Liputan6.com, Jakarta - Aset kripto terbesar di dunia, Bitcoin memiliki potensi kenaikan lebih besar dibandingkan saham perusahaan teknologi, salah satunya Nvidia. Meskipun begitu, Bitcoin masih lebih berisiko dibandingkan saham teknologi.
Dilansir dari Yahoo Finance, Senin (23/9/2024), Nvidia mengalami peningkatan kapitalisasi pasar yang sangat besar, hampir USD 3 triliun atau setara Rp 45.482 triliun (asumsi kurs Rp 15.160 per dolar AS), dan siap untuk meraih keuntungan yang mengesankan selama bertahun-tahun, berkat peluang pertumbuhan dalam kecerdasan buatan (AI).
Baca Juga
Nvidia telah mengungguli Bitcoin tahun ini, dan itu sama sekali tidak mendekati. Pada 2024, Nvidia naik sekitar 130 persen, sementara Bitcoin hanya naik 40 persen. Selain itu, Nvidia telah mengungguli Bitcoin selama 12 bulan, 18 bulan, dan 24 bulan terakhir.Â
Advertisement
Selama dua tahun terakhir, Nvidia naik 764 persen, dibandingkan dengan Bitcoin yang hanya 209 persen. Saham tidak dinilai berdasarkan kinerjanya di masa lalu, melainkan kinerjanya di masa mendatang.Â
Maka dari itu, di sinilah potensi kenaikan Bitcoin begitu mengesankan. Sederhananya, semakin jauh investor memperluas perkiraan harga ke masa mendatang, Bitcoin akan semakin bagus.
Misalnya, perusahaan investasi Bernstein memperkirakan harga Bitcoin dapat naik tiga kali lipat hingga mencapai USD 200.000 pada akhir tahun 2025.Â
Semakin banyak pemimpin teknologi Silicon Valley yang memperkirakan harga Bitcoin dapat mencapai USD 1 juta dalam beberapa tahun ke depan, dan Cathie Wood dari Ark Invest memperkirakan harga Bitcoin dapat mencapai USD 3,8 juta pada 2030.Â
Â
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
Risiko dan volatilitas
Potensi kenaikan Bitcoin yang sangat besar disertai dengan risiko yang signifikan. Pemerintah AS dapat melarang Bitcoin, seperti yang telah dilakukan oleh beberapa pemerintah lain.Â
Otoritas pajak AS dapat membuat kepemilikan Bitcoin dalam jangka panjang menjadi sangat sulit, jika mereka mengharuskan investor membayar pajak atas keuntungan modal yang belum terealisasi.Â
Namun, bukan berarti Nvidia tidak memiliki risikonya sendiri. Ledakan AI dapat berubah menjadi gelembung spekulatif yang besar, dengan beberapa pihak telah membandingkannya dengan gelembung dot-com pada tahun 2000-an.Â
Nvidia bukan tidak memiliki pesaing yang kompetitif, yang mana pun dapat merebut pangsa pasar. Nvidia mungkin tidak akan pernah dapat memuaskan keinginan Wall Street yang tak pernah terpuaskan untuk bertumbuh.
Advertisement