Psikolog Sarankan 2 Fokus yang Perlu Ditanamkan dalam Pengasuhan Anak Berkebutuhan Khusus

Mengasuh anak berkebutuhan khusus (ABK) akan cenderung berbeda dengan anak-anak non disabilitas.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 15 Jul 2021, 13:00 WIB
Diterbitkan 15 Jul 2021, 13:00 WIB
Imansyah Aditya Fitri
Ilustrasi anak berkebutuhan khusus. Foto: Ade Nasihudin/liputan6.com.

Liputan6.com, Jakarta Mengasuh anak berkebutuhan khusus (ABK) akan cenderung berbeda dengan anak-anak non disabilitas.

Maka dari itu, psikolog dari PION Clinician, Irma Afriyanti menyarankan pada orangtua ABK untuk fokus pada hal-hal yang paling penting bagi mereka.

Dua hal penting yang perlu menjadi fokus dalam pengasuhan ABK adalah penanaman nilai kemandirian dan fokus pada potensi atau kelebihan anak, bukan kekurangannya.

“Untuk ABK, yang penting diberi pembekalan untuk melatih kemandirian dan fokus pada mencari dan menggali kelebihan dari masing-masing anak,” kata Irma dalam seminar daring Konekin ditulis Kamis (15/7/2021).

Pembekalan kemandirian yang dimaksud adalah terkait cara mengurus diri sendiri sehari-hari. Seperti mandi sendiri, makan, minum, mengganti pakaian, berbicara, mengobrol dengan orang, dan hal-hal sederhana lainnya.

Simak Video Berikut Ini

Fasilitasi Potensi Anak

Selanjutnya, anak berkebutuhan khusus yang sering dipandang tidak dapat melakukan apa-apa ternyata memiliki potensi masing-masing jika digali dan diarahkan dengan baik.

Dalam hal ini, peran orangtua adalah mencari, menggali, dan memfasilitasi potensi anak agar dapat berkembang seiring dengan keahliannya.

“Jika kita melihat anak berpotensi di salah satu bidang ya kita fasilitasi, misal anak pintar menggambar, maka fasilitasi anak dengan membelikan alat gambar seperti cat air dan lain-lain.”

Usaha memfasilitasi potensi anak perlu dilakukan dengan maksimal agar potensi anak dapat tergali dengan optimal, kata Irma.

Bukan Hal Remeh

Walau terdengar remeh, kedua fokus tersebut bukanlah hal sederhana bagi anak berkebutuhan khusus terutama bagi anak-anak dengan disabilitas intelektual, lanjut Irma.

Berbagai kemampuan sehari-hari perlu ditanamkan sejak dini dan berulang-ulang agar anak dengan disabilitas intelektual dapat mengikuti dan menerapkan di kehidupan sehari-hari serta menjadi kebiasaan hingga dewasa.

Kondisi ini berbeda dengan anak non disabilitas intelektual yang bisa melakukan berbagai kegiatan sederhana hanya dengan melihat orang lain melakukannya.

Infografis Tunjangan Khusus Penyandang Disabilitas di Jakarta

Infografis Tunjangan Khusus Penyandang Disabilitas di Jakarta
Infografis Tunjangan Khusus Penyandang Disabilitas di Jakarta. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya