Liputan6.com, Jakarta Stroke menjadi salah satu penyakit yang dapat memicu kondisi disabilitas. Baik disabilitas fisik atau daksa, maupun gangguan mental.
Lantas, apakah kondisi disabilitas yang disebabkan stroke memiliki kemungkinan untuk disembuhkan?
Baca Juga
Menjawab hal tersebut, dokter spesialis saraf Rumah Sakit Pondok Indah – Puri Indah Marcus Adityawan Bahroen mengatakan bahwa kemungkinan tersebut ada, tapi tidak dapat dipastikan.
Advertisement
“Jika pertanyaannya adalah apa ada kemungkinan sembuh? Jawabannya ya. Akan tetapi jika pertanyaannya apakah pasti sembuh? Jawabannya tidak ada yang pasti,” kata Marcus dalam keterangan tertulis yang diterima kanal Disabilitas Liputan6.com, ditulis Jumat (11/2/2022).
Jika kelainan fungsi pada serangan awalnya tidak berat, biasanya prognosisnya juga akan baik, lanjutnya. Hasil akhir hanya bisa dilihat setelah beberapa bulan setelah terapi yang optimal dan konsisten.
Maka dari itu, sejak awal pasien stroke harus rajin berobat, karena jika pengobatan ditunda 1-2 tahun sesudahnya, hasil baik menjadi sulit diharapkan.
“Time is brain, baik sejak awal terkena stroke langsung secepatnya harus dibawa ke rumah sakit, dan juga setelah perawatan inap jangan dibiarkan saja di rumah, harus aktif berusaha sampai semaksimal mungkin.”
Simak Video Berikut Ini
Perawatan Pasca-Stroke
Marcus menambahkan, perawatan stroke dapat dilakukan pada kondisi rawat jalan setelah rawat inap. Di mana semua hal yang bersifat akut dan komplikasi sudah diatasi.
“Namun, bukan berarti perawatan rawat inap dan rawat jalan berbeda terlalu jauh, perawatan setelah stroke ini meneruskan yang sudah diberikan sewaktu rawat inap,” kata Marcus.
Obat dari dokter spesialis neurologi atau saraf dimodifikasi setelah pulang dari rawat inap. Selain itu, fisioterapi dengan koordinasi tim rehabilitasi medik dilanjutkan, bahkan sudah dimulai pada waktu rawat inap kecuali kasus stroke perdarahan, fisioterapi tidak dilakukan secara agresif di awal.
“Konsultasi dengan psikiater dan terapis terkait juga dapat dikerjakan.”
Advertisement
Durasi Perawatan dan Rehabilitasi
Lamanya waktu perawatan tergantung kasus yang dimiliki pasien. Hal ini berkaitan dengan perbedaan jenis stroke.
“Ada dua jenis stroke, yakni stroke sumbatan dan stroke perdarahan. Belum lagi setiap pasien penyakit penyertanya berbeda-beda.”
Misalnya, jika seorang pasien terkena stroke sumbatan dan juga punya diabetes, maka terapi obat tidak akan berhenti sampai kapan pun. Obat yang dipilih pun tentunya yang aman untuk tubuh dan tidak menimbulkan kerusakan misalnya seperti gagal ginjal.
Sementara, fisioterapi ataupun terapi wicara dari tim rehabilitasi medik, paling baik dilakukan dalam 6 bulan pertama.
“Tentunya ini dapat dihentikan jika kelainannya sudah tidak ada. Namun, jika kerusakan menetap, fisioterapi juga perlu dilanjutkan terus untuk menghindari kaku dan menekuk pada anggota gerak yang lumpuh,” tutup Marcus.
Infografis Tunjangan Khusus Penyandang Disabilitas di Jakarta
Advertisement