Studi: Wanita Lebih Berisiko Terkena Long Covid daripada Pria

Dalam tinjauan penelitian baru-baru ini, ditemukan bahwa wanita jauh lebih mungkin mengalami long Covid daripada pria.

oleh Yulia Lisnawati diperbarui 27 Jun 2022, 13:16 WIB
Diterbitkan 27 Jun 2022, 13:10 WIB
Sakit kepala dan Demam
Ilustrasi Demam dan Sakit Kepala Credit: pexels.com/pixabay

Liputan6.com, Jakarta - Tidak hanya selama masa infeksi, efek Covid-19 juga terlihat pada banyak individu bahkan setelah infeksi mereda. Jika seseorang mengalami efek ringan hingga berat pasca-Covid-19 itu disebut long Covid.

Sifat penyakit yang tidak bisa diprediksi, terutama ketidakjelasan seputar long Covid terus menjadi kekhawatiran bagi banyak ahli dan dokter.

Para ilmuwan terus berupaya untuk menemukan jawaban atas kondisi misterius tersebut, yang dikatakan bertahan selama berminggu-minggu dan berbulan-bulan setelah infeksi.

Melansir dari Times of India, Senin (27/6/2022), dalam tinjauan penelitian baru-baru ini, ditemukan bahwa wanita jauh lebih mungkin mengalami long Covid daripada pria.

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menekan perlunya fakta dan angka tentang penyakit antara pria dan wanita untuk dikumpulkan dan dianalisis secara terpisah, menurut penulis studi.

Studi yang dilakukan oleh tim peneliti dari Johnson and Johnson, melihat penelitian yang sudah ada sebelumnya, dilakukan antara Desember 2019 dan Agustus 2020 untuk Covid dan dari Januari 2020 hingga Juni 2021 untuk long Covid, yang mengevaluasi efek Covid-19 pada 1,3 jutaan orang.

Diterbitkan di Current Medical Research and Opinion, penelitian ini adalah salah satu yang pertama menilai kondisi kesehatan spesifik yang terjadi sebagai akibat dari penyakit terkait virus corona berdasarkan jenis kelamin.

“Pengetahuan tentang perbedaan jenis kelamin mendasar yang mendasari manifestasi klinis, perkembangan penyakit, dan hasil kesehatan dari Covid-19 sangat penting untuk mengindentifikasi terapi yang efektif,” kata penulis penelitian.

Perbedaan sistem kekebalan antara wanita dan pria bisa menjadi pendorong penting perbedaan jenis kelamin dalam long Covid.

“Wanita meningkatkan respons imun yang lebih cepat dan kuat, yang bisa melindungi mereka dari infeksi awal. Namun, perbedaan yang sama ini bisa membuat wanita rentan terhadap penyakit terkait autoimun yang berkepanjangan,” tambah mereka.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Waspadai gejala long Covid pada pria vs wanita

ilustrasi radang tenggorokan saat puasa/pexels
ilustrasi radang tenggorokan saat puasa/pexels

Sesuai penelitian, wanita lebih berisiko mengalami masalah telinga, hidung dan tenggorokan, suasana hati yang buruk, masalah kulit, kesulitan mencerna dan nyeri sendi serta kelelahan. Sedangkan diabetes dan gangguan ginjal lebih banyak terjadi pada pria.

Faktor risiko lain untuk long Covid

Sakit tenggorokan
Ilustrasi Sakit Tenggorokan Credit: unsplash.com/Daria

Ada beberapa faktor risiko long Covid, artinya faktor-faktor yang bisa meningkatkan peluang Anda terkena kondisi tersebut.

Para ahli percaya usia, kondisi kesehatan yang mendasarinya, prevalensi autoantibodi – antibodi yang dibuat terhadap zat yang dibentuk oleh tubuh seseorang sendiri dan status vaksinasi bisa menentukan apakah Anda rentan terhadap long Covid atau tidak.

Mereka yang paling rentan terhadap Covid-19 dan komplikasi kesehatan jangka panjangnya, harus waspada dan harus mengambil semua tindakan pencegahan termasuk mengenakan masker yang pas, menjaga jarak dan melakukan vaksinasi.

Infografis Gejala dan Pencegahan Covid-19 Subvarian Omicron BA.4 dan BA.5. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Gejala dan Pencegahan Covid-19 Subvarian Omicron BA.4 dan BA.5. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya