Mengenal Perbedaan Istilah Cacat, Disabilitas dan Difabel Menurut Sejarah

Keterbatasan seseorang baik secara fisik maupun mental kini disebut dengan istilah disabilitas atau difabel. Sebelumnya, kata yang digunakan untuk menggambarkan orang dengan keterbatasan adalah “cacat.”

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 22 Des 2020, 15:00 WIB
Diterbitkan 22 Des 2020, 15:00 WIB
ilustrasi penyandang disabilitas
ilustrasi penyandang disabilitas. (MOHAMMED HUWAIS/AFP)

Liputan6.com, Jakarta Keterbatasan seseorang baik secara fisik maupun mental kini disebut dengan istilah disabilitas atau difabel. Sebelumnya, kata yang digunakan untuk menggambarkan orang dengan keterbatasan adalah “cacat.”

Seiring berjalannya waktu istilah cacat semakin jarang digunakan karena memiliki nada yang dinilai kasar dan tidak sopan.

Menurut dr. Nitish Basant Adnani BMedSc MSc dari Klikdokter, perkembangan definisi istilah disabilitas, kecacatan, dan orang cacat dimulai sejak kemerdekaan Indonesia pada 1945. Sejak saat itu, istilah cacat mulai digunakan dalam undang-undang serta literatur atau bacaan.

Kata cacat berawal dari anggapan masyarakat yang melihat kecacatan fisik diakibatkan oleh dosa, baik dari orangtua maupun diri sendiri. Kecacatan ini sering juga dikaitkan dengan hal-hal supranatural.

Stigma tersebut mengakibatkan orang cacat disebut sebagai orang yang tidak layak untuk menjadi manusia. Pemikiran ini membuat adanya anggapan negatif terdapat orang yang memiliki keterbatasan di Indonesia selama berabad-abad.

Simak Video Berikut Ini:

Muncul Istilah Baru

Berdasarkan penjelasan dalam tulisan jurnal Disability terminology and the emergence of ‘diffability’ in Indonesia, pada 1954, Pemerintah Indonesia mulai memperkenalkan istilah baru. Istilah ini untuk menggambarkan orang yang memiliki kekurangan jasmani atau rohani.

Perubahan ini terjadi karena masa rezim Soekarno dipengaruhi oleh budaya Jawa. Oleh karena itu, istilah ini diperhalus dari istilah awal yang dianggap tidak sopan, misalnya istilah gelandangan diganti dengan tuna wisma.

“Perubahan ini juga dilakukan pada istilah lainnya yang berkaitan dengan disabilitas. Meskipun adanya perubahan arti baru, tetap saja banyak orang menganggap bahwa orang cacat adalah orang aneh dan tidak berguna,” tulis Nitish mengutip Klikdokter Senin (21/12/2020).

Istilah cacat diartikan sebagai orang yang terganggu atau kehilangan kemampuan untuk mempertahankan hidupnya. Hal ini menunjukkan bahwa cacat dianggap sebagai ketergantungan atau tidak mampu untuk bertahan hidup.

Mulai tahun 1990, penggunaan kata penderita diganti menjadi penyandang. Istilah ini mulai muncul pada undang-undang yang terbit di bulan Mei 1992. Perubahan ini bertujuan untuk menghindari tindak diskriminasi terhadap penyandang disabilitas.

Istilah Difabel

Istilah difabel diciptakan oleh Mansour Fakih, seorang aktivis sosial di Indonesia. Istilah difabel ini mulai dipopulerkan pada pertengahan 1990 saat ia mulai berpikir bahwa istilah cacat dan kelainan sudah tidak sesuai.

Tahun 1996, ia menyarankan kata difabel untuk menggantikan istilah penyandang cacat.

Kata ini berasal dari kata diffable yang merupakan kepanjangan dari differently abled people. Ia juga merasa kata ini dapat menggantikan kata disabled, karena tidak ada orang yang benar-benar tidak dapat melakukan apa-apa.

Fakih melihat orang yang kehilangan lengan atau mata yang dianggap cacat sering dianggap tidak normal atau tidak berarti. Padahal, belum tentu orang yang memiliki lengan atau mata tidak mempunyai kecacatan yang lain, seperti cacat moral.

Fakih memberikan contoh bahwa seseorang yang kehilangan kakinya mungkin mempunyai kemampuan yang lebih bila dibandingkan dengan orang yang tidak kehilangan kaki. Hubungan antara cacat atau disabilitas dengan kelainan fisik merupakan sesuatu yang subjektif.

Istilah Disabilitas

Sementara itu, kata disabilitas berasal dari bahasa Inggris, disability yang berarti kehilangan kemampuan. Istilah ini biasanya digabungkan dengan kata penyandang (penyandang disabilitas).

Disabilitas mengacu pada keterbatasan yang dimiliki seseorang, dan dipengaruhi oleh lingkungan sekitar yang belum ramah disabilitas.

“Istilah disabilitas dirasa lebih tepat untuk digunakan dibanding dengan kata cacat. Karena, kata cacat dikhawatirkan dapat menimbulkan berbagai penafsiran. Untuk menghindari hal tersebut, pemakaian kata disabilitas lebih disarankan.”

Apabila nanti kondisi dan kemampuannya sudah dapat terpenuhi, mereka tidak bisa lagi disebut penyandang disabilitas. Istilah disabilitas juga lebih sering digunakan di dunia internasional.

“Sebagai kesimpulan dari perbedaan difabel dan disabilitas, penggunaan kata disabilitas lebih tepat karena terdapat dalam landasan hukum, sedangkan untuk difabel lebih digunakan pada kosa kata sehari-hari,” tutup Nitish.

Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas

Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas
Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas. (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya