Liputan6.com, Jakarta - Industri aset kripto kini tengah diterpa oleh situasi market yang sedang tidak baik-baik saja atau banyak dikenal dengan istilah crypto winter. Situasi ini membuat banyak investor menutup pintu untuk keluar sementara waktu pada permainan di industri blockchain.
Tokocrypto terus berkomitmen untuk mengembangkan peluang dan memanfaatkan potensi yang ada di industri blockchain secara maksimal.
Baca Juga
Dalam acara Bloomberg Recovery and Resilience: Spotlight on Asean Business pada Senin, 12 September 2022, CEO Tokocrypto, Pang Xue Kai mengatakan, situasi crypto winter mungkin akan menghambat arus investasi di industri kripto dan blockchain, tetapi tidak akan menghentikannya.
Advertisement
Crypto winter terjadi berdasarkan pada situasi market saat ini yang umumnya disebabkan oleh inflasi dan lainnya.
“Kami tahu ini akan berlalu, karena bear market itu seperti siklus dan akan rebounce kembali. Peluang dan potensi di dunia blockchain dan Web3 akan selalu ada dan menarik investor meski dalam situasi market saat ini," kata Kai dalam siaran pers, dikutip Sabtu, (17/9/2022).
Kai menambahkan, investor tidak bisa mengabaikan peluang dari blockchain. Cobalah untuk mengenali relevansi blockchain yang jauh lebih luas dengan masa depan, jangan hanya memandangnya sebagai arsitektur teknologi untuk kripto.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
Dorong Startup Blockchain di Indonesia
Kai juga menjelaskan Web3, seperti Gamefi dan metaverse sangat potensial untuk masa depan. Khusus di Indonesia, baik pihak swasta dan pemerintah saat ini mencoba mempelajari implementasinya. Beberapa proyek sekarang sedang dibangun untuk adopsi yang lebih luas.
“Blockchain akan terus mengubah berbagai sektor industri secara fundamental. Bagi Tokocrypto, kita akan terus mendorong adopsinya lebih luas dengan ekosistem yang kami bangun,” jelas dia.
Regulasi Jadi Kunci Penting
Menurutnya saat ini, kemitraan dan regulasi telah menjadi kunci penting dalam mendorong adopsi aset digital, khususnya kripto, Web3 dan project blockchain lainnya. Maka dari itu, Tokocrypto selalu membuat peluang potensi kolaborasi dengan berbagai pihak, baik pelaku usaha hingga stakeholders.
TokoLabs bersama BRI Ventures sendiri telah membantu mengembangkan bisnis berbagai project blockchain dari startup di Indonesia.
“Startup yang masuk dalam ekosistem TokoLabs akan mendapatkan bimbingan empat pilar utama: Branding dan marketing, strategi investasi, taktik lanskap investasi, dan akses ke peluang pendanaan,” pungkas Kai.
Advertisement
Adopsi Bitcoin Republik Afrika Tengah Mengejutkan Dunia Kripto
Sebelumnya, adopsi Bitcoin Republik Afrika Tengah, cukup mengejutkan dan membingungkan dunia kripto. Hal itu karena masih banyak beberapa negara dengan ekonomi terbesar dunia masih waspada dengan risiko dari aset digital tersebut.
Peresmian Republik Afrika Tengah menggunakan Bitcoin sebagai alat pembayaran juga cukup membingungkan dunia cryptocurrency dan mendorong kehati-hatian dari IMF yang selama ini telah memberikan pengumuman soal risiko dari adopsi Bitcoin sebagai alat pembayaran.
Bitcoin, merupakan salah satu mata uang digital yang ada di teknologi buku besar yang disebut blockchain. Dengan begitu, transaksi Bitcoin untuk membeli dan menjual barang atau jasa bergantung pada internet yang andal, cepat, dan akses luas ke komputer atau ponsel cerdas.
Di sisi lain, menurut situs web DataReportal memperkirakan Republik Afrika Tengah hanya memiliki tingkat penetrasi internet 11 persen, sama dengan sekitar 550.000 orang online tahun lalu.
Sementara itu hanya sekitar 14 persen orang yang memiliki akses listrik dan kurang dari setengahnya memiliki koneksi telepon seluler, kata Economist Intelligence Unit.
Empat analis dan pakar kripto mengatakan tantangan besar terbentang di depan dalam mengadopsi Bitcoin di salah satu negara termiskin di dunia dengan penggunaan internet yang rendah, konflik yang meluas, listrik yang tidak stabil, dan populasi yang sebagian besar tidak terbiasa dengan kripto.
Republik Afrika Tengah memberikan beberapa rincian dalam pernyataannya tentang bagaimana rencananya untuk mengatasi tantangan ini.
Selanjutnya
Pernyataan pemerintah mengatakan langkah itu menjadikan Republik Afrika Tengah salah satu "negara paling visioner" di dunia, tetapi sebagian besar penduduk di sana yang telah akrab dengan uang seluler untuk membeli barang dan membayar tagihan masih bingung soal kripto.
"Bitcoin. Apa itu? Apa yang bisa dibawa Bitcoin ke negara kita?" ujar Auguste Agou, yang menjalankan perusahaan kayu lokal di Bangui (ibu kota Republik Afrika Tengah), dikutip dari Channel News Asia, Rabu (4/5/2022).
Negara Afrika berpenduduk 4,8 juta orang ini adalah negara kedua di dunia yang beralih ke Bitcoin, setelah El Salvador.
Analis di Economist Intelligence Unit, Nathan Hayes mengatakan ada hambatan besar untuk adopsi kripto sebagai alat pembayaran.
“Mengingat hambatan besar untuk adopsi dan risiko yang terkait dengan penggunaan, dan keuntungan yang tampaknya terbatas, kami tidak mengharapkan adopsi cryptocurrency secara luas di negara ini,” ujar Hayes.
Adapun, perusahaan penelitian blockchain, Chainalysis, yang bertugas melacak penggunaan kripto juga mengungkapkan tidak memiliki data tentang Republik Afrika Tengah.
Advertisement