Liputan6.com, Jakarta Berawal dari kegelisahan Melissa Sunjaya, seorang seniman Indonesia menyuguhkan karya terbarunya dalam koleksi "Persinggungan". Melissa menuangkannya pada brand Tulisan miliknya. Koleksi ini dibuat berdasarkan hasil riset yang dilakukan secara langsung dengan melihat peradaban saat ini.
Baca Juga
Advertisement
Saat ini, masyarakat sudah merasakan peradaban digital. Begitu banyak hal yang berubah seiring berkembangnya teknologi yang semakin canggih. Salah satunya dengan pola hubungan komunikasi manusia yang membuat Melissa resah.
"Zaman ini mengubah lintasan segala jenis sistem kehidupan secara drastis, mulai dari sistem perdagangan, pendidikan, kesehatan, politik, finansial, budaya, seni dan kemanusiaan," kata Melissa Sunjaya seniman sekaligus owner brand Tulisan, Sabtu (21/4/2016), di Plaza Senayan.Â
Hal ini menjadi alasan mengapa Melissa Sunjaya mengusung tema "Persinggungan". Menurutnya "Persinggungan" adalah hubungan antara manusia dan sesamanya, manusia dengan robot, dan manusia dengan batinnya. Di masa digital saat ini orang berkutat dengan teknologinya masing-masing sehingga lupa dengan lingkungan sekitarnya.
"Melalui pengalaman saya yang paling penting adalah dengan mengetahui diri saya sendiri. Dengan jiwa mandiri saya bisa merdeka, mampu mengendalikan emosi, dan bertanggung jawab dengan apa yang saya lakukan," kata Melissa.
Koleksi Persinggungan ini hadir dalam 4 varian tas yaitu Architect Bag. Sebuah tas yang dirancang untuk pola hidup praktisi seni, Mungil Bag sebuah tas kecil untuk Persinggungan di jamuan malam, Mochilla Bag yaitu sebuah tas punggung yang dirancang untuk petualang, dan Senja Tote yang merupakan tas santai untuk jalan-jalan di sore hari.
Koleksi tas unik hasil karya tangan Melissa Sunjaya ini hadir dengan warna-warna yang dipilih berdasarkan observasi langsung. Ia melihat warna-warna saat menelusuri jalan-jalan di Jakarta. Warna-warna yang cerah ini dipetik dari tradisi dan ciri unik kota Jakarta.Â
"Palet warna dalam koleksi ini dipilih sendiri berdasarkan observasi saya ketika menelusuri jalan-jalan di Jakarta. Melihat gerobak-gerobak keliling yang menjual jasa, sayur, dan makanan tradisional, seperti Putu Mayang dan Balapis Manado," ungkap Melissa.Â