Liputan6.com, Jakarta - Non Fungible Token (NFT) makin populer di Indonesia. Apalagi setelah Ghozali Everyday viral di media sosial.
Saat itu, Ghozali menjual swafoto atau foto selfie dari hasil potretnya selama beberapa tahun di marketplace jual beli NFT OpenSea. Ghozali Everyday ini pun menyita perhatian masyarakat. Adapun NFT ini merupakan aset digital yang mewakili objek dunia nyata antara lain seni, musik, item dalam game dan video.
Baca Juga
Aset itu dibeli dan dijual secara online sering kali dengan cryptocurrency, dan dikodekan dengan perangkat lunak dasar yang sama dengan banyak crypto. NFT ini juga bisa diartikan sebuah aset yang memiliki nilai sama dapat ditukarkan dengan aset dengan nilai sama.
Advertisement
NFT yang sudah ada sejak 2014 ini pun kian menjadi perbincangan lantaran membeli dan menjual karya seni digital. Nilai jual beli NFT telah mencapai USD 174 juta sejak November 2017. Namun, jelang akhir tahun, transaksi NFT menurun.
Pada 1 November 2022, data dari cryptoslam menunjukkan penjualan NFT di seluruh dunia selama 30 hari terakhir bertambah hingga USD 426 juta. Namun, turun 21,32 persen dari bulan sebelumnya. Dalam 30 hari terakhir tercatat sekitar 4.556.057 transaksi NFT di antara 510.859 pembeli NFT.
Di tengah perkembangan teknologi dengan kehadiran NFT turut menarik perhatian CEO Inspigo Tyo Guritno. Tyo tertarik dengan NFT seiring keseruan belajar perpindahan teknologi saat ini. Ia ingin mengetahui kesempatan di NFT. Apalagi NFT masih awal dan punya potensi besar.
“Seru, Saya lebih belajar ke perpindahan teknologi yang sekarang yang baru jadi ingin coba trial and error, pengen tahu kesempatan seperti apa, pertama memang existing masih hijau banget, opportunity banyak banget,” tutur dia kepada Liputan6.com saat ditemui di IdeaFest 2022, ditulis Senin (28/11/2022).
Potensi NFT
Ia menilai, NFT memiliki potensi besar. Dengan NFT juga dapat menghimpun dana, membuat acara, bisnis. Namun, saat ini ia melihat NFT sebagai ajang cari keuntungan dengan cepat. Padahal menurut dia, NFT memiliki potensi yang dapat digunakan untuk real life.
"NFT sangat powerfull buat fund raising, bisnis, event jadi sebenarnya fundamentally ubah cara kita hidup dengan NFT. Masalahnya orang-orang tertarik instan cuan, karena ada kesempatan itu, jadi fokus ke situ, itu menghalangi potensi NFT sebenarnya tanpa eksplore kapabilitas NFT,” kata enthusiasm NFT ini.
Adapun Tyo mengenal NFT dari teman sekitar 2020. Ia pun belajar sendiri, membuat serta membuat model bisnis dan mendukung proyek teman dari lokal dan luar negeri. “Support proyek teman lokal dan luar juga, sifatnya masih games bikin games, ada artis jualan karyanya, support dia. Sebatas belum terlalu banyak utilisasi,” ujar Tyo.
Tyo menilai, saat ini NFT lebih banyak gimmick. Ia mengatakan, gimmick memang penting untuk menarik perhatian, tetapi ke depan juga harus fokus untuk utitilias dan model bisnis NFT. Dengan demikian, bisnis tersebut lebih bertahan.
"Terkenal justru banyak gimmicknya, gimmick temporary, contohnya proyek berdasarkan game base istilah digoreng di awal, habis game belum tentu sukses,” ujar dia.
Advertisement
Diharapkan Fokus ke Utilitas
Ia berharap NFT juga dapat fokus ke utilitas sehingga lebih besar dampaknya. “Selayaknya jualan hp baru, utilitas yang dibeli bukan hanya brand dan gimmick, tapi ini berfungsi tidak dan membawa lebih banyak manfaat tidak? Belum dilihat banyak proyek seperti itu,” kata Tyo.
Salah satu pendiri Inspigo ini juga melihat potensi besar NFT di Indonesia. Hal ini terutama jika digunakan dalam real life. “Potensi besar di Indonesia, tertarik real case skenario, fund raising, UMKM jual NFT dibeli oleh investor,” kata dia.
Ia menambahkan, dengan pasar bearish atau menurun saat ini jadi kesempatan untuk refleksi bagaimana membuat memikirkan fungsi NFT ke depan dibandingkan gimmick. Dengan demikian juga berdampak jangka panjang untuk NFT.“Mikirin lebih ada fungsinya dibandingkan cuma gimmick,” tutur Tyo.