Liputan6.com, Jakarta - Kejadian peretasan platform perdagangan kripto berpengaruh pada harga pasar. Kejadian ini bukan pertama kali terjadi dan pelaku industri diminta segera waspada.
Chief Marketing Officer (CMO) Tokocrypto, Wan Iqbal menyoroti kejadian tersebut. Dia mencatat, total kerugian dari kasus pererasan itu diperkirakan mencapai USD 1,46 miliar atau sekitar Rp 23,8 triliun dalam bentuk Ethereum (ETH).
Advertisement
Baca Juga
Peristiwa ini tidak hanya memicu volatilitas pasar tetapi juga menimbulkan kekhawatiran terhadap keamanan dana pengguna di platform terpusat. Dampaknya, harga Bitcoin sempat mengalami penurunan tajam hingga USD 97.000, sementara Ethereum turun di bawah USD 2.700.
Advertisement
Selain itu, terjadi peningkatan arus keluar dana dari platform kripto terpusat (CEX), menunjukkan bahwa kepercayaan investor terhadap sistem keamanan bursa masih menjadi faktor utama dalam pengambilan keputusan mereka.
"Keamanan aset pengguna adalah prioritas utama kami. Exchange harus terus mengevaluasi sistem mereka, berkolaborasi dengan mitra kustodian, serta mengimplementasikan teknologipemantauan yang lebih canggih untuk mencegah kejadian serupa,” ujar Wan Iqbal dalam keterangannya, Jumat (28/2/2025).
Selain itu, insiden ini juga menjadi katalis bagi regulator global untuk mempercepat penerapan aturan yang lebih ketat guna meningkatkan keamanan ekosistem kripto.
Dia menuturkan, inisiatif seperti Peraturan Pasar Aset Kripto (MiCA) di Uni Eropa dan Financial Innovation and Technology forthe 21st Century Act (FIT21) di AS kini semakin mendapat perhatian. Lantaran, hal itu dinilai jadi langkah konkret untuk menekan risiko peretasan dan meningkatkan transparansi industri.
Industri Kripto di Indonesia
Di Indonesia, regulator dan pelaku industri terus memantau perkembangan situasi untukmemastikan stabilitas pasar tetap terjaga. Menurut Iqbal, hingga saat ini, belum ada dampak signifikan terhadap aktivitas perdagangan kripto lokal.
"Beberapa exchange kripto di Indonesia telah menegaskan komitmennya untuk menjagatransparansi dan keamanan dana pengguna dengan memperketat sistem perlindungan sertamemperkuat kerja sama dengan regulator," ucap dia.
"Langkah-langkah ini mencakup penerapan teknologi keamanan terbaru, audit keamanan rutin oleh pihak ketiga yang independen, serta peningkatanprotokol verifikasi identitas pengguna (KYC/AML)," imbuh Iqbal.
Dana Perlindungan Investor
Selain itu, beberapa exchange juga mengumumkan pembentukan dana perlindungan investor sebagai jaminan tambahan bagi pengguna dalam menghadapi risiko yang tidak terduga.
Kerjasama dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) diperkuat melalui dialog rutin dan pertukaran informasi untuk memastikan kepatuhan terhadap regulasi yang berlaku dan mengantisipasi potensi risiko di pasar kripto yang terus berkembang.
Selain upaya mitigasi risiko, edukasi kepada pengguna juga menjadi fokus utama. Pelaku industri kripto terus mengedukasi pengguna tentang pentingnya pengelolaan aset digital secara aman, termasuk opsi self-custody bagi mereka yang ingin menyimpan asetnya sendiri guna mengurangi risiko yang terkait dengan bursa terpusat.
"Meskipun insiden ini menjadi peringatan bagi industri, komunitas kripto di Indonesia tetap optimistis terhadap prospek jangka panjang aset digital," ujar dia.
Advertisement
Peretasan Bursa Kripto Bybit Bukan Modus Kejahatan Baru
Sebelumnya, industri kripto baru-baru ini diguncang insiden besar setelah bursa aset digital Bybit mengalami peretasan yang disebut sebagai salah satu pencurian aset digital terbesar sepanjang sejarah.
Peretas berhasil mencuri hampir USD 1,5 miliar atau setara Rp 24,4 triliun (asumsi kurs Rp 16.310 per dolar AS) dalam bentuk Ether dan derivatifnya.
Pengguna dan analis mulai memperhatikan transaksi mencurigakan di Bybit, salah satu bursa kripto terbesar di dunia yang berbasis di Dubai. Dalam waktu singkat, terjadi penarikan Ether dalam jumlah besar dari dompet dingin (cold wallet) milik Bybit, yang seharusnya menjadi tempat penyimpanan aset yang paling aman dari peretasan.
Terkait peretasan ini, sebuah studi terbaru oleh Check Point Research mengungkapkan serangan Bybit bukanlah kasus yang terisolasi. Sebaliknya, hal itu mencerminkan tren yang berkembang dalam serangan yang menargetkan kripto.
Pada awal Juli 2024, sistem intelijen ancaman Check Point mengidentifikasi pola di mana peretas mengeksploitasi fungsi execTransaction protocol Safe untuk melakukan serangan canggih.
Bukan Modus Peretasan Baru
Pelanggaran Bybit kini mengonfirmasi taktik ini berkembang menjadi ancaman serius di seluruh industri. Sistem intelijen ancaman Check Point sebelumnya menandai penyalahgunaan serupa terhadap fungsi execTransaction pada Juli 2024, yang menyoroti meningkatnya penggunaan metode ini dalam serangan yang ditargetkan terhadap lembaga kripto.
Menurut Oded Vanunu, Kepala Riset Kerentanan Produk di Check Point Research, Serangan terhadap Bybit tidaklah mengejutkan. Juli lalu, pihaknya mengungkap teknik manipulasi persis yang dieksploitasi para penyerang dalam pencurian yang memecahkan rekor ini.
“Hal yang paling mengkhawatirkan adalah bahkan dompet dingin yang dulunya dianggap sebagai opsi teraman kini rentan,” kata Vanunu dalam laporannya kepada Liputan6.com.
Serangan ini membuktikan pendekatan pencegahan terlebih dahulu, mengamankan setiap langkah transaksi, adalah satu-satunya cara untuk menghentikan penjahat dunia maya melakukan serangan berdampak tinggi serupa pada masa mendatang.
Advertisement
Pasar Kripto Tertekan Akibat Kasus Peretasan Bybit
Sebelumnya, harga Bitcoin terus mengalami konsolidasi di bawah angka psikologis USD 100.000 setelah mengalami penurunan tajam akibat salah satu peretasan terbesar dalam sejarah kripto.
Trader Tokocrypto, Fyqieh Fachrur menjelaskan, penurunan ini membentuk pola bearish engulfing, yang mengindikasikan tekanan jual yang kuat di pasar. Dampaknya, pasar kripto mengalami likuidasi lebih dari USD 600 juta.
Fyqieh mengungkapkan, salah satu faktor utama di balik tekanan ini adalah peretasan besar yang terjadi di platform perdagangan kripto Bybit, yang mengakibatkan kehilangan aset senilai sekitar USD 1,4 miliar dalam bentuk Ethereum (ETH).
Selain peretasan Bybit, Fyqieh menyebut laporan ekonomi terbaru dari Amerika Serikat juga memberikan tekanan pada pasar kripto. Indeks PMI sektor jasa mencatat level terendah dalam lebih dari dua tahun, menunjukkan adanya pelemahan ekonomi.
Sejumlah data ekonomi penting yang akan dirilis minggu ini, seperti keyakinan konsumen (25 Februari), data penjualan rumah baru (26 Februari), dan laporan PDB kuartal keempat (27 Februari), diperkirakan akan mempengaruhi pasar lebih lanjut.
