Arkeolog Menggali Kota Bersejarah 25.000 Tahun dengan Temuan 11.000 Tulang

Para arkeolog mengungkap temuan besar di al-Balad, Jeddah. Lebih dari 25.000 sisa-sisa ditemukan, termasuk pecahan tembikar, tulang binatang, dan cangkang. Penemuan ini memberikan wawasan mendalam tentang sejarah dan kehidupan di wilayah tersebut, menambah kekayaan budaya Arab Saudi.

oleh Haneeza Afra Nur Zhafirah diperbarui 08 Feb 2024, 00:19 WIB
Diterbitkan 07 Feb 2024, 23:28 WIB
Al Balad
Foto: Wikipedia

Liputan6.com, Jakarta Para arkeolog telah mengungkap sejumlah penemuan yang mengesankan di pusat bersejarah Jeddah, kota terbesar kedua di Arab Saudi. Dalam penggalian yang dilakukan pada tahun 2020 di kawasan bersejarah kota yang dikenal sebagai al-Balad, mereka menemukan sekitar 25.000 sisa-sisa, mencakup lebih dari 11.400 pecahan tembikar, hampir 11.400 tulang binatang, dan sekitar 1.700 cangkang. Program Distrik Bersejarah Jeddah mengumumkan penemuan ini, yang menjadi titik terang dalam penelitian arkeologi di wilayah tersebut.

Penemuan ini tidak hanya menambah pengetahuan tentang sejarah al-Balad, tetapi juga memberikan wawasan yang berharga tentang kehidupan manusia di kawasan tersebut pada masa lampau. Temuan mencakup bahan bangunan, artefak dari kaca dan logam, serta berbagai jenis sisa-sisa organik dan anorganik. Ini menunjukkan kekayaan budaya dan sejarah yang terkandung dalam tanah Arab Saudi, mendorong para peneliti untuk menggali lebih dalam lagi untuk memahami warisan budaya yang beragam dan kaya di wilayah tersebut.

Menurut JHDP, bahan-bahan yang ditemukan di al-Balad adalah "tambahan berharga" bagi bidang arkeologi di Arab Saudi. Temuan ini tidak hanya menyediakan bahan untuk penelitian lebih lanjut tentang sejarah kota dan wilayah tersebut, tetapi juga membuka peluang untuk lebih memahami interaksi budaya dan perdagangan di masa lalu. Dengan demikian, penemuan ini menjadi tonggak penting dalam upaya untuk menjaga dan memahami warisan sejarah Arab Saudi.

Dirangkum dari newsweek.com, berikut kisahnya!

 

1. Al-Balad Menjadi Pusat Perdagangan Sejak Abad ke-7

Al Balad
Foto: Wikipedia

Al-Balad, yang merupakan pusat sejarah Jeddah, telah memegang peran penting sejak kota ini didirikan pada abad ke-7. Sebagai pusat perdagangan yang bersejarah di tepi pantai timur Laut Merah, Al-Balad menjadi saksi perkembangan sejarah dan budaya Arab Saudi selama berabad-abad. Keberadaannya telah diakui secara internasional dengan status sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO, menegaskan nilai pentingnya dalam warisan budaya dunia.

Sebagai kawasan yang dilestarikan, Al-Balad menggambarkan arsitektur tradisional Arab dengan bangunan-bangunan bersejarah yang menjelma menjadi peninggalan berharga dari masa lalu. Bangunan-bangunan tersebut mencerminkan keragaman budaya dan arsitektur yang memperkaya identitas kota Jeddah dan Arab Saudi secara keseluruhan. Dengan mempertahankan keaslian dan karakteristik khasnya, Al-Balad memainkan peran penting dalam melestarikan dan memperkenalkan warisan budaya kepada generasi masa kini dan mendatang.

“Sejak abad ke-7 M ditetapkan sebagai pelabuhan utama jalur perdagangan Samudera Hindia, menyalurkan barang ke Mekkah. Juga menjadi pintu gerbang jamaah haji ke Mekkah yang tiba melalui jalur laut,” demikian bunyi uraian UNESCO.

“Peran ganda ini membuat kota ini berkembang menjadi pusat multikultural yang berkembang, ditandai dengan tradisi arsitektur yang khas, termasuk rumah menara yang dibangun pada akhir abad ke-19 oleh para elit pedagang kota, dan menggabungkan tradisi bangunan karang pesisir Laut Merah dengan pengaruh dan kerajinan dari masa lalu. jalur perdagangan."

2. Penemuan Potongan Porselen Berkualitas Tinggi

Al Balad
Foto: JEDDAH HISTORIC DISTRICT PROGRAM

Penelitian lapangan di kawasan lama kota Jeddah telah memberikan wawasan baru tentang sejarahnya melalui empat situs yang berbeda. Fokus penelitian mencakup Masjid Utsman bin Affan, situs arkeologi al-Shona, Parit Timur, dan bagian Tembok Utara. Temuan terbaru menunjukkan peninggalan tertua yang berasal dari abad ke-7 dan ke-8, namun tidak hanya itu, para arkeolog juga berhasil mengidentifikasi artefak dari periode-periode berikutnya yang memberikan gambaran lebih lengkap tentang perkembangan kota ini.

Masjid Utsman bin Affan menjadi salah satu situs yang menarik minat peneliti dengan penemuan artefak yang signifikan. Di sini, mereka menemukan bejana keramik dan potongan porselen berkualitas tinggi, beberapa di antaranya berasal dari provinsi Jiangxi di Tiongkok yang kemungkinan datang dari abad ke-16 hingga ke-19. Temuan ini memberikan indikasi tentang hubungan perdagangan yang luas yang pernah ada antara Jeddah dan wilayah Tiongkok pada masa lalu.

Penelitian lebih lanjut di situs-situs lain seperti al-Shona, Parit Timur, dan bagian Tembok Utara terus memberikan pengetahuan yang berharga tentang perkembangan sejarah dan budaya kota Jeddah. Dengan menganalisis temuan artefak dan struktur bangunan, para arkeolog dapat merekonstruksi cerita hidup masyarakat yang pernah tinggal di kota ini. Ini adalah langkah penting dalam memahami sejarah Jeddah dan mewujudkan upaya pelestarian dan penelitian di wilayah tersebut.

3. Penelitian Pilar Kayu Hitam yang Berasal dari Abad ke-7 dan ke-8

Al Balad
Foto: Wikipedia

Para arkeolog tidak hanya memeriksa artefak keramik dan porselen, mereka juga menganalisis pilar kayu hitam yang ditemukan di sisi mihrab Masjid Utsman bin Affan. Dengan metode analisis yang cermat, mereka menyimpulkan bahwa pilar tersebut kemungkinan berasal dari abad ke-7 dan ke-8. Kayu eboni yang digunakan dalam pilar ini memiliki asal muasal yang menarik, ditemukan di Pulau Ceylon, yang sekarang dikenal sebagai Sri Lanka, di Samudera Hindia. Temuan ini memberikan bukti nyata tentang adanya hubungan perdagangan yang luas di kawasan bersejarah Jeddah pada masa lampau.

Kehadiran kayu eboni di masjid kuno ini menyoroti pentingnya Jeddah sebagai pusat perdagangan dan pertukaran budaya pada periode tersebut. Pulau Ceylon yang jauh menjadi sumber kayu langka ini, menunjukkan skala perdagangan yang mencakup wilayah yang jauh di luar Arab Saudi. Hal ini memberikan gambaran yang lebih luas tentang kehidupan di Jeddah pada masa lalu dan hubungannya dengan kawasan perdagangan maritim di Samudera Hindia.

Analisis mendalam terhadap artefak seperti pilar kayu hitam ini membantu membuka jendela ke masa lalu, memungkinkan kita untuk melihat lebih dekat bagaimana kehidupan dan budaya berkembang di kawasan tersebut. Temuan ini memberikan kontribusi yang berharga dalam memperkaya pemahaman kita tentang sejarah Jeddah dan peran pentingnya dalam jaringan perdagangan lintas laut yang menghubungkan berbagai wilayah di dunia kuno.

4. Temuan Batu Nisan Berbahan Marmer dan Granit

Al Balad
Foto: SPA Saudi Press Agency

Penemuan di situs arkeologi Al-Shona mengungkapkan sejumlah artefak berharga yang memberikan wawasan mendalam tentang sejarah perdagangan dan keberagaman budaya di Jeddah. Di sini, para peneliti menemukan sejumlah pecahan tembikar, termasuk porselen dan keramik, yang berasal dari Eropa, Jepang, dan Tiongkok pada abad ke-13 dan ke-14. Temuan ini menunjukkan peran penting kota ini sebagai pusat perdagangan internasional yang aktif, serta integrasi budaya yang kuat dengan berbagai wilayah di seluruh dunia.

Selain pecahan tembikar yang beragam, situs Al-Shona juga menyimpan beberapa batu nisan yang memikat. Batu nisan ini, terbuat dari bahan seperti marmer dan granit, ditemukan tersebar di berbagai lokasi di kota tua tersebut. Diperkirakan berasal dari abad ke-8 dan ke-9, batu nisan ini mengungkapkan prasasti nama, tulisan di batu nisan, dan ayat-ayat Alquran. Temuan ini memberikan gambaran tentang praktik keagamaan dan budaya masyarakat yang pernah tinggal di Jeddah pada masa lampau.

Penelitian lebih lanjut di situs Al-Shona terus membuka tabir sejarah kota lama Jeddah, menyoroti peranan pentingnya dalam arus perdagangan lintas budaya dan peradaban di kawasan tersebut. Artefak-artefak yang ditemukan memberikan bukti tentang kekayaan budaya dan keagungan kota ini pada masa lampau, serta warisan yang berharga bagi masyarakat Jeddah dan seluruh dunia.

Jeddah termasuk kota apa?

Kini, Jeddah termasuk daerah metropolitan di Arab Saudi. Secara geografis, kota ini terletak di sebelah pantai timur Laut Merah pada 309 derajat garis bujur timur dan antara 21 hingga 289 derajat garis lintang utara. Jaraknya dengan Makkah dan Madinah berturut-turut sejauh 80 dan 400 kilometer.

 

 

Kenapa dinamakan kota Jeddah?

Belum jelas asal usul Jeddah, tetapi dari sumber sumber yang umumnya dibawa oleh jamaah haji, kata Jeddah berasal dari kata dalam bahasa Arab Jaddah yang berarti "nenek", sebab disana ada makam yang diyakini sebagai makam Hawa istri Nabi Adam yang merupakan nenek moyang manusia.

 

Jeddah di Mekah atau Madinah?

Mekkah (terletak di bagian barat Arab Saudi dan mencakup Thaif, Jeddah, Rabeg, Al-Laith and Al-Qunfudah).

 

Berapa jam perjalanan dari Mekkah ke Jeddah?

Waktu tempuh dari Jeddah Airport ke Makkah membutuhkan waktu sekitar 1 jam.

 

Berapa lama perjalanan ke Jeddah?

9 jam 57 menit adalah rata-rata waktu penerbangan dari Soekarno-Hatta Jakarta ke Jeddah.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya