Yin Yang Mode, Antara Soulpot Studio dan Patrick Owen

Di Jakarta Fashion Week 2016, label asal Korea Soulpot Studio dan desainer Indonesia menyuguhkan dua koleksi busana yang kontras.

oleh Bio In God Bless diperbarui 08 Nov 2015, 14:30 WIB
Diterbitkan 08 Nov 2015, 14:30 WIB
Soulpot Studio - Jakarta Fashion Week 2016 3
Foto: Herman Zakharia - Liputan6.com

Liputan6.com, Jakarta Lazim tentang bunga yang tergambar di pikiran adalah semarak warna-warni. Tapi yang ditunjukkan oleh desainer Korea, Sujinn Kim, di Jakarta Fashion Week 2016 ialah kelopak-kelopak busana yang warnanya lebih tenang.

Simple yet subtle adalah suara dari kaus putih kerah bundar di mana bagian pinggang ke bawah berhias hasil laser-cut. Demikian juga dengan white cloak-dress beraksen cut-out vertikal di tengah dada ke perut. Bagai gaun malaikat yang di-twist dengan selera urban, rancangan ini memperlihatkan bagian lengan melalui sheer fabric.

Ada satu pesan yang ingin disampaikan oleh Sujinn Kim lewat rancangan-rancangan nan peaceful namun tak absen manuver garis yang bertajuk `Wild Flower` ini. Dan itu tentang para puritan kreatif yang liar dengan imajinasinya dan murni dalam visinya.

Foto: Herman Zakharia - Liputan6.com

“Ini adalah koleksi yang didedikasikan untuk para seniman muda yang mempertahankan idealisme mereka meskipun ada berbagai tekanan, termasuk terkait uang,” ucap Sujinn Kim kepada Liputan6.com sebelum show dimulai, Jumat 30 Oktober 2015. Kala representasi energi kreatif para seniman itu tertuang dalam rancangan-rancangan desainer yang mendirikan labelnya pada tahun 2007 ini, 2 cabang nafas tumbuh atas akar ekspresi garis lurus yang sama.

Yang pertama lebih daily seperti tampak pada kaus lengan panjang dimana patchwork menjadi aksen maupun bagian konstruksi desain itu sendiri. Sementara yang ke dua lebih occasional sebagaimana hadir dalam rupa sheer top berhias tumpukan lembar-lembar kain padu wrapped pants hitam. Keduanya memainkan elegansi garis lurus dalam jiwa kontemporer minimalistik dimana hasilnya juga menunjukkan kesan fesyen nan artistik dengan spirit kebebasan berkreasi khas seniman dan sisi mentahnya berpadu.

Foto: Herman Zakharia - Liputan6.com

Ada kemudaan di sana tapi bersamaan hadir juga kematangan. Easy yet serious. Sebuah calm statement yang memfungsikan gaya dan desain serupa pengisi jiwa. Dituturkan oleh Sujinn Kim bahwa DNA dari label `Soulpot` yang dibangunnya ialah warisan budaya spiritual Korea. Spiritualitas itu ia pahami dalam signifikansinya kini, bukan terhadap buah mistikalnya di masa nanti.

`Wild Flower` Sujinn Kim bicara tentang bagaimana para abdi kreativitas, termasuk desainer fesyen, perlu membuat kehidupan manusia menjadi lebih baik, bukan hanya membuat style. “Desainer perlu mengembangkan koleksinya dengan filosofi yang ia pegang,” ucapnya. Sebuah bait putis dalam penjelasan tertulis dari koleksi ini adalah intisarinya. “Some day we might be fallen to pieces. Till then might nobody call our names. But the ground we are standing on will remember our shadows. We are part of this time. And now we call our names each other”.

Foto: Herman Zakharia - Liputan6.com

Kontra realitas dari Soulpot disuguhkan oleh desainer Indonesia, Patrick Owen. Kobar energi remaja yang hidup dengan street style culture dibawa oleh perancang muda itu ke runway.

Permainan penggabungan potongan bahan baik yang sama maupun berbeda, dengan pola yang menghasilkan efek quirky menjadi kekuatan besar dalam koleksi `Jalanan` darinya. Beberapa yang tak boleh luput disebut adalah strapless dress bahan denim aksen kantong tempel, tank dress kerah rendah yang disusun atas bahan jeans padu secara diagonal dengan bahan see-through, serta blazer berpotongan shopisticated.

Foto: Herman Zakharia - Liputan6.com

Membandingkan koleksi mula-mula darinya yang berjudul `God is Great`, rangkaian busana di judul Jalanan ini menunjukkan perkembangan signifikan atas eksplorasi desainnya. Tampak ada ubah haluan dari konsepsi fesyennya dulu. Kini bukan lagi sisi dark romanticisim yang menjadi jiwa karya-karya Patrick Owen, sebagaimana dulu diungkapnya. Yang tinggal adalah bagian adventurous dalam satu balutan pendekatan baru. Tidak ada yang salah bila hal itu terjadi.

Hal seperti ini jelas lebih diharapkan dibanding pernyataan konsistensi desainer dalam satu mode siluet dimana arti sesungguhnya dari hal itu adalah kemandekan. Lalu apa koleksi Patrick Owen selanjutnya juga akan diisi satu suara yang loud dan cukup `urakan` dalam arti positif, sebagaimana di koleksinya kali ini? Rasanya akan menarik melihat bagaimana Patrick Owen menggeluti proyek mendesain menyangkut bagaimana ia ingin dikenal sebagai fashion designer.

Foto: Herman Zakharia - Liputan6.com

 

(bio/igw)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya