Liputan6.com, Jakarta - Santa Claus atau yang dalam bahasa Indonesia disebut sebagai Sinterklas kerap jadi salah satu ikon perayaan Natal sejak dahulu.Â
Sinterklas sebenarnya adalah tokoh yang terinspirasi dari Santo (Saint) Nicholas, seorang Uskup Myra di salah satu kota Romawi yang kini menjadi Turki. Saint Nicholas diketahui ada sejak tahun 270 Masehi dan menjadi uskup sejak muda.Â
Saint Nicholas juga dikenal sebagai orang yang rajin membantu orang yang kesusahan, salah satunya dengan membantu membayar mahar gadis-gadis miskin di kota tempatnya tinggal.Â
Advertisement
Selain itu, Santo Nicholas juga dikenal sebagai ‘si pemberi hadiah rahasia’. Ia dikisahkan kerap menaruh uang koin di sepatu anak-anak yang sengaja mendapatkannya untuk hadiah. Nicholas juga diketahui melakukan hal-hal tersebut dengan memakai jubah uskup berwarna merah dibantu oleh seorang anak yatim piatu.Â
Hingga kini, figur tersebut melekat dalam sosok Santa Claus atau Sinterklas di hari-hari menjelang Natal berlangsung di seluruh dunia. Tak jarang, Santa Claus di berbagai dunia juga melakukan hal yang identik dengan apa yang dilakukan Santo Nicholas.Â
Hal tersebut juga yang membuat sebagian orang mengenal Sinterklas sebagai pria berjas merah yang membawa karung penuh dengan mainan untuk diberikan kepada anak-anak.Â
Namun, Sinterklas yang kamu sering lihat di film-film atau botol Coca-Cola hanyalah salah satu versi dari gambaran Sinterklas yang identik dengan perayaan Natal. Sebenarnya di berbagai negara, Santa Claus hadir dengan penampilan berbeda-beda.Â
Dari Prancis hingga Italia, Sinterklas digambarkan memiliki visualisasi yang berbeda. Mengutip Insider, Minggu (25/12/2022), berikut bagaimana Sinterklas digambarkan di beberapa negara di dunia.Â
1. Prancis: Pere Noel atau Papa Noel
Santa Claus di Prancis dikenal dengan sebutan Pere Noel. Pere Noel biasanya mengenakan jubah merah panjang, bukan setelan merah.
Kemudian, anak-anak akan meninggalkan sepatu mereka di dekat perapian dengan harapan sepatu mereka akan diisi dengan barang-barang yang mereka inginkan setelah misa di malam Natal.Â
Pere Noel juga biasanya bepergian dengan teman yang tidak begitu ramah yang disebut Pere Fouettard, atau 'si ayah pencambuk', yang memukul anak-anak yang tidak berperilaku baik sepanjang tahun.Â
Advertisement
2. Swedia: Tomte atau Jultomten
Tomte atau Jultomten adalah makhluk yang didasarkan pada cerita rakyat Swedia. Menurut tradisi, Tomte adalah makhluk seperti kurcaci dengan penampilan seperti gnome taman yang menjaga rumah-rumah pertanian dari nasib buruk.
Meskipun pada awalnya Tomte dikaitkan dengan iblis, legenda Tomte di zaman modern ini dikaitkan dengan Sinterklas. Pada hari Natal, seorang anggota keluarga dewasa akan berpakaian seperti Jultomten.
Pakaiannya dilengkapi dengan topeng wajah seperti yang terlihat di atas. Lalu, si pemeran Tomte akan bertanya "apakah ada anak-anak baik yang tinggal di sini?" sebelum membagikan sekarung hadiahnya.
3. Norwegia: Julenissen
Nissen atau Julenissen dalam cerita rakyat Norwegia sangat mirip dengan Jultomten Swedia. Dikenal sebagai Christmas pixies atau Christmas elves, Julenissen pada awalnya adalah setan lumbung yang akan bertindak sebagai penjaga roh di atas lahan pertanian.Â
Saat ini, Julenisse berasal dari Kutub Utara dan memberikan hadiah kepada anak-anak kecil pada hari Natal, sama seperti Sinterklas versi ikonik. Tidak seperti Santa Claus, Julenisse mengenakan pakaian abu-abu dan biasanya memiliki janggut abu-abu, bukan putih.
Advertisement
4. Austria, Swiss dan Jerman: Christkind atau Christkindl
Christkind atau Christ Child adalah pembawa hadiah yang baik hati (biasanya wanita) yang meninggalkan hadiah untuk anak-anak baik pada Malam Natal. Peran Christkind ini sama seperti rekannya yang lebih terkenal, Santa Claus.
Christkind muncul di keluarga-keluarga Lutheran di Jerman, Austria, Republik Ceko, dan wilayah Slowakia. Biasanya Chriskind muncul mengenakan mahkota dan rambut pirang keriting yang panjang.Â
Penampilan seperti malaikat dan kedamaian Christkind berasal dari bayi Yesus Kristus. Christkind dipercaya berasal dari tradisi Protestan bahwa Yesus, bukannya makhluk mitologi seperti Sinterklas atau Pastor Frost, yang meninggalkan hadiah pada hari Natal.Â
Setiap tahun, kota Nuremberg di Jerman memilih seorang anak untuk memainkan peran Christkind selama festival dan perayaannya dikenal sebagai Christkindlmarkt.
5. Spanyol: Los Reyes Magos
Di Spanyol, anak-anak yang baik tidak hanya dikunjungi oleh satu, tetapi tiga sosok periang yang membagikan hadiah pada El Dia de Reyes. El Dia De Reyes adalah hari di mana tiga orang majus (atau magi) akhirnya bertemu dengan bayi Yesus pada 6 Januari.
Pada hari-hari menjelang El Dia de Reyes, anak-anak di Spanyol, Meksiko, dan negara-negara Hispanik lainnya akan menulis surat kepada mago favorit mereka, yakni Melchor, Gaspar, atau Baltasar, untuk meminta hadiah.Â
Malam itu, anak-anak meninggalkan permen untuk para magi dan jerami untuk unta yang mereka tunggangi dan menempatkan sepatu mereka di tempat yang akan dilihat oleh para magi. Keesokan harinya, persembahan akan digantikan dengan hadiah.
Advertisement
6. Islandia: Yule Lads
Yule Lads adalah 13 peri Islandia yang nakal, yang bukannya membuat mainan di bengkel Santa, malah mempermainkan anak-anak. Pottasleiki misalnya, akan mencuri sisa makanan Anda, sementara Gryla sebagai ibu dari 13 Yule Lads, akan menculik anak-anak jika mereka berperilaku buruk.Â
Selama 13 malam menjelang Natal, anak-anak Islandia meletakkan sepatu mereka di dekat ambang jendela dengan harapan salah satu dari 13 Yule Lads akan meninggalkan hadiah kecil atau permen untuk mereka. Sebaliknya, anak-anak yang berperilaku buruk malah akan menerima kentang busuk di sepatu mereka.
7. Italia: La Befana
Jauh sebelum pria berjas merah membawakan mainan untuk anak-anak pada hari Natal, La Befana, seorang penyihir baik hati yang terbang dengan sapu terbang, melakukan hal yang sama untuk anak-anak yang baik di Italia. La Befana telah menjadi bagian dari cerita rakyat Italia sejak abad ke-8.
Menurut cerita, tiga orang majus datang ke rumah La Befana pada malam Natal ketika mereka sedang dalam perjalanan untuk melihat bayi Yesus.
Dia memberi orang-orang majus itu tempat berlindung dan mereka memintanya untuk bergabung dengan mereka untuk mengunjungi anak Kristus. Dia menolak, tetapi kemudian berubah pikiran dan mencoba untuk menyusul para majus.
Namun, dia tidak pernah menemukan jalan ke Betlehem, dan sekarang setiap malam pada malam Epifani pada 5 Januari, dia terbang di atas Italia dan memberikan mainan dan permen kepada anak-anak yang baik, sambil meninggalkan batu bara untuk anak-anak yang nakal.
Advertisement