Penyebab Disleksia Belum Diketahui Pasti, Faktor Keturunan Bisa Jadi Salah Satunya

Anak yang memiliki kesulitan dalam membaca bukan berarti ia bodoh, bisa saja ia menyandang disleksia.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 26 Jul 2021, 14:00 WIB
Diterbitkan 26 Jul 2021, 14:00 WIB
Ilustrasi Anak Membaca
Ilustrasi anak membaca. (dok. Pixabay.com/StockSnap)

Liputan6.com, Jakarta Anak yang memiliki kesulitan dalam membaca bukan berarti ia bodoh, bisa saja ia menyandang disleksia.

Menurut dr. Dyah Novita Anggraini dari Klikdokter, disleksia adalah suatu gangguan ketika seseorang mengalami kesulitan membaca, menulis, dan mengeja. Kondisi ini umumnya terjadi pada anak-anak dan dapat menyerang anak dengan kemampuan intelegensi lebih dari rata-rata.

“Jika disleksia tidak ditangani, maka dapat menyebabkan prestasi menurun dan terganggunya interaksi sosial,” kata Dyah mengutip Klikdokter, Sabtu (24/7/2021).

Ia menambahkan, sampai saat ini, penyebab disleksia belum diketahui secara pasti. Namun, ada beberapa pendapat yang menjelaskan adanya faktor keturunan yang berperan dalam munculnya disleksia.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa orang yang memiliki anggota keluarga dengan riwayat disleksia berisiko lebih besar mengalami kondisi disleksia juga. Kelainan kromosom yang bersifat diturunkan terjadi pada kromosom 1, 15, dan 16.

Simak Video Berikut Ini

Langkah Pencegahan?

Karena penyebabnya belum diketahui dengan pasti, maka tidak ada langkah pencegahan utama gangguan disleksia sejak anak masih dalam kandungan, lanjut Dyah.

Meski demikian, ada beberapa faktor risiko yang dapat dihindari selama masa kehamilan yang diketahui dapat meningkatkan risiko gangguan disleksia pada anak. Salah satunya mencegah kelahiran prematur dan berat badan lahir rendah.

Kelahiran prematur adalah kelahiran yang terjadi pada tiga minggu atau lebih sebelum waktu kelahiran normal. Bayi yang lahir di usia kehamilan belum mencapai 25 minggu, memiliki risiko gangguan belajar dan disleksia. Selain itu, kelahiran prematur dapat menyebabkan berat badan bayi lahir rendah.

“Untuk mencegah kelahiran prematur sejak masa kehamilan, ibu hamil harus menjaga kehamilan tetap sehat dengan rutin konsultasi ke dokter sesuai jadwal yang ditetapkan setiap bulan.”

Memperhatikan Asupan Nutrisi

Selain itu, ibu harus memperhatikan asupan nutrisi selama kehamilan dengan rutin konsumsi makanan yang mengandung karbohidrat, protein, lemak, sayur dan buah.

Ibu hamil juga perlu mengetahui faktor risiko selama kehamilan seperti tekanan darah tinggi atau diabetes.

“Saat hamil Anda juga perlu menjaga berat badan selama kehamilan, karena berat badan berlebih meningkatkan risiko persalinan prematur,” pungkasnya.

Infografis 4 Tips Jaga Kesehatan Mental Saat Pandemi COVID-19

Infografis 4 Tips Jaga Kesehatan Mental Saat Pandemi Covid-19. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis 4 Tips Jaga Kesehatan Mental Saat Pandemi Covid-19. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya