Citizen6, Pemalang: Warga Dusun Pesalakan, Desa Pegongsoran Kabupaten Pemalang mempertanyakan dana konpensasi atas berdirinya Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Pesalakan milik Pemkab Pemalang. Pasalahnya sejak berdiri 20 tahun silam tepatnya tahun 1993 warga belum pernah merasakan dana tersebut.
Padahal menurut warga, mestinya Pemkab memberikan dana konpenasi bagi warga di sekitar TPA. Mengingat dampak yang ditimbulkan oleh TPA tersebut, dari mulai bau hingga penyakit.
"Dari dulu gak pernah dapat dana konpensasi. Setahun sekalipun tidak pernah. Padahal tiap hari kita kena baunya," ujar Rasmadi, warga RT 01/RW03, Dusun Pesalakan, Desa Pegongsorang, Kecamatan Pemalang, Kabupaten Pemalang, (18/2).
Sebagai warga yang rumahnya tepat di belakang TPA, dirinya mengaku jengah dan tidak tahan dengan bau yang ditimbulkan TPA. Namun sayang dirinya tidak bisa berbuat apa-apa.
"Saya cuma bisa pasrah saja," kata dia.
Selain tidak tahan, pihaknya juga mempertanyakan dibuangnya sampah ke lahan warga yang dekat dengan TPA.
"Sampahnya dibuangnya semakin dekat dengan warga. Malah tanah saya sekarang ditimbun sampah," keluhnya.
Sementara Rastoni, yang tinggal tepat di belakang TPA mengatakan, pihak pengelola TPA seolah-olah ingin membunuh warga dengan sampah-sampah yang ada. Hal ini lantaran sampah dibuang dekat dengan pemukiman, padahal seharusnya sampah bisa dibuang agak jauh menyesuaikan luasan TPA.
"Kayanya mereka niat membunuh warga. Masa sampah dibuang asal-asalan. Bukan buang yang jauh malah makin dekat," gerutu Rastoni.
Selain mengeluhkan prilaku pihak pengelola dia juga mengaku pernah menjadi korban keberadaan TPA. Anak balitanya, sempat sakit muntah-muntah karena efek bau yang ditimbulkan TPA.
"Anak saya muntah-muntah karena kena bau. Ya sudah saya bawa ke dokter," ungkap Rastoni.
Sementara itu, Yoto tokoh masyarakat setempat mengaku bingung dengan tidak adanya dana konpensasi sampah yang semestinya diberikan oleh Pemkab Pemalang mengingat dampak yang ditimbulkan TPA.
"Semestinya ada mengingat dampak yang dirasakan warga. Tapi kenyataanya warga belum sekalipun menikmati," kata dia.
Sepengetahuanya, pihak TPA pada saat awal mendirikan TPA hanya membangun jalan untuk lingkungan dengan panjang 1 kilo meter yang mana 400 meter digunakan untuk aktivitas truk sampah, sisanya untuk aktivitas warga.
"Cuma bangun jalan saja 1 kilo meter. Itupun sudah lama sekali," kata dia.
Seperti diketahui, TPA Pesalakan menampung seluruh sampah dari 14 Kecamatan di Kabupaten Pemalang. Adapun luas lahan TPA mencapai 10 hektar. Dalam sehari sampah yang masuk mencapai 49 truk dengan jumlah armada 15 unit truk atau setiap satu armada mengangkut sampah hingga 3 kali (kw)
Penulis:
Ivan Faizal Affandi
Baca Juga:
Gugun Blues Shelter dan Pendapat Konyolnya Tentang Golput
Gunung Slamet Ditutup Meski Tak Terpengaruh Letusan Kelud
Padahal menurut warga, mestinya Pemkab memberikan dana konpenasi bagi warga di sekitar TPA. Mengingat dampak yang ditimbulkan oleh TPA tersebut, dari mulai bau hingga penyakit.
"Dari dulu gak pernah dapat dana konpensasi. Setahun sekalipun tidak pernah. Padahal tiap hari kita kena baunya," ujar Rasmadi, warga RT 01/RW03, Dusun Pesalakan, Desa Pegongsorang, Kecamatan Pemalang, Kabupaten Pemalang, (18/2).
Sebagai warga yang rumahnya tepat di belakang TPA, dirinya mengaku jengah dan tidak tahan dengan bau yang ditimbulkan TPA. Namun sayang dirinya tidak bisa berbuat apa-apa.
"Saya cuma bisa pasrah saja," kata dia.
Selain tidak tahan, pihaknya juga mempertanyakan dibuangnya sampah ke lahan warga yang dekat dengan TPA.
"Sampahnya dibuangnya semakin dekat dengan warga. Malah tanah saya sekarang ditimbun sampah," keluhnya.
Sementara Rastoni, yang tinggal tepat di belakang TPA mengatakan, pihak pengelola TPA seolah-olah ingin membunuh warga dengan sampah-sampah yang ada. Hal ini lantaran sampah dibuang dekat dengan pemukiman, padahal seharusnya sampah bisa dibuang agak jauh menyesuaikan luasan TPA.
"Kayanya mereka niat membunuh warga. Masa sampah dibuang asal-asalan. Bukan buang yang jauh malah makin dekat," gerutu Rastoni.
Selain mengeluhkan prilaku pihak pengelola dia juga mengaku pernah menjadi korban keberadaan TPA. Anak balitanya, sempat sakit muntah-muntah karena efek bau yang ditimbulkan TPA.
"Anak saya muntah-muntah karena kena bau. Ya sudah saya bawa ke dokter," ungkap Rastoni.
Sementara itu, Yoto tokoh masyarakat setempat mengaku bingung dengan tidak adanya dana konpensasi sampah yang semestinya diberikan oleh Pemkab Pemalang mengingat dampak yang ditimbulkan TPA.
"Semestinya ada mengingat dampak yang dirasakan warga. Tapi kenyataanya warga belum sekalipun menikmati," kata dia.
Sepengetahuanya, pihak TPA pada saat awal mendirikan TPA hanya membangun jalan untuk lingkungan dengan panjang 1 kilo meter yang mana 400 meter digunakan untuk aktivitas truk sampah, sisanya untuk aktivitas warga.
"Cuma bangun jalan saja 1 kilo meter. Itupun sudah lama sekali," kata dia.
Seperti diketahui, TPA Pesalakan menampung seluruh sampah dari 14 Kecamatan di Kabupaten Pemalang. Adapun luas lahan TPA mencapai 10 hektar. Dalam sehari sampah yang masuk mencapai 49 truk dengan jumlah armada 15 unit truk atau setiap satu armada mengangkut sampah hingga 3 kali (kw)
Penulis:
Ivan Faizal Affandi
Baca Juga:
Gugun Blues Shelter dan Pendapat Konyolnya Tentang Golput
Gunung Slamet Ditutup Meski Tak Terpengaruh Letusan Kelud
Disclaimer:
Citizen6 adalah media publik untuk warga. Artikel di Citizen6 merupakan opini pribadi dan tidak boleh menyinggung SARA. Isi artikel menjadi tanggung jawab si penulisnya.
Anda juga bisa mengirimkan link postingan terbaru blog Anda atau artikel disertai foto seputar kegiatan komunitas, kesehatan, keuangan, wisata, kuliner, gaya hidup, sosial media, dan
Advertisement
lainnya ke Citizen6@liputan6.com