Liputan6.com, Jakarta Juara bola voli duduk Iran - dan pria tertinggi di dunia yang kedua - telah tidur "di lantai", setelah mengetahui bahwa tidak ada tempat tidur khusus yang disediakan untuknya di Desa Paralimpiade di Paris.
Morteza Mehrzadselakjani, bintang tim bola voli duduk Republik Islam Iran, sedang bertanding untuk meraih medali emas ketiganya dan gelar Paralimpiade ke-8 bagi tim tersebut.
Atlet berusia 36 tahun itu memiliki tinggi 2,46 meter, karena kondisi langka yang disebut akromegali yang menyebabkan pertumbuhan berlebih di beberapa bagian tubuh, dan memerlukan tempat tidur khusus yang dibuat untuk mengakomodasi tinggi badannya.
Advertisement
Pelatihnya Hadi Rezaeigarkani mengatakan bahwa ia telah diberi tempat tidur di pertandingan Tokyo 2020, tetapi menemukan bahwa tidak ada tempat tidur yang disediakan untuknya di desa Paralimpiade di Paris. "Ia akan berbaring di lantai," kata Tn. Rezaeigarkani.
Namun, hal ini tidak akan menghalangi Mehrzadselakjani untuk bersaing memperebutkan medali emas, sang pelatih menambahkan.
"Ia tidak memiliki tempat tidur khusus, tetapi ia memiliki tujuan terpenting dalam benaknya. Tidak masalah baginya apakah ia akan berbaring di lantai atau tidak akan memiliki cukup makanan. Dengan cara apa pun, ia memiliki tekad untuk menjadi juara," katanya kepada Olympics.com.
Iran telah mengalahkan Ukraina dan Brasil dalam pertandingan pembuka mereka, dan akan menghadapi Jerman pada hari Selasa.
Mehrzadselakjani melakukan debut Paralimpiade di Rio pada tahun 2016, di mana Iran memenangkan medali emas, setelah berada di urutan kedua pada pertandingan Inggris pada tahun 2012.
Ia dinobatkan sebagai Pemain Paling Berharga dan Spiker Terbaik di Tokyo 2020, dan Spiker Terbaik di kejuaraan dunia 2022.
Sempat menghabiskan hidupnya di dalam kamar
Mehrzadselakjani terkadang membutuhkan kursi roda untuk bergerak, setelah kecelakaan sepeda ketika ia berusia 13 tahun yang menyebabkan patah tulang panggul dan menghambat pertumbuhan kaki kanannya.
Ia didekati oleh pelatih Rezaeigarkani setelah tampil di acara TV realitas pada tahun 2011, di mana ia berbicara tentang tantangan yang dihadapinya.
Ia telah menghabiskan sekitar satu dekade hidupnya "di kamarnya, di rumahnya, tanpa keluar" karena ia takut orang-orang akan menatapnya, menurut pelatihnya.
"Saat ini semua orang akan memandangnya sebagai seorang juara," imbuh Rezaeigarkani.
"Morteza dapat dianggap sebagai pemain terbaik di tim kami," kata pelatihnya.
"Ketika ia berusia 12 tahun, tidak ada yang mempertimbangkannya, tetapi ketika ia menjadi pemain bola voli duduk, semua orang, di seluruh dunia mengenalnya dan menghormatinya," katanya.
Iran telah memenangkan tujuh dari sembilan turnamen sejak pertama kali berkompetisi di Paralimpiade di Seoul pada tahun 1988.
Advertisement
Kreatif, Google Kasih Animasi Interaktif di Kolom Pencarian Seputar Paralimpiade 2024
Google turut meramaikan pesta olahraga empat tahunan untuk atlet difabel, Paralimpiade 2024 Paris.
Perayaan ini dilakukan dengan menghadirkan animasi interaktif ketika pengguna melakukan pencarian tentang perolehan medali berbagai negara.
Misalnya, ketika pengguna melakukan pencarian di kotak pencarian "Medal Paralympic 2024" akan menampilkan berbagai negara dengan capaian medalinya.
Ketika diklik satu per satu negara itu, akan tampil sebuah gambar animasi medali. Misalnya saat diklik negara Indonesia, terdapat gambar animasi medali Perak.
Ketika kita mengklik medali tersebut, animasi akan memperlihatkan sebuah medali melayang ke arah kolom pencarian, dengan keterangan bertuliskan "Indonesia memenangkan medali perak ketiga dari cabor para badminton SL3."
Begitu juga saat pengguna mencari nama para-atlet peraih medali. Contohnya, ketika melakukan pencarian nama "Qonitah Ikhtiar Syakuroh" yang memenangkan medali perak di parabadminton SL3.
Saptoyogo Purnomo Raih Perak, Jadi Medali Pertama Indonesia di Paralimpiade Paris 2024
Cabang atletik menyumbangkan medali pertama bagi Indonesia di Paralimpiade Paris 2024. Medali perak sukses diraih oleh Saptoyogo Purnomo dari cabang para atletik nomor lari 100 meter T37 pada Sabtu (31/8/2024).
Tak hanya itu, Saptoyogo Purnomo berhasil memecahkan rekor Asia saat bertanding di Stadion Stade de France. Pada Paralimpiade 2024 itu, ia mencatatkan waktu 11,26 detik. Ia melewati garis finish setelah Ricardo Gomes de Mendoca asal Brasil dengan waktu 11,07 detik. Sementara medali perunggu diraih oleh Neutral Paralympic Athletes (NPA), Andrei Vdovin.
Tak sampai di sana, Saptoyogo Purnomo juga mencatatkan sejarah meraih medali pertama untuk para atletik di Indonesia dalam 48 tahun terakhir. Terakhir kali, medali di cabang atletik lari 100 meter putra pernah diraih oleh Ashari pada Paralimpiade Toronto 1976.
Mengutip keterangan Komite Paralimpiade (NPC) Indonesia, Saptoyogo Purnomo melebihi target untuknya. Sebab, ia sebenarnya hanya ditargetkan untuk meraih medali perunggu atau sama dengan capaian pada Paralimpiade Tokyo 2020.
Untuk diketahui, waktu yang dicatatkan Saptoyogo Purnomo juga memecahkan rekor Asia yang pernah dicetak pada Asian Para Games 2022 oleh atlet lainnya yang mencatatkan waktu 11,28 detik.
"Saya tidak menyangka bisa pecah rekor pribadi karena situasinya hujan. Saat hujan bisa tidak maksimal karena bisa mempengaruhi otot di kaki atau tangan. Jadi saya hanya optimis untuk meraih medali,” ujarnya seperti dikutip dari keterangan NPC Indonesia.
Advertisement