Liputan6.com, Jakarta Pandemi virus Corona memporak-poranda dunia dalam berbagai hal, termasuk ekonomi. Akibat kebijakan lockdown yang diterapkan, beberapa negara mengalami pelemahan pertumbuhan ekonomi. Malahan, ada yang masuk ke jurang resesi.
Baca Juga
Advertisement
Yang menyedihkan, negara-negara yang masuk ke jurang resesi tersebut mayoritas adalah negara maju dengan perekonomian yang kuat sebelumnya. Contohnya yang terbaru adalah Amerika Serikat.
Berikut ini lima negara yang masuk ke jurang resesi akibat pandemi virus Corona.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
1. Jerman
Ekonomi Jerman minus 10,1 persen pada kuartal II 2020. Dengan begitu, ekonomi Jerman masuk dalam jurang resesi karena pada kuartal sebelumnya telah mengalami kontraksi sebesar 2,2 persen.
Realisasi ekonomi Jerman pada kuartal II 2020 tersebut merupakan yang terendah sejak 1970. Hal tersebut diungkapkan oleh Biro Statistik Federal.
Ekspor dan impor barang dan jasa anjlok pada kuartal II 2020. Tidak hanya itu, konsumsi rumah tangga dan investasi alat produksi korporasi juga merosot.
Advertisement
2. Hong Kong
Pandemi Corona telah memaksa Hong Kong masuk ke jurang resesi yang lebih dalam. Kemungkinan, pemulihan dari resesi tersebut akan berlangsung lama.
Mengutip CNN, Ekonomi Hong Kong telah anjlok 9 persen dalam kuartal II 2020. Ini adalah kuartal keempat ekonomi Hong Hong berada di jalur negatif.
Sebenarnya, ekonomi negara tersebut sudah masuk jurang resesi saat aksi demo yang berkepanjangan.
"Akan sangat sulit untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi. Demonstrasi telah menjadi pukulan yang sangat keras untuk ekonomi kami," ujar Sekretaris Finansial negara tersebut, Paul Chan.
3. Singapura
Ekonomi Singapura secara resmi mengalami resesi teknis. Pada kuartal ke-2 tahun 2020, ekonomi negara tetangga Indonesia tersebut minus hingga 41,2 persen akibat terhantam pandemi Covid-19.
Prediksi nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Singapura lebih parah dari prediksi analis. Survey yang dilakukan Reuters menyatakan ekonomi negara-negara di Asia Tenggara diperkirakan merosot 37,4 persen dari kuartal ke kuartal.
Adapun, resesi teknis didefinisikan sebagai pelemahan ekonomi dalam dua kuartal secara berturut-turut. Pada Januari hingga Maret, PDB Singapura terkontraksi 3,3 persen dibanding kuartal sebelumnya.
Lalu dibandingkan tahun sebelumnya, PDB Singapura anjlok 12,6 persen pada kuartal ke-2. Angka itu juga lebih parah dari proyeksi analis yang sebesar 10,5 persen.
Kinerja ekonomi negara tersebut kian melambat setelah pemerintah Singapura menerapkan lockdown parsial, yang diklaim dapat memutus tali penyebaran Covid-19.
Lockdown parsial itu sudah dilakukan sejak April dengan menghentikan aktivitas di tempat kerja kecuali untuk pelayanan publik yang penting dan esensial serta menutup sekolah sementara. Lockdown ini berjalan di kuartal ke-2 dan dilonggarkan pada awal Juni.
Dampaknya, tentu saja aktivitas ekonomi dan dunia usaha di Singapura terhantam. Permintaan domestik menurun demikian dengan permintaan global sehingga tidak ada yang dapat dijadikan pijakan agar ekonomi tumbuh.
Advertisement
4. Korea Selatan
Korea Selatan memasuki resesi untuk pertama kalinya dalam 17 tahun terakhir. Ini karena ekspor anjlok imbas pandemi covid-19.
Bank of Korea mengumumkan bahwa produk domestik bruto negara itu turun 3,3 persen pada periode April-Juni dibandingkan kuartal sebelumnya, sebesar 1,3 persen. Ini adalah pertama kalinya ekonomi menyusut selama dua kuartal berturut-turut sejak 2003, dan penurunan kuartalan adalah yang paling curam sejak 1998.
Ekspor turun hingga 16,6 persen, dan merupakan penurunan paling tajam sejak 1963. Serta impor yang juga turun 7,4 persen. Sementara konsumsi swasta meningkat 1,4 persen karena pengeluaran yang lebih tinggi untuk barang tahan lama, seperti mobil dan peralatan rumah tangga.
"Perekonomian Korea telah menurun sejak Oktober 2017, dan goncangan covid-19 mempercepat laju penurunan ekonomi," kata direktur BOK Park Yang-soo seperti dilansir dari Nikkei, Kamis (23/7/2020).
Menteri Keuangan Hong Nam-ki mengatakan, penutupan ekonomi global selama pandemi ini telah menghentikan jalur produksi luar negeri perusahaan-perusahaan Korea di Vietnam dan India. Sehingga semakin membebani ekspor.
Resesi terjadi ketika Presiden Moon Jae-in berencana untuk menaikkan pajak properti dan penjualan untuk menjinakkan harga rumah yang melonjak, terutama di Seoul.
Kebijakan semacam itu memberi sedikit ruang bagi Bank of Korea (BOK) untuk melonggarkan kebijakan lebih lanjut. Ini karena risiko suku bunga yang lebih rendah memberikan terlalu banyak likuiditas di pasar perumahan.
Gubernur BOK Lee Ju-yeol mengatakan, pekan lalu penting untuk membiarkan aliran likuiditas melimpah ke sektor-sektor produktif. "Yang paling penting adalah kita memiliki banyak tempat produktif untuk menarik investasi," kata Lee dalam sebuah konferensi pers.
Lee mengatakan, PDB negara itu dapat berkontraksi lebih lanjut tahun ini. Lebih dalam dari perkiraan bank sentral yakni minus 0,2 persen pada bulan Mei.
5. Amerika Serikat
Amerika Serikat (AS) telah masuk jurang resesi. Ekonomi Amerika Serikat (AS) mengalami kontraksi atau minus 32,9 persen secara tahunan pada kuartal II 2020. Ini merupakan penurunan terburuk sepanjang sejarah.
Dengan ekonomi yang minus ini, Amerika Serikat (AS) masuk jurang resesi. Pada kuartal I 2020 atau periode Januari hingga Maret, pertumbuhan ekonomi AS juga telah minus 5 persen.
Mengutip CNN Business, Jumat (31/7/2020), AS terjerumus dalam jurang resesi untuk pertama kalinya dalam 11 tahun. Bisnis yang berhenti akibat kebijakan lockdown untuk menghambat penyebaran virus Corona memusnahkan pertumbuhan ekonomi yang telah dicetak selama bertahun-tahun.
Resesi biasanya didefinisikan sebagai penurunan pertumbuhan ekonomi dalam dua kuartal secara berturut-turut hingga menyentuh angka minus. Di AS, ekonomi pada kuartal I minus 5 persen dan pada kuartal II minus 32,9 persen.
Namun resesi yang terjadi di AS saat ini bukan resesi biasa. Kombinasi krisi kesehatan dan ekonomi ini belum pernah terjadi sebelumnya. Dampak yang terjadi terhadap warga Amerika Serikat (AS) sangat besar.
Pada April 2020, lebih dari 20 juta pekerjaan di AS lenyap. Hal tersebut terjadi ketika lockdown dan bisnis tutup. Sebagian besar negara bagian mengambil kebijakan tinggal di rumah.
Pademi Corona ini mendorong ekonomi AS berada di tebing. Resesi pada tahun ini hampir empat kali lebih buruk dibanding krisis keuangan sebelumnya. Sekedar mengingatkan, pada kuartal IV 2008 lalu, ekonomi AS terkontraksi atau minus 8,4 persen.
Advertisement