Liputan6.com, Jakarta Sejak 1996, pelukis disabilitas Faisal Rusdi terjun ke dunia melukis dengan menggunakan mulut. Sepanjang karier sebagai pelukis profesional ia telah menciptakan beragam lukisan dengan berbagai cerita latar pembuatannya.
Pria penyandang cerebral palsy ini mengaku lebih suka melukis dengan aliran realis. Menurutnya, aliran ini lebih melukiskan wujud nyata keseharian, tapi tidak senyata naturalis.
Baca Juga
“Kalau naturalis lebih detail lebih seperti nyata, kalau realis bentuknya memang seperti nyata tapi tidak sedetail naturalis,” ujar Faisal kepada redaksi Disabilitas-Liputan6.com, Jumat (12/2/2021).
Advertisement
Dalam mencari inspirasi lukisan, terkadang ia melukis tempat-tempat yang pernah didatangi, dari media foto, atau dari imajinasi sendiri.
Salah satu pengalaman melukis yang paling berkesan baginya adalah lukisan seorang anak yang dikurung di kandang ayam. Lukisan ini adalah hasil imajinasi sendiri dan ia mengaku senang dengan lukisan tersebut.
Ide di balik lukisan anak dalam kendang ayam itu berawal dari mitos yang beredar di masyarakat tentang rabun ayam. Kala itu, salah satu stasiun televisi menyampaikan informasi tentang rabun ayam. Biasanya kondisi ini dialami oleh anak-anak kecil dengan gejala mata rabun menjelang magrib.
“Katanya, anak-anak itu harus dikurung di kandang ayam agar sembuh. Idenya dari situ, tapi cerita dasarnya juga kena kepada saya sendiri.”
“Saya sebagai penyandang disabilitas merasa seperti itu, ya selama ini masyarakat atau pemerintah seperti mengucilkan kami, mengungkung kami tidak diberikan kebebasan dan kesetaraan.”
Simak Video Berikut Ini
Proses Pengerjaan Lukisan
Dalam proses pengerjaan lukisan, Faisal membutuhkan waktu yang beragam dalam menyelesaikannya. Hal ini tergantung pada teknik yang digunakan, ukuran lukisan, dan kerumitan.
“Paling cepat ada yang bisa saya kerjakan 3 hari, paling lama 2 minggu, supaya lebih cepat saya menggunakan teknik dot jadi seperti teknik titik-titik.”
Baginya, melukis menggunakan mulut lebih mudah dilakukan ketimbang menggunakan tangan. Cerebral palsy yang disandangnya membuat tangannya tidak bisa bergerang secara luas sehingga membatasi kinerjanya dalam melukis.
Namun, ketika melukis dengan mulut, ia merasa lebih leluasa dan hasilnya pun ternyata lebih bagus ketimbang melukis dengan tangan, tutupnya.
Advertisement