Rodrigo Duterte Ditangkap ICC, Sara Duterte Susul Bapaknya ke Belanda

Mantan Presiden Filipina Rodrigo Duterte ditangkap dan diterbangkan ke Den Haag untuk diadili di ICC atas tuduhan kejahatan kemanusiaan terkait perang anti-narkoba.

oleh Teddy Tri Setio Berty Diperbarui 12 Mar 2025, 14:00 WIB
Diterbitkan 12 Mar 2025, 14:00 WIB
Presiden Filipina, Rodrigo Duterte (kiri), dan putrinya Sara Duterte saat menghadiri pembukaan Konferensi Tahunan Forum Boao untuk Asia (BFA) 2018 di Boao, Provinsi Hainan, China selatan, 10 April 2018 (Foto: voaindonesia.com/AFP)
Presiden Filipina, Rodrigo Duterte (kiri), dan putrinya Sara Duterte saat menghadiri pembukaan Konferensi Tahunan Forum Boao untuk Asia (BFA) 2018 di Boao, Provinsi Hainan, China selatan, 10 April 2018 (Foto: voaindonesia.com/AFP)... Selengkapnya

Liputan6.com, Manila - Wakil Presiden Filipina Sara Duterte berangkat ke Belanda pada Rabu (12/3/2025) untuk bertemu dengan tim hukum mantan Presiden Rodrigo Duterte.

Kedatangannya juga direncanakan untuk membahas kasus kejahatan terhadap kemanusiaan yang dilakukannya di hadapan Mahkamah Pidana Internasional (ICC), demikian dikutip dari ABS CBN, Rabu (12/3).

Duterte terlebih dahulu telah meninggalkan Manila pada pukul 07:40 pagi dengan pesawat Emirates menuju Amsterdam, kata Kantor Wakil Presiden (OVP).

"Rincian lebih lanjut mengenai perjalanan Wakil Presiden Sara akan diberikan jika diperlukan," kata OVP.

Wakil Presiden Sara mengatakan bahwa pengaturan telah dibuat untuk perjalanannya ke Den Haag guna memeriksa kondisi ayahnya dan membahas pilihan hukum mereka dengan pengacaranya di sana.

Mantan Presiden Duterte ditangkap setelah mendarat di Bandara Internasional Ninoy Aquino (NAIA) dari Hong Kong pada Selasa (11/3).

Ia dilarikan dengan pesawat sewaan setelah lebih dari 12 jam ditahan di Pangkalan Udara Villamor.

Ia diizinkan membawa tiga orang pendamping ke dalam pesawat. Di antara mereka adalah mantan Sekretaris Eksekutif dan pengacara Salvador Medialdea.

Duterte menghadapi dakwaan kejahatan terhadap kemanusiaan yang terkait dengan tindakan keras pemerintahannya terhadap narkoba ilegal yang menewaskan ribuan orang, termasuk beberapa orang yang lewat dan anak di bawah umur.

Wakil Presiden Sara sebelumnya menuduh bahwa penangkapan ayahnya merupakan bagian dari politik menjelang pemilihan paruh waktu 2025, tetapi Presiden Ferdinand Marcos Jr. membantah klaim tersebut, dengan menyatakan bahwa kasus tersebut dimulai pada tahun 2017, jauh sebelum ia menggantikan Duterte menjabat sebagai presiden Filipina.

Promosi 1

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya