Cerita Guru SLBN Mengajar Anak Disabilitas

Dengan perhatian khusus dari keluarga, anak disabilitas mampu layaknya orang normal

oleh Liputan6.com diperbarui 22 Okt 2019, 14:32 WIB
Diterbitkan 22 Okt 2019, 14:32 WIB
Jangan anggap kami sebelah mata
Jangan anggap kami sebelah mata (Merdeka.com)

Liputan6.com, Jakarta - Guru merupakan pahlawan tanpa tanda jasa. Termasuk juga para guru yang mengajar di Sekolah Luar Biasa (SLB) untuk anak-anak disabilitas.

Salah seorang guru disabilitas itu adalah Yunita Ira Susanti. Ia mengajar di Sekolah Luar Biasa Negeri (SLBN) 6 Jakarta.

Yunita mengakui adanya kesenjangaan kesejahteraan dan fasilitas yang ada di SLB. Seperti kelas praktik kepribadian anak yang masih belum terwujud saat ini.

Walaupun upah guru SLBN tidak sama seperti pegawai negeri sipil (PNS) yang mendapat tunjangan, menurut Yunita, upah itu sudah lebih baik daripada saat mengandalkan komite sekolah.

"Lebih baik sekarang diatur oleh pemerintah, kalau dulu kan lewat komite. Sekarang sudah bersyukur sekali saya, walaupun tidak mendapatkan tunjangan," ujar Yunita.

Meski begitu, dia bercerita, ada saja guru lain yang mempermasalahnkan gaji yang didapatnya di SLBN tidak sepadan dengan PNS guru formal.

Ada saja guru yang masih mempermasalahkan upah dengan nominal sama dengan guru formal. Karena, beban pekerjaan mereka yang lebih berat.

"Sebenarnya, murid disabilitas itu memiliki rasa percaya diri tinggi. Hanya kendalanya terdapat di dalam keluarga," ucap Yunita.

Dia pun berpesan kepada orangtua agar selalu bersyukur meskipun mendapatkan anak disabilitas berkebutuhan khusus.

"Saya suka ingatkan kepada orangtua, atau orangtua juga suka cerita ke saya soal anaknya. Ada yang susah bersosialiasi tapi lebih banyak mereka yang percaya diri," kata Yunita sambil tersenyum. 

 

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Tetap Bersukur

Jangan anggap kami sebelah mata
Jangan anggap kami sebelah mata (Merdeka.com)

Senada, guru terapi berbicara Wahyu Rina Ningsih merasa bersyukur bisa mengajar di SLBN 6 Jakarta meski sarana dan prasana kurang memadai. Menurutnya, upah guru untuk SLBN kalli ini sudah lebih baik.

"Saya bersyukur sekali bisa ditugaskan di SLBN 6, menurut saya lebih baik di sini dari segi upah guru," ungkap Rina.

Menurutnya, upah guru untuk SLBN kali ini sudah lebih baik. "Saya bersyukur sekali bisa ditugaskan di SLBN 6, menurut saya lebih baik di sini dari segi upah guru," kata Rina.

Rina juga memberikan pengertian kepada muridnya agar tetap sabar dalam bersosialiasi. Sesekali setelah memberikan terapi, ada satu atau dua orang anak yang curhat tentang keseharian mereka.

Tak hanya muridnya, orangtua juga sering diberikan arahan agar anaknya bisa bersosialiasi dan memiliki hasil ketika di sudah di dunia luar.

Sementara itu, Kepala Sekolah SLBN 6 Tonny Santosa mengatakan, dengan memberikan pelatihan menjahit dan tata rias, murid SLBN dapat menghasilkan sesuatu di kemudian hari untuk dunia pendidikan walaupun kini telah dianggap sebelah mata.

"Walaupun masih dianggap sebelah mata, mereka bisa menghasilkan sesuatu dari kekurangan mereka. Dan setidaknya SLBN 6 mengajarkan mandiri untuk anak-anak setelah lulus," kata Tonny.

Nana salah satu orang tua murid SDLB, berharap anakanya, Rizki yang duduk di kelas satu golongan tuna grahita bisa berguna saat lulus nanti. Nana memiliki rencana untuk menyekolahkan Rizki hingga tingkat SMALB.

"Insya Allah, saya berharap sekolah ini bisa memberikan hasil bagi anak saya. Agar percaya dirinya ada dan tidak malu di dunia luar," tutup Nana dengan senyuman.

 

(Annisa Suryanie)

 

Reporter : Intan Umbari Prihatin

Sumber  : Merdeka

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya