Mengenal ONE Coin, Kripto Platform Blockchain Harmony

Menurut situs web proyek ini, Harmony memperkenalkan kontrak lintas shard dan infrastruktur lintas rantai pada akhir 2021.

oleh Gagas Yoga Pratomo diperbarui 05 Okt 2023, 13:42 WIB
Diterbitkan 05 Okt 2023, 13:42 WIB
Kripto XRP (Foto: Traxer/Unsplash)
Kripto XRP (Foto: Traxer/Unsplash)

Liputan6.com, Jakarta - Harmony adalah platform blockchain yang dirancang untuk memudahkan pembuatan dan penggunaan aplikasi terdesentralisasi (DApps). Harmony memiliki kripto sendiri yaitu ONE Coin. 

Dilansir dari Coinmarketcap, jaringan ini bertujuan untuk menginovasi cara kerja aplikasi terdesentralisasi dengan fokus pada sharding status acak, yang memungkinkan pembuatan blok dalam hitungan detik.

Menurut situs web proyek ini, Harmony memperkenalkan kontrak lintas shard dan infrastruktur lintas rantai pada akhir 2021.

Siapa Saja Pendiri Harmony?

Stephen Tse adalah pendiri dan CEO Harmony. Dia memiliki gelar Ph.D. dari University of Pennsylvania, dengan spesialisasi dalam protokol kriptografi dan 'type theory'.

Saat menyelesaikan gelarnya, Tse menjadi peneliti magang di Microsoft. Pada 2006 ia mulai bekerja sebagai insinyur senior di Google, menghabiskan empat tahun di perusahaan tersebut. 

Kemudian pada 2011 dia mendirikan Spotsetter, mesin pencari yang sukses yang kemudian diakuisisi Apple. Pada 2014, Tse menjadi insinyur utama untuk Apple.

Dia mendirikan Harmony pada 2017. Tim pendiri Harmony terdiri dari dua belas orang, tujuh di antaranya adalah mantan karyawan di Google, Apple, Microsoft, dan Amazon.

Apa yang Membuat Harmony Unik?

Berfokus pada kecepatan pencatatan dan validasi, jaringan utama Harmony bertujuan untuk merevolusi pembuatan blok. Dengan memperkenalkan proses sharding, perusahaan ini mengurangi waktu validasi node secara signifikan.

Untuk memastikan perlindungan node dan pengamanan proses validasi, Harmony memperkenalkan Verifying Random Function (VRF) untuk perlindungan shard yang tidak memihak dan tidak dapat diprediksi. Artinya bahwa node dan validator diberi tugas dan ditugaskan kembali secara acak.

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.


Pasar Kripto Masih Belum Stabil Sejak Terdampak Runtuhnya FTX

Ilustrasi Kripto, Crypto atau Cryptocurrency. Foto: Freepik/Frimufilms
Ilustrasi Kripto, Crypto atau Cryptocurrency. Foto: Freepik/Frimufilms

Pasar mata uang kripto global masih mengalami kerusakan parah setelah jatuhnya bursa kripto FTX dan pemain besar lainnya tahun lalu, dengan harga, volume, dan investasi modal ventura kripto jauh di bawah puncaknya pada 2021.

Mantan CEO FTX, Sam Bankman-Fried, diadili di New York pada Selasa, 3 September 2023 didakwa dengan tujuh tuduhan penipuan dan konspirasi yang berasal dari keruntuhan mendadak bursa pada November 2022. 

 Dilansir dari Yahoo Finance, Rabu (4/10/2023), FTX adalah salah satu dari serangkaian kehancuran industri yang menyebabkan bitcoin jatuh ke harga terendah sejak 2020. Meskipun bitcoin dan token utama lainnya telah pulih sebagian, sektor ini masih jauh dari puncaknya yang melanda pada akhir 2021.

Gerak Harga Bitcoin Usai Keruntuhan FTX

Bitcoin, sejauh ini merupakan mata uang kripto terbesar dan barometer utama sentimen pasar kripto, telah bangkit kembali sekitar 37 persen sejak 1 November 2022. 

Mata uang kripto ini melonjak tinggi pada 2021, mencapai rekor USD 69.000 atau setara Rp 1 miliar (asumsi kurs Rp 15.596 per dolar AS) pada November tahun itu. 

Namun ketika bank sentral mulai menaikkan suku bunga pada awal 2022, aset berisiko seperti mata uang kripto mulai merasakan dampaknya karena investor mencari keuntungan yang lebih baik di tempat lain.

Bitcoin kehilangan lebih dari 65 persen nilainya tahun lalu, terpukul oleh jatuhnya stablecoin terraUSD, yang menyebabkan dana lindung nilai Singapura Three Arrows Capital mengajukan kebangkrutan dan menyebabkan kekacauan yang lebih luas di pasar kripto.

Beberapa perusahaan lain juga bangkrut, tetapi jatuhnya FTX mendorong bitcoin di bawah USD 16.000 atau setara Rp 249,5 juta pada November tahun lalu. Bitcoin kembali terpukul awal tahun ini ketika Silvergate Bank, mitra populer perusahaan kripto di AS, mengatakan akan ditutup.

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

INFOGRAFIS: 10 Mata Uang Kripto dengan Valuasi Terbesar (Liputan6.com / Abdillah)
INFOGRAFIS: 10 Mata Uang Kripto dengan Valuasi Terbesar (Liputan6.com / Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya