37 Persen Penyandang Disabilitas di Inggris Mengalami Kejahatan Daring

Survei menunjukkan 37 persen dari 250 penyandang disabilitas mengalami kejahatan daring.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 12 Mei 2020, 13:04 WIB
Diterbitkan 12 Mei 2020, 12:59 WIB
Cyber Crime
Cyber crime (ilustrasi/fbnstatic.com)

Liputan6.com, Jakarta Survei menunjukkan 37 persen dari 250 penyandang disabilitas mengalami kejahatan daring. Survei ini dilakukan disabilityhorizons.com bekerja sama dengan badan amal disabilitas Leonard Cheshire.

70 persen difabel mengalami kejahatan di Facebook atau aplikasi messenger. 22 persen melalui email, 20 persen di Twitter, dan 20 persen lagi lewat media sosial lainnya.

Sebanyak 35 persen kejahatan daring berasal dari orang dengan nama pengguna yang ditampilkan. Sementara 34 persen pelaku kejahatan lainnya menggunakan akun tanpa nama.

Janine Howard, salah satu difabel yang mengalami kejahatan daring mengatakan, "Orang yang saya tidak kenal mengambil foto saya ketika saya berada di luar. Mereka mempostingnya di media sosial untuk dikomentari orang lain.

Ia menambahkan, komentar itu buruk, menyakitkan, membuatnya merasa takut dan marah.

Untuk mempelajari lebih dalam masalah ini, Leonard Cheshire meminta Freedom of Information (FOI) menyajikan data terkait. Ia menemukan, kejahatan daring pada orang difabel meningkat sebanyak 33 persen sejak 2016 hingga 2018.

Total ada 313 kejahatan daring pada penyandang disabilitas. Jumlah ini meningkat dari tahun sebelumnya yang sebanyak 235 kasus.

Simak Video Pilihan Berikut Ini:

Melaporkan Kejahatan Daring

Dalam survei, hanya 15 persen orang melaporkan kejahatan daring yang mereka alami kepada polisi. 15 persen lainnya melaporkan kepada penyedia media sosial tentang pelanggaran tersebut. Sedang, 36 persen tidak melaporkan kejahatan daring yang mereka alami kepada siapa pun.

Leonard Cheshire meminta perusahaan media global, seperti Twitter dan Facebook, untuk mengambil tindakan terhadap kejahatan daring pada difabel. Mereka diminta untuk menindak pelanggar lebih serius untuk melindungi semua pengguna media sosial.

Tim survei berharap, ini akan membuat internet menjadi tempat yang tidak terlalu mengancam dan lebih inklusif bagi semua orang.

Seorang pengisi survei dengan nama yang disamarkan mengatakan, “Penyalahgunaan media daring mempengaruhi kesehatan mental dan emosional saya. Saya tidak bisa tidur dengan baik selama berbulan-bulan. Pengalaman seperti ini membuat saya khawatir untuk orang-orang muda penyandang disabilitas yang mungkin lebih rentan."

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya