Liputan6.com, Jakarta Pemerintah Kota Seoul sedang mencoba untuk meningkatkan angka kelahiran warganya yang suram dengan menawarkan lebih dari 1.600 dollar US atau sekitar Rp 23 juta dalam bentuk voucher tunai kepada orang tua dari bayi yang lahir pada tahun 2022.
Baca Juga
Advertisement
Pemerintah metropolitan Seoul membagikan bantuan tunai kepada orang tua dari bayi yang baru lahir dalam upaya untuk meningkatkan tingkat kelahiran yang menyedihkan di negara itu.
Menurut laporan Chosun Ilbo, orang tua yang mendaftarkan kelahiran seorang anak mulai 1 Januari 2022, akan memenuhi syarat untuk menukarkan voucher tunai senilai 2 juta won Korea Selatan (atau Rp 23 juta lebih). Orang tua dapat menukarkan voucher secara online dan di pusat komunitas lokal tetapi harus menggunakan voucher pada akhir tahun 2022.
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Â
Subsidi persalinan lainnya
Insentif tersebut merupakan salah satu dari beberapa subsidi persalinan yang telah diluncurkan oleh pemerintah Korea Selatan dalam beberapa bulan terakhir.
Pada bulan November, Layanan Asuransi Kesehatan Nasional negara itu mengumumkan bahwa mereka akan memberikan voucher tunai sebesar $837 atau sekitar Rp 12 juta kepada ibu baru dan $1.172 atau sekitar Rp 16 juta kepada ibu baru yang melahirkan anak kembar.
Pihak berwenang Korea Selatan juga mencabut pembatasan sebelumnya yang mencegah orang tua baru menggunakan voucher untuk membayar biaya pengobatan.
Â
Advertisement
Tingkat kesuburan Korea Selatan
Tingkat kesuburan Korea Selatan adalah 0,84 pada tahun 2020, menurut statistik kelahiran dan kematian Korea Selatan yang dirilis oleh pemerintah Korea Selatan pada tahun 2021.
Statistik tingkat kelahiran terbaru menunjukkan pergeseran mencolok dari tingkat kelahiran puncak negara itu sejak tahun 1960.
Â
Penyebab warga tak mau memiliki anak
Korea Selatan sekarang memiliki tingkat kesuburan terendah secara global, dan milenial Korea Selatan mengatakan utang yang mengejutkan dan kurangnya perumahan yang terjangkau telah menahan mereka untuk memulai keluarga.
Menurut laporan Insider, tingkat kelahiran negara itu yang sangat rendah bahkan telah berdampak pada ratusan sekolah telah dikosongkan dan ditinggalkan.
Advertisement