Liputan6.com, Jakarta - Ayu Tri Handayani memiliki tubuh yang tidak sempurna. Kondisi disabilitas Ayu adalah dirinya terlahir dengan tangan yang tidak sempurna.
Meski disabilitas hanya bermodal dua kakinya, perempuan kelahiran Solo, 9 Februari 1991 ini lihai menggambar motif batik dengan canting.
Baca Juga
Aktivitas tersebut sudah digeluti Ayu sejak lulus SMP pada 2008-2009. Putri pasangan Sarwono dan Triyatmi ini terlahir dengan tangan tak sempurna. Tetapi ketidaksempurnaan fisiknya tak menghalangi lulusan SMP YPAC Solo ini untuk berkarya.
Advertisement
Semangat yang luar biasa tak memadamkan kreatifitasnya, sehingga hasil karya batiknya bisa terjual dengan harga hingga puluhan juta rupiah setiap potongnya.
Karya batiknya telah diikutsertakan di berbagai pameran tingkat nasional. Prestasi ini mengantar Ayu berjumpa dengan banyak pesohor negeri.
Selain sejumlah artis dan tokoh penting, Ayu juga berkesempatan bertemu Presiden keenam RI Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY dan Ibu Negara Ani Yudhoyono.
"Saya mendapat kunjungan pak SBY dan bu Ani di Jakarta, kalau enggak salah tahun 2012 dalam sebuah pameran nasional Gelar Nusantara," ujar Ayu.
Saat pameran tersebut, sedikitnya 8 potong batik hasil karya pertamanya terjual dengan harga minimal Rp 5 juta per potong.
Salah satu pembelinya adalah mantan Menteri Koordinator Ekonomi, Keuangan, dan Industri Ginanjar Kartasasmita.
Ketekunan Ayu membatik juga mengantarkannya meraih sejumlah penghargaan. Antara lain Batikology kategori Inspiring Woman dari Indosat yang diraih April tahun 2016.
Kemudian Ayu dengan kondisinya yang disabilitas ini juga dianugerahi penghargaan Undip Award kategori Kemanusiaan, Kreativitas, dan Inovasi dari Universitas Diponegoro Semarang.
* Dapatkan pulsa gratis senilai Rp10 juta dengan download aplikasi terbaru Liputan6.com mulai 11-31 Oktober 2019 di tautan ini untuk Android dan di sini untuk iOS
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Membatik dengan kaki
Kemahiran Ayu membatik dengan kaki tak perlu diragukan lagi. Saat merdeka.com bertandang ke rumahnya, dengan cekatan Ayu menyalakan kompor kecil dengan wajan berisi malam dan menyiapkan canting, kain, dan peralatan lainnya dengan jari-jari kakinya.
Tak lama kemudian, dia duduk di sebuah bangku kecil di ruang tamu rumahnya. Sebuah lembaran kain dengan sebuah pola bermotif kuda disiapkan di depannya.
Setelah 15 menit menunggu, malam pun matang dan siap untuk membatik. Mulailah jemari kaki Ayu berkelok-kelok membatik membentuk pola yang sudah dilukis diatas kain putih.
"Kalau sudah satu jam kadang pegel dan saya istirahat dulu. Kalau kesulitan tidak ada, cuma kalau kena malam di muka atau di kaki panas," ujar Ayu semangat.
Ayu mengaku tak pernah bercita-cita menjadi pembatik. Kisahnya dimulai ketika dia duduk di kursi SMP.
Di tempatnya belajar ada ekstrakurikuler membatik. Dari situlah dia mulai tertarik membatik dengan bimbingan gurunya. Saat itu dia mulai memiliki keinginan berbisnis batik dan mempunyai sebuah galeri batik.
"Sebenarnya banyak teman-teman saya yang mempunyai bakat yang belum tereksplor. Saya pengen bantu mereka suatu saat nanti," ucap Ayu.
Advertisement
Banyak Keinginan Belum Terwujud
Menurut Ayu, banyak keinginannya yang selama ini belum terwujud. Di antaranya, keinginan membuat desain motif dan melukisnya sendiri. Namun dengan keterbatasan yang dia miliki, dia lebih memilih bekerja sama dengan beberapa pihak.
Ayu menyadari, bukan hal yang mudah untuk bisa menjadi pembatik yang mahir. Sedikitnya butuh waktu setahun untuk belajar membatik.
Mulai dari memegang canting dengan kakk kemudian menggoreskannya ke kain yang akan dibatik. Suka duka dialaminya saat membatik, mulai dari ketetesan malam panas, ketumpahan minyak kompor, dan lainnya.
Ayu mengaku, hingga saat ini sudah banyak motif batik hasil karyanya. buat. Mulai dari motif wahyu tumurun, motif pisang bali, dan motif kecil lainnya. Dari hasil karyanya tersebut dijual dengan harga Rp 8 hingga puluhan juta.
"Kalau bahannya biasa sekitar Rp 8 juta, kalau bahannya sutera sekitar Rp 10 juta," kata Ayu.
Dari sekian banyak motif yang pernah dibuat, Ayu paling suka motif cendrawasih. Motif burung cendrawasih, tampak indah dengan bulu ekor yang panjang.
Untuk menyelesaikan satu batik diperlukan waktu sekitar sepekan, tergantung dari tingkat kerumitan motif.
Ingin Memiliki Galeri
Meski karyanya sudah banyak diakui, namun masih ada keinginan lain Ayu yang belum tercapai.
"Saya ingin punya galeri batik sendiri. Ingin hasil karya batik saya dipajang dan dilihat oleh masyarakat umum. Sekarang ini, hasil karya saya hanya untuk stok dirumah," kata Ayu.
Ayu merasa bangga dengan berbagai penghargaan yang diperolehnya. Penghargaan iti semakin menambah semangatnya untuk tetap terus berkarya menghasilkan motif batik indah.
Dari hasil karyannya, dia berkeinginan kuat mewujudkan cita-citanya memiliki sebuah galeri. Selama ini hasil karya batiknya sudah ada yang melanjutkan prosesnya dan ikut membantu memasarkannya ke khalayak.
Melalui batik, anak kedua dari empat bersaudara ini ingin menunjukan bahwa membuat karya terbaik meskipun memiliki keterbatasan.
"Saya ingin membantu teman-teman sekolah saya yang mempunyai bakat terpendam tapi belum dikeluarkan. Mereka perlu semangat dan dukungan dari kita semua untuk bisa berkarya. Terus semanga jangan menyerah, gali potensi yang kita masing-masing. Pasti ada bakat yang terpendam," pungkas Ayu.
Reporter : Arie Sunaryo
Sumber : Merdeka
Advertisement