Liputan6.com, Jakarta Speech delay atau keterlambatan bicara merupakan kondisi di mana kemampuan bicara dan bahasa anak tidak berkembang sesuai usianya. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari masalah fisik hingga faktor genetik. Anak yang mengalami speech delay mungkin kesulitan mengucapkan kata-kata, membentuk kalimat, atau memahami instruksi. Penanganan dini sangat penting untuk membantu anak mencapai potensi bicaranya.
Menurut dokter spesialis anak RS EMC Cikarang, Baginda, "Apabila tidak ditangani, speech delay bisa menghambat perkembangan anak." Penting bagi orang tua untuk mengenali tanda-tanda speech delay sejak dini dan segera mencari bantuan profesional jika diperlukan. Deteksi dini dan intervensi tepat waktu dapat memberikan hasil yang optimal dalam perkembangan bahasa anak.
Advertisement
Baca Juga
Berbagai terapi dapat dilakukan untuk membantu anak mengatasi keterlambatan bicara. Orang tua dan profesional kesehatan punya peranan penting dalam memahami dan menangani kondisi ini dengan lebih baik. Dengan penanganan yang tepat, anak-anak dengan speech delay dapat berkembang dan mencapai potensi bicaranya.
Advertisement
Penyebab Speech Delay pada Anak
Keterlambatan bicara atau speech delay dapat disebabkan oleh berbagai faktor, baik faktor fisik maupun non-fisik. Beberapa masalah fisik yang dapat menyebabkan speech delay antara lain kelainan pada mulut seperti frenulum (lipatan di bawah lidah) yang pendek, bibir sumbing, atau langit-langit mulut yang terdeformasi. Kondisi ini dapat mengganggu kemampuan anak dalam membentuk suara dan mengucapkan kata-kata.
Selain masalah fisik, gangguan oral-motor juga dapat menjadi penyebab speech delay. Gangguan ini melibatkan kesulitan mengkoordinasikan gerakan mulut, lidah, dan rahang untuk menghasilkan bicara. Gangguan pendengaran juga dapat menghambat perkembangan bicara anak, karena mereka kesulitan mendengar dan meniru suara-suara di sekitarnya. Beberapa kondisi genetik seperti down syndrome, autisme, dan cerebral palsy juga sering dikaitkan dengan speech delay.
Faktor keturunan juga dapat berperan dalam menyebabkan speech delay. Jika ada riwayat keterlambatan bicara dalam keluarga, anak mungkin memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami kondisi yang sama. Namun, dalam beberapa kasus, penyebab speech delay tidak dapat diidentifikasi, meskipun berbagai pemeriksaan telah dilakukan. Penting untuk berkonsultasi dengan dokter atau ahli terapi wicara untuk mendapatkan diagnosis yang tepat dan penanganan yang sesuai.
Advertisement
Ciri-Ciri Speech Delay Berdasarkan Usia
Tanda-tanda speech delay bervariasi tergantung usia anak. Pada usia 0-1 tahun ada beberapa tanda yang perlu diwaspadai. Tanda pertama adalah tidak mengeluarkan suara dengungan atau suara lain pada usia 2 bulan. Selanjutnya pada usia 7 bulan, anak tidak bereaksi terhadap suara atau memahami kata-kata sederhana. Dan terakhir, anak tidak mengucapkan 1-2 kata (seperti 'mama' atau 'papa') hingga usia 1 tahun.
Untuk anak usia 1-2 tahun, juga terdapat tanda-tanda speech delay. Tidak menggunakan isyarat tangan dan lebih memilih isyarat daripada berbicara pada usia 18 bulan menjadi pertanda pertama. Tanda-tanda berikutnya anak kesulitan meniru suara, hanya mengucapkan beberapa kata, dan tidak memahami apa yang dikatakan orang lain.
Pada usia 2-4 tahun, anak dengan speech delay mungkin tidak dapat secara spontan mengucapkan kata dan frasa, mengikuti instruksi sederhana, atau membuat koneksi dua kata.
Anak usia 3 tahun ke atas yang mengalami speech delay mungkin juga menunjukkan ciri-ciri lain. Bicaranya tidak dapat dimengerti oleh orang asing seperti bermasalah menggunakan kata yang tepat dalam kalimat. Kesulitan mengucapkan konsonan di awal atau akhir kata juga sering terjadi. Anak tersebut juga kekurangan kosakata.
Terapi dan Penanganan Speech Delay
Diagnosis speech delay dilakukan melalui evaluasi menyeluruh oleh dokter atau ahli terapi wicara. Evaluasi ini dapat mencakup pemeriksaan pendengaran, observasi kemampuan bicara anak, dan penilaian kemampuan bahasa. Terapi wicara merupakan intervensi utama untuk membantu anak mengembangkan keterampilan bicara dan bahasa. Terapi ini dirancang untuk mengatasi kesulitan spesifik yang dialami anak.
Terapi wicara dapat melibatkan berbagai teknik, seperti latihan pengucapan, pengembangan kosakata, dan peningkatan pemahaman bahasa. Terapi dini sangat penting untuk hasil yang optimal. Semakin dini anak mendapatkan terapi, semakin besar peluang mereka untuk mengejar ketertinggalan dan mengembangkan kemampuan bicaranya secara maksimal. Dukungan dari orang tua dan lingkungan sekitar juga sangat penting dalam keberhasilan terapi.
Selain terapi wicara, orang tua dapat membantu anak di rumah dengan beberapa cara, seperti rajin mengajak anak berbicara, menjadi pendengar yang baik dan memberikan respons positif, membacakan cerita, mengajak anak bernyanyi bersama, dan membatasi penggunaan gawai. "Ajak anak berdiskusi mengenai hal-hal yang menarik bagi mereka," saran Baginda. Dengan pendekatan yang tepat dan dukungan yang konsisten, anak-anak dengan speech delay dapat berkembang dan mencapai potensi bicaranya.
“Hindari mengoreksi anak secara langsung ketika mereka membuat kesalahan dalam berbicara. Sebaliknya, bantu mereka untuk mengucapkan kata dengan benar dengan cara yang menyenangkan, seperti memberikan contoh dengan cara yang lembut dan mengajak mereka untuk mengulanginya,” saran Baginda.
Advertisement
Tips Mengatasi Speech Delay di Rumah
- Rajin mengajak anak berbicara dan berdiskusi dengan kalimat sederhana.
- Menjadi pendengar yang baik dan memberikan respons positif, hindari mengoreksi secara langsung.
- Rajin membacakan cerita dengan suara yang jelas dan ekspresif.
- Menyanyi bersama anak untuk meningkatkan keterampilan berirama dan pengucapan.
- Membatasi penggunaan gawai untuk menghindari gangguan perkembangan bahasa.
Mengatasi speech delay membutuhkan kesabaran dan konsistensi. "Penting untuk diingat bahwa setiap anak memiliki kecepatan perkembangan yang berbeda," kata Baginda. Dukungan positif dari orang tua dan lingkungan sekitar akan membantu anak mencapai potensi bahasa mereka yang optimal.
