Liputan6.com, Jakarta - Mengawali pekan kedua Maret 2022, harga Bitcoin dan kripto jajaran teratas terlihat kembali alami pergerakan harga yang kompak, Senin pagi (7/3/2022). Mayoritas kripto jajaran teratas kembali melemah dalam perdagangan pagi ini.
Berdasarkan data dari Coinmarketcap, Senin pagi, kripto dengan kapitalisasi pasar terbesar, Bitcoin (BTC) melemah sebesar 0,69 persen dalam 24 jam terakhir. Namun, masih menguat dalam sepekan sebesar 4,23 persen.
Saat ini, harga bitcoin berada di level USD 39.090,65 per koin atau setara Rp 562,2 juta (asumsi kurs Rp 14.383 per dolar AS).
Advertisement
Baca Juga
Ethereum (ETH) sebagai kripto terbesar kedua juga melemah. Dalam 24 jam terakhir, ETH melemah sebesar 0,76 persen. Namun masih menguat 1,02 persen dalam sepekan. Dengan begitu, saat ini ETH berada di level USD 2.636,56 per koin.
Kripto selanjutnya, Binance coin (BNB) pagi ini juga ikut melemah. Dalam 24 jam terakhir BNB melemah sebesar 0,54 persen. Namin dalam sepekan masih menguat sebesar 5,55 persen. Hal itu membuat BNB berada di level USD 381,80 per koin.
Adapun Cardano (ADA) juga melemah hari ini. ADA melemah dalam 24 jam terakhir sebesar 2,47 persen dan 0,65 persen dalam sepekan. Dengan begitu, ADA berada pada level USD 0,8434 per koin.
Sedangkan, Solana (SOL) juga melemah dalam satu hari terakhir sebesar 3,76 persen. Namun, masih menguat 0,83 persen dalam sepekan. Saat ini, harga SOL berada di level USD 85,96 per koin.
Stablecoin seperti Tether (USDT) dan USD coin (USDC), keduanya sama-sama menguat pagi ini.. Dalam satu hari terakhir keduanya sama-sama menguat 0,01 persen. Dengan begitu, keduanya dibanderol seharga USD 1,00 per koin.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Parlemen Uni Eropa Bakal Batasi Pemakaian Kripto
Sebelumnya, anggota parlemen Uni Eropa (UE) sedang mempersiapkan diskusi antar lembaga tentang peraturan yang diusulkan untuk mengatur aset kripto, dan mungkin untuk melarang kripto yang besar energi seperti Bitcoin.
Berbagai anggota parlemen dan regulator di UE telah menyerukan larangan penambangan cryptocurrency setidaknya sejak November tahun lalu.
Diskusi tersebut akan membahas soal regulasi Markets in Crypto Assets (MiCA) untuk diskusi mencakup ketentuan yang dapat membatasi penggunaan mekanisme konsensus yang dikenal sebagai proof-of-work (PoW) di 27 negara anggota serikat, menurut rancangan yang dilihat oleh CoinDesk.
"Namun, tidak ada yang mengharapkannya menjadi pemecah kesepakatan dan membuatnya menjadi laporan akhir," kata Patrick Hansen, kepala pertumbuhan di Unstoppable Finance dan kontributor untuk RegTrax, database kerja Stanford University tentang kebijakan fintech, seperti dikutip dari CoinDesk, ditulis Sabtu, 5 Maret 2022.
Salah satu ketentuan yang diusulkan berusaha untuk melarang layanan kripto yang mengandalkan mekanisme konsensus tidak ramah lingkungan mulai Januari 2025. Ketentuan tersebut secara khusus mengacu pada cara proof-of-work (PoW), yang digunakan untuk mencetak cryptocurrency populer seperti bitcoin dan ethereum.
Penambangan cryptocurrency PoW berada di bawah pengawasan regulator di seluruh dunia karena masalah energi. Perdebatan mengenai konsumsi energi dimulai setelah penggunaan listrik dalam menciptakan Bitcoin dibandingkan dengan konsumsi energi tahunan beberapa negara berdaulat.
Setelah China melarang penambangan kripto pada Mei 2021 dengan alasan masalah energi, aktivitas penambangan pindah ke negara-negara seperti AS, Rusia, dan Kazakhstan.
Advertisement
Fokus Masalah Energi
Anggota parlemen UE mulai fokus pada masalah energi setelah surat terbuka dari regulator Swedia pada November 2021, yang menyerukan larangan penambangan cryptocurrency di seluruh blok.
Seruan itu mendapatkan momentum, memenangkan dukungan dari para politisi di Jerman, Spanyol dan Norwegia.
Sedangkan pendukung kripto mendorong kembali, mengatakan regulator mungkin akan terburu-buru melarang hal tersebut.
Anggota parlemen Uni Eropa, Stefan Berger, salah satu anggota parlemen yang bertanggung jawab untuk menangani prosedur dan isi paket legislatif MiCA mengatakan, perdebatan tentang masalah energi telah meningkat.
Berger mengatakan dia tidak merasa MiCA adalah tempat untuk menyelesaikan aturan terkait teknologi atau energi, karena paket tersebut berupaya mengatur kripto sebagai aset, bukan soal penggunaan energi yang digunakan kripto.