6.com, Jakarta - Kita tahu bahwa tingkat polusi udara yang tinggi dapat memiliki dampak mengkhawatirkan pada tubuh. Polusi udara dapat berkontribusi pada penyakit paru-paru, jantung, hingga meningkatkan risiko keguguran.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) saat ini merekomendasikan agar orang-orang terpapar tak lebih dari mikrogram partikel halus (partikel seperti debu dan jelaga) per meter persegi. Masalahnya, banyak dari orang yang tinggal di kota-kota sibuk dunia seperti New York, London, Delhi, hingga Beijing, mengirup udara dengan tingkat polusi jauh di atas batas aman tersebut.

Ternyata bukan hanya kesehatan fisik yang terpengaruh oleh polusi udara. Studi terkini menemukan hubungan bagaimana polusi udara berdampak pada kesehatan mental dan menyebabkan bahaya besar.

 

 

Selanjutnya

Korea Selatan Dilanda Polusi Udara Berbahaya
Cityscape ditutupi dengan polusi udara di Seoul, Korea Selatan (10/12/2019). Korea Selatan telah mengeluarkan langkah-langkah darurat untuk polusi udara, setelah rekor tingkat debu halus menyelimuti sebagian besar negara dalam beberapa pekan terakhir. (AP Photo/Ahn Young-joon)

Hasil penelitian tersebut diterbitkan dalam Environmental Health Perspectives. Sekelompok tim dari University College London dan King's College London menilai data dari 16 negara, memeriksa bukti hubungan antara polusi udara dan lima hasil kesehatan mental: depresi, kecemasan, bipolar, psikosi, dan bunuh diri.

Melansir dari IFLScience, dalam studi baru tersebut tim menemukan bahwa peningkatan partikel halus alias PM2,5 dari 10 mikromiligram per meter persegi dalam waktu lama dapat meningkatkan risiko depresi hingga 10 persen. Di New Delhi, saja levelnya telah mencapai 114 mikromiligram per meter persegi.

 

Selanjutnya

Polusi Udara di India.
Polusi Udara di India. (Source: AP/ Manish Swarup)

Kemudian di London, rata-rata orang terpapar polusi 12,8 mikromiligram per meter persegi. Sampai-sampai peneliti percaya risiko depresi bisa turun 2,5 persen jika tingkat polusi turun menjadi 10 mikromiligram per meter persegi.

Para peneliti juga menemukan bahwa paparan jangka panjang terhadap partikel kasar polusi (partikel yang lebih besar dari debu dan asap), berdampak pada risiko bunuh diri. Temuan mereka menunjukkan seseorang yang terpapar partikel kasar polusi selama tiga hari, risiko bunuh dirinya dapat meningkat sebesar dua persen untuk setiap peningkatan 10 mikromiligram per meter persegi.

 

Selanjutnya

Udara Jakarta Buruk, Warga Beraktivitas Pakai Masker
Seorang wanita berjalan mengenakan masker pelindung untuk menghindari polusi udara buruk di Jakarta, Rabu (17/7/2019). Dinkes DKI menyarankan masyarakat untuk menggunakan masker saat beraktivitas untuk mencegah dampak polusi udara pada tubuh. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Meski demikian, para peneliti juga menunjukkan temuan mereka tidak selalu menunjukkan hubungan sebab akibat antara polusi udara dan masalah mental, hanya saja tampaknya ada semacam hubungan. Jadi, bahkan jika Anda tinggal di daerah yang sangat terpapar polusi, belum tentu Anda mengalami depresi.

"Temuan kami sesuai dengan penelitian lain yang keluar tahun ini, dengan bukti lebih lanjut pada orang muda dan dalam kondisi kesehatan mental lainnya," kata penulis senior Dr Joseph Hayes dari UCL dalam sebuah pernyataan.

"Sementara kami belum dapat mengatakan bahwa hubungan ini adalah kausal, bukti sangat menunjukkan bahwa polusi udara itu sendiri meningkatkan risiko kesehatan mental yang merugikan," pungkasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya