Liputan6.com, Jakarta Nyepi adalah Tahun Baru Hindu berdasarkan kalender Saka. Nyepi berasal dari kata sunyi, senyap, dan tidak ada kegiatan. Hari Raya Nyepi atau Tahun Baru Saka pertama kali diselenggarakan pada 78 tahun Masehi.
Baca Juga
Advertisement
Sesuai namanya, pada Tahun Baru Saka semua umat Hindu di Bali melaksanakan catur brata penyepian dan menyepi. Semua kegiatan di Bali ditiadakan seperti tempat makan, pusat perbelanjaan, hingga bandara ditutup. Tetapi, rumah sakit tetap berjalan seperti biasa.
Tujuan utama Hari Raya Nyepi adalah untuk meminta permohonan kepada Tuhan, untuk membersihkan alam manusia dan alam semesta. Oleh karena itu, perayaan ini memiliki makna sebagai hari pembaruan, kebangkitan, kedamaian, dan toleransi.
Dalam perayaannya, umat Hindu mengikuti lima ritual di antaranya upacara Melasti, menghaturkan pemujaan, Tawur Agung, Nyepi, dan Ngembak Geni.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
1. Upacara Melasti
Inti dari upacara Melasti yakni untuk menyucikan alam manusia (Bhuana Alit) dan alam semesta (Bhuana Agung). Upacara ini diselenggarakan di sumber air suci kelebutan, segara, campuran, dan patirtan.Â
Namun, kegiatan ini paling banyak dilakukan di segara. Upacara dilakukan dengan bersembahyang menghadap laut. Upacara Melasti mengusung pralingga atau pratima Ida Bhatara dengan berkeliling desa sebelum ke laut.
Pratima atau patung adalah pengganti arca yang ada di pura. Meskipun terbuat dari kertas, kayu, maupun batu, pratima sangat berharga dan dihormati bagi umat Hindu.
Tujuan berkeliling desa yakni untuk menyucikan desa berdasarkan kesucian pratima. Semua umat melakukan upacara ini dengan khidmat, tertib, dan ikhlas.
Â
Advertisement
2. Menghaturkan Pemujaan
Setelah melakukan upacara Melasti, umat Hindu mengusung pratima dan segala perlengkapannya langsung menuju Balai Agung atau Pura Desa di setiap Desa Pakraman.
Sebelum Ngrupuk umat melakukan nyejer, kemudian mereka menghaturkan bhakti atau pemujaan sesuai tujuan utama Hari Raya Nyepi.
3. Tawur Agung
Dalam bahasa Jawa Tawur berarti saur. Dalam bahasa Indonesia memiliki arti melunasi hutang. Di setiap perempatan desa atau pemukiman, mengandung lambang untuk menjaga keseimbangan.
Keseimbangan yang dimaksud yaitu Buana Alit, Buana Agung, manusia Bhuta, keseimbangan Dewa, serta merubah kekuatan bhuta menjadi dewa yang memiliki harapan dapat memberikan kesejahteraan dan kedamaian.
Acara dilanjutkan dengan Ngrupuk atau Mebuu-buu di setiap rumah tangga. Ini bertujuan untuk membersihkan lingkungan dari pengaruh Bhuta Kala, yang diartikan sebagai sesuatu yang merusak kehidupan, kemakmuran, kesehatan, dan kesuburan.
Acara Ngrupuk menghadirkan ogoh-ogoh sebagai simbol Bhuta Kala sekaligus menunjukkan kreativitas seni dalam budaya Bali.
Â
Advertisement
4. Nyepi
Umat Hindu melaksanakan Catur Brata Penyepian yang terdiri dari Amati Karya, Amati Geni, Amati Lelanguan, dan Amati Lelungan. Amati Karya adalah larangan melakukan pekerjaan. Amati Geni dilarang menyalakan api, menyalakan lampu, dan menunjukkan perasaan marah.Â
Amati Lelanguan merupakan larangan untuk bersenang-senang. Terakhir, Amati Lelungan yang merupakan larangan untuk melakukan perjalanan atau bepergian keluar rumah.
Â
5. Ngembak Geni
Ngembak Geni diawali dengan aktivitas baru dengan Mesima Krama di lingkungan keluarga, tetangga, dan dalam cakupan yang lebih luas. Mesima Krama diartikan sebagai dialog antarsesama tentang sesuatu yang sudah terjadi, baru terjadi, dan yang akan datang.
Ini juga membicarakan tentang upaya meningkatkan kehidupan lahir batin di masa depan dengan bertumpu pada pengalaman.
Penulis:
Syifa Aulia
UPN Veteran Jakarta
Â
Advertisement