Liputan6.com, Jakarta - Puasa di bulan Ramadhan bukan sekadar menahan lapar dan dahaga, tetapi juga memiliki makna mendalam dalam kehidupan manusia. Banyak orang memahami puasa sebagai bentuk ibadah yang harus dijalankan tanpa mengetahui hakikat sebenarnya.
KH Ahmad Bahauddin Nursalim, atau yang lebih dikenal sebagai Gus Baha, memberikan penjelasan menarik tentang esensi puasa yang jarang dibahas secara umum.
Advertisement
Dalam sebuah pengajian yang dihadiri oleh para santri dan jamaah, Gus Baha menjelaskan bagaimana puasa sejatinya mengembalikan fitrah orisinal manusia. Dengan berpuasa, manusia diajak kembali kepada kondisi alami yang telah ditetapkan oleh Allah. Hal ini penting karena manusia sering kali terlalu larut dalam kenikmatan duniawi tanpa menyadari batasan yang seharusnya dijaga.
Advertisement
"Kenapa ada puasa? Puasa itu mengembalikan fitrah orisinal manusia. Mengembalikan citra asli manusia yang seharusnya," ujar Gus Baha dalam pengajian tersebut yang dikutip dari tayangan video di kanal YouTube @Ingsun_santri.
Dalam kesempatan itu, Gus Baha mengajak para jamaah untuk memahami bagaimana puasa Ramadhan memberikan keseimbangan bagi tubuh dan jiwa.
Menurutnya, sistem organ manusia yang memiliki miliaran saraf sebenarnya bisa pulih hanya dengan seteguk air. Hal ini membuktikan bahwa manusia tidak memerlukan konsumsi berlebihan untuk bertahan hidup. Dalam kondisi berpuasa, tubuh tetap mampu berfungsi dengan baik hanya dengan sedikit makanan saat berbuka.
"Kalau kamu puasa dari subuh sampai magrib, lalu berbuka dengan segelas air dan sepotong pisang goreng, itu sudah cukup untuk mengembalikan energi tubuhmu," jelas Gus Baha.
Baca Juga
Simak Video Pilihan Ini:
Makan Tak Perlu Jumlah Besar untuk Kembalikan Energi
Dalam kehidupan sehari-hari, banyak orang yang menganggap bahwa makan dalam jumlah besar lebih baik dibandingkan makan secukupnya. Padahal, menurut Gus Baha, tubuh manusia memiliki mekanisme pemulihan alami yang tetap bekerja meskipun asupan makanan tidak berlebihan.
"Seseorang yang berbuka dengan satu butir kurma akan mendapatkan energi yang sama seperti orang yang makan sepiring nasi. Jadi, kalau disuruh bertarung pun, kekuatannya tetap seimbang," lanjutnya.
Puasa tidak hanya tentang menahan lapar, tetapi juga melatih manusia untuk lebih memahami kebutuhannya. Tidak sedikit orang yang merasa bahwa mereka harus makan dalam jumlah besar agar tetap kuat. Namun, kenyataannya, tubuh bisa bertahan dengan makanan yang sederhana.
"Orang yang berbuka dengan satu kurma dan orang yang makan sepiring nasi, kalau dikasih pedang dan disuruh bertarung, hasilnya tetap sama, fifty-fifty," ujar Gus Baha sembari tersenyum.
Ia juga menekankan bahwa Islam melarang puasa terus-menerus tanpa berbuka. Sebab, jika seseorang tidak berbuka sama sekali, tubuhnya akan mengalami kelemahan ekstrem yang bisa membahayakan kesehatan.
"Yang diharamkan itu puasa terus-menerus tanpa berbuka. Karena kalau tidak berbuka sama sekali, tubuh bisa gemetar dan itu berbahaya," tegasnya.
Puasa dalam Islam bukan sekadar ibadah yang bersifat ritual, tetapi juga memiliki manfaat bagi kesehatan fisik dan mental. Dengan berpuasa, manusia diajarkan untuk mengendalikan diri dan memahami batasan dalam kehidupan.
Advertisement
Puasa Berlatih Menghargai Makanan
"Puasa itu bukan hanya menahan lapar, tapi juga mengatur ritme hidup. Dengan berpuasa, manusia bisa lebih menghargai makanan dan mensyukuri nikmat yang diberikan Allah," kata Gus Baha.
Selain itu, puasa juga menjadi cara untuk merasakan penderitaan orang-orang yang kurang mampu. Ketika seseorang menahan lapar sepanjang hari, ia akan lebih mudah merasakan bagaimana beratnya kehidupan orang-orang miskin yang sering kali kesulitan mendapatkan makanan.
"Orang yang berpuasa akan lebih menghormati makanan. Sebab, saat berbuka, bahkan air putih pun terasa begitu nikmat," ujarnya.
Islam memberikan kelonggaran dalam puasa bagi mereka yang memiliki uzur, seperti orang sakit atau musafir. Hal ini menunjukkan bahwa puasa bukan beban, tetapi sebuah bentuk latihan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia.
"Kalau ada orang sakit atau dalam perjalanan jauh, Islam memperbolehkan untuk tidak berpuasa dan menggantinya di lain waktu. Ini adalah bentuk kasih sayang Allah kepada hambanya," jelas Gus Baha.
Puasa juga memiliki nilai spiritual yang tinggi. Selain menjaga kesehatan, puasa melatih kesabaran dan meningkatkan ketakwaan seseorang kepada Allah. Dengan berpuasa, seseorang akan lebih mudah menahan hawa nafsu dan mengontrol emosinya.
"Puasa itu adalah bentuk latihan agar manusia lebih sabar dan tidak mudah terpancing emosi," ucapnya.
Pada akhirnya, puasa bukan hanya soal menahan lapar dan haus, tetapi juga tentang bagaimana manusia bisa lebih mengenali dirinya sendiri. Dengan memahami makna puasa yang sebenarnya, seseorang akan mampu menjalani Ramadan dengan lebih baik.
"Kalau kita memahami hakikat puasa dengan benar, maka kita akan menjalankannya dengan penuh kesadaran dan kebahagiaan," pungkas Gus Baha.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul
