Cara Efektif Mengatasi Perilaku Buruk Anak

4 masalah perilaku anak yang perlu diperhatikan orang tua dan cara efektif untuk mengatasinya.

oleh Abhista diperbarui 18 Nov 2024, 17:49 WIB
Diterbitkan 18 Nov 2024, 17:49 WIB
Ilustrasi. (foto: Pinterest/Daily Mail).
Ilustrasi. (foto: Pinterest/Daily Mail).

Liputan6.com, Jakarta Sebagai orang tua, mengabaikan perilaku buruk anak yang ringan bisa menjadi strategi pengasuhan yang sah. Pendekatan ini menunjukkan kepada si kecil bahwa perilaku nakal mereka tidak akan mendapat reaksi, sehingga cenderung tidak diulangi di masa depan. Namun, penting untuk diketahui bahwa tidak semua perilaku buruk bisa diabaikan, terutama yang berpotensi membahayakan atau merugikan anak dan orang lain.

Beberapa perilaku anak perlu mendapatkan perhatian khusus karena jika dibiarkan, dapat berkembang menjadi masalah yang lebih besar. Mengabaikan masalah perilaku anak dapat menyebabkan dampak jangka panjang yang serius, baik bagi anak itu sendiri maupun lingkungan sekitarnya. Orang tua harus bijak dalam menilai mana perilaku yang bisa diabaikan dan mana yang harus segera ditangani.

Menurut Verywell Family, terdapat empat masalah perilaku anak yang tidak boleh diabaikan dan perlu penanganan segera. Dengan penanganan yang tepat dan konsisten, anak dapat mengembangkan sikap yang lebih baik dan sesuai dengan harapan orang tua. Berikut adalah empat masalah perilaku tersebut beserta cara mengatasinya.

Mendengarkan Secara Selektif

Ilustrasi. (foto: Pinterest).
Ilustrasi. (foto: Pinterest).

Ketika anak mendengar tetapi berpura-pura tidak mendengar, hal ini bisa sangat menjengkelkan bagi orang tua. Jika perilaku ini dibiarkan, anak mungkin akan terus mengabaikan Anda dan menjadi lebih menantang. Untuk mengatasi masalah ini, letakkan tangan di pundak anak dan berikan instruksi dengan tegas. Minta anak untuk melihat Anda dan merespons dengan jelas. Jika anak tidak melaksanakan instruksi, berikan konsekuensi yang konsisten. Dengan cara ini, anak akan menyadari bahwa pendengaran selektif tidak akan berhasil.

Mendengarkan secara selektif tidak hanya mengganggu komunikasi, tetapi juga dapat mempengaruhi hubungan antara orang tua dan anak. Konsistensi dalam memberikan instruksi dan menegakkan konsekuensi adalah kunci untuk mengatasi masalah ini. Menurut para ahli, dengan cara ini, anak akan belajar bahwa setiap instruksi harus diperhatikan dan diikuti. Jadi, penting bagi orang tua untuk tetap tegas dan konsisten dalam memberikan perintah.

Melempar Benda

Ilustrasi. (foto: Pinterest/Listverse).
Ilustrasi. (foto: Pinterest/Listverse).

Melempar benda merupakan salah satu cara anak mengeksplorasi dunia mereka. Namun, ketika anak mulai melempar benda yang dapat berbahaya, seperti kaca atau benda keras, orang tua perlu segera bertindak. Alih-alih menghentikan anak sepenuhnya dari melempar, ajarkan mereka tentang apa yang boleh dilempar dan di mana tempat yang aman untuk melakukannya. Dengan memberikan batasan yang jelas, anak akan belajar melempar dengan cara yang aman dan sesuai.

Mengajarkan anak tentang batasan dalam melempar benda bisa menjadi tantangan tersendiri. Orang tua perlu memberikan contoh dan mendemonstrasikan cara melempar yang aman. Selain itu, penting untuk mengawasi anak saat bermain dan memberikan pujian ketika mereka mengikuti aturan yang telah ditetapkan. Dengan cara ini, anak akan merasa dihargai dan lebih termotivasi untuk berperilaku baik.

Suka Menyela

Ilustrasi. (foto: Pinterest/Chicago Parent).
Ilustrasi. (foto: Pinterest/Chicago Parent).

Anak-anak sering kali merasa bahwa apa yang ingin mereka sampaikan adalah hal yang paling penting di dunia, sehingga mereka cenderung menyela pembicaraan orang lain. Untuk mengatasi perilaku ini, buatlah sinyal yang dapat dikenali anak. Misalnya, letakkan tangan di bahu mereka sebagai tanda bahwa Anda menyadari kehadiran mereka dan akan segera berbicara dengan mereka. Ajarkan anak untuk menggunakan sinyal ini agar mereka belajar menyela dengan sopan.

Mengajarkan anak untuk tidak menyela bisa membutuhkan kesabaran ekstra. Selain membuat sinyal, orang tua juga bisa menetapkan waktu khusus di mana anak bisa berbicara tentang apa saja yang mereka pikirkan. Dengan cara ini, anak merasa didengar dan dihargai, sehingga mereka lebih mungkin untuk belajar menunggu giliran berbicara. Menurut para ahli, dengan cara ini, anak akan belajar pentingnya sopan santun dan menghargai orang lain.

Melebih-lebihkan Kebenaran

Ilustrasi. (foto: Pinterest/Snack Girl).
Ilustrasi. (foto: Pinterest/Snack Girl).

Anak-anak sering kali melebih-lebihkan kebenaran, seperti mengklaim bahwa mereka bisa berlari sangat cepat atau mengatakan bahwa mereka telah menghabiskan semua sayuran mereka. Mulailah dengan menjelaskan apa itu berbohong dan mengapa hal itu buruk. Pujilah anak ketika mereka bersikap jujur dan dorong mereka untuk selalu mengatakan yang sebenarnya. Dengan pendekatan ini, anak akan belajar menghargai kejujuran.

Kebiasaan melebih-lebihkan kebenaran bisa menjadi masalah yang serius jika tidak ditangani dengan tepat. Orang tua harus berperan aktif dalam menjelaskan dampak negatif dari kebohongan, serta memberikan contoh bagaimana bersikap jujur dalam kehidupan sehari-hari. Memberikan penghargaan atas kejujuran anak juga dapat memperkuat sikap positif ini. Menurut para ahli, dengan cara ini, anak akan memahami pentingnya kejujuran dalam setiap aspek kehidupan mereka.

Apa yang dimaksud dengan mendengarkan secara selektif pada anak?

Mendengarkan secara selektif adalah ketika anak mendengar instruksi tetapi berpura-pura tidak mendengar.

Bagaimana cara mengatasi anak yang suka melempar benda?

Ajarkan anak tentang batasan apa yang boleh dilempar dan di mana tempat yang aman untuk melakukannya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya