Liputan6.com, Jakarta Tawasul merupakan konsep penting dalam ajaran Islam yang berkaitan dengan upaya mendekatkan diri kepada Allah SWT. Secara bahasa, kata tawasul berasal dari bahasa Arab "wasilah" yang berarti perantara atau sarana untuk mendekatkan diri. Dalam konteks agama, tawasul dapat diartikan sebagai usaha mendekatkan diri kepada Allah melalui suatu perantara atau wasilah tertentu.
Para ulama mendefinisikan tawasul sebagai upaya seorang hamba untuk mendekatkan diri dan memohon kepada Allah SWT dengan menyebut atau menggunakan perantara tertentu yang diyakini memiliki kedekatan khusus dengan Allah. Perantara tersebut bisa berupa amal saleh, nama-nama dan sifat-sifat Allah (asmaul husna), atau melalui orang-orang saleh yang dekat dengan Allah.
Advertisement
Tujuan utama dari tawasul adalah untuk memperoleh ridha Allah dan terkabulnya doa atau permohonan. Dengan bertawasul, seorang hamba berharap doanya akan lebih mudah dikabulkan karena menggunakan perantara yang dicintai Allah. Namun perlu dipahami bahwa hakikat permohonan tetap ditujukan kepada Allah SWT, bukan kepada perantara yang digunakan.
Advertisement
Dalam praktiknya, tawasul biasanya dilakukan dengan menyebut nama atau kemuliaan orang yang dijadikan wasilah dalam doa, misalnya: "Ya Allah, dengan kemuliaan Nabi Muhammad SAW, kabulkanlah doaku". Atau bisa juga dengan meminta orang saleh yang masih hidup untuk mendoakan. Namun tawasul yang paling utama adalah dengan menyebut nama-nama dan sifat-sifat Allah sendiri.
Jenis-Jenis Tawasul yang Dikenal dalam Islam
Para ulama membagi tawasul menjadi beberapa jenis berdasarkan perantara yang digunakan. Berikut adalah jenis-jenis tawasul yang dikenal dalam ajaran Islam:
1. Tawasul dengan Nama dan Sifat Allah (Tawasul bi Asma'illah)
Ini adalah jenis tawasul yang paling utama dan disepakati kebolehannya oleh para ulama. Caranya adalah dengan berdoa kepada Allah menggunakan nama-nama indah-Nya (asmaul husna) atau sifat-sifat-Nya yang agung. Misalnya mengucapkan: "Ya Allah Yang Maha Pengasih, rahmatilah aku" atau "Ya Allah Yang Maha Pengampun, ampunilah dosa-dosaku".
Dalilnya adalah firman Allah dalam QS. Al-A'raf ayat 180:
"Dan Allah memiliki Asmaul Husna (nama-nama yang terbaik), maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut Asmaul Husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan."
2. Tawasul dengan Amal Saleh (Tawasul bi A'mal Shalihah)
Jenis tawasul ini dilakukan dengan menyebutkan amal saleh yang pernah dilakukan sebagai perantara dalam berdoa. Misalnya seseorang berdoa: "Ya Allah, dengan puasa yang telah aku lakukan, kabulkanlah doaku". Atau "Ya Allah, dengan sedekah yang telah aku berikan, berilah aku kesehatan".
Dalilnya adalah hadits tentang tiga orang yang terjebak dalam gua. Mereka masing-masing berdoa dengan menyebutkan amal saleh yang pernah mereka lakukan, hingga akhirnya Allah menyelamatkan mereka.
3. Tawasul dengan Doa Orang Saleh yang Masih Hidup
Ini adalah meminta orang saleh yang masih hidup untuk mendoakan kita. Misalnya meminta kyai atau ustadz untuk mendoakan kesembuhan kita dari sakit. Atau meminta orangtua untuk mendoakan kesuksesan kita.
Dalilnya adalah hadits bahwa para sahabat sering meminta Rasulullah SAW untuk mendoakan mereka. Setelah Rasulullah wafat, mereka meminta paman beliau Abbas untuk mendoakan turunnya hujan.
4. Tawasul dengan Keimanan dan Ketauhidan
Yaitu berdoa kepada Allah dengan menyebutkan keimanan dan ketauhidan kita kepada-Nya. Misalnya mengucapkan: "Ya Allah, dengan keimananku kepada-Mu dan kepada Rasul-Mu, kabulkanlah doaku".
Dalilnya adalah firman Allah dalam QS. Ali Imran ayat 193:
"Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami mendengar (seruan) yang menyeru kepada iman, (yaitu): "Berimanlah kamu kepada Tuhanmu", maka kami pun beriman. Ya Tuhan kami, ampunilah bagi kami dosa-dosa kami dan hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami beserta orang-orang yang banyak berbakti."
Advertisement
Hukum Tawasul dalam Pandangan Ulama
Para ulama berbeda pendapat mengenai hukum tawasul, terutama terkait jenis-jenis tawasul tertentu. Berikut adalah ringkasan pandangan ulama tentang hukum tawasul:
1. Tawasul yang Disepakati Kebolehannya
Semua ulama sepakat bahwa tawasul dengan nama dan sifat Allah (tawasul bi asma'illah) serta tawasul dengan amal saleh sendiri (tawasul bi a'mal shalihah) adalah dibolehkan dan disyariatkan. Begitu pula tawasul dengan meminta doa dari orang saleh yang masih hidup.
2. Tawasul yang Diperselisihkan
Tawasul yang menjadi perdebatan di kalangan ulama antara lain:
- Tawasul dengan kedudukan (jah) Nabi Muhammad SAW atau orang-orang saleh yang sudah wafat
- Tawasul dengan dzat Nabi atau orang-orang saleh
- Meminta kepada orang yang sudah meninggal untuk mendoakan
Sebagian ulama membolehkan jenis tawasul ini dengan dalil-dalil tertentu. Sementara sebagian ulama lain melarangnya karena khawatir dapat menjerumuskan pada kesyirikan.
3. Tawasul yang Dilarang
Semua ulama sepakat bahwa tawasul yang mengarah pada kesyirikan adalah haram dan dilarang. Misalnya meminta langsung kepada orang yang sudah meninggal, atau meyakini bahwa selain Allah dapat memberi manfaat dan mudharat secara mandiri.
Perbedaan pendapat ini terjadi karena perbedaan dalam memahami dalil-dalil yang ada. Namun semua ulama sepakat bahwa tawasul harus dilakukan dengan tetap meyakini bahwa hanya Allah-lah yang Maha Kuasa mengabulkan doa, bukan perantara yang digunakan dalam bertawasul.
Dalil-Dalil Tawasul dalam Al-Quran dan Hadits
Praktik tawasul memiliki landasan dalam Al-Quran dan hadits Nabi Muhammad SAW. Berikut beberapa dalil yang sering dijadikan rujukan tentang tawasul:
1. Dalil dari Al-Quran
Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Maidah ayat 35:
"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan."
Para ulama menafsirkan "jalan yang mendekatkan diri" (wasilah) dalam ayat ini sebagai bentuk tawasul yang disyariatkan.
Dalam QS. Al-Isra ayat 57, Allah juga berfirman:
"Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Tuhan mereka siapa di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah) dan mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya; sesungguhnya azab Tuhanmu adalah suatu yang (harus) ditakuti."
2. Dalil dari Hadits
Hadits riwayat Bukhari menceritakan bahwa ketika terjadi kekeringan, Umar bin Khattab bertawasul dengan paman Nabi, Abbas bin Abdul Muthalib. Umar berkata:
"Ya Allah, dulu kami bertawasul kepada-Mu dengan Nabi kami, lalu Engkau turunkan hujan. Sekarang kami bertawasul kepada-Mu dengan paman Nabi kami, maka turunkanlah hujan."
Dalam hadits lain, Nabi Muhammad SAW mengajarkan doa kepada seorang sahabat yang buta:
"Ya Allah, aku memohon kepada-Mu dan menghadap kepada-Mu dengan Nabi-Mu Muhammad, Nabi pembawa rahmat. Wahai Muhammad, aku menghadap denganmu kepada Tuhanku dalam kebutuhanku ini agar terpenuhi. Ya Allah, terimalah syafaatnya untukku."
Hadits-hadits ini menunjukkan bahwa praktik tawasul sudah ada sejak zaman Nabi dan para sahabat.
Advertisement
Cara Bertawasul yang Benar Menurut Ajaran Islam
Agar tawasul yang dilakukan sesuai dengan syariat dan tidak menjerumus pada kesyirikan, berikut beberapa panduan cara bertawasul yang benar menurut ajaran Islam:
1. Niat yang Benar
Niatkan tawasul semata-mata untuk mendekatkan diri dan memohon kepada Allah SWT. Jangan sampai meyakini bahwa perantara yang digunakan memiliki kekuatan sendiri untuk mengabulkan doa.
2. Utamakan Tawasul dengan Nama dan Sifat Allah
Tawasul yang paling utama adalah dengan menyebut nama-nama indah Allah (asmaul husna) dan sifat-sifat-Nya yang agung. Misalnya: "Ya Allah Yang Maha Pengasih, kasihanilah aku".
3. Tawasul dengan Amal Saleh Sendiri
Boleh menyebutkan amal saleh yang pernah kita lakukan sebagai perantara dalam berdoa. Namun jangan merasa ujub (bangga diri) karena amal tersebut.
4. Meminta Doa Orang Saleh yang Masih Hidup
Diperbolehkan meminta orang saleh yang masih hidup untuk mendoakan kita. Namun tetap yakin bahwa yang mengabulkan adalah Allah, bukan orang tersebut.
5. Hindari Tawasul yang Diperselisihkan
Sebaiknya hindari jenis tawasul yang masih diperdebatkan oleh para ulama, seperti bertawasul dengan orang yang sudah meninggal. Pilihlah cara tawasul yang disepakati kebolehannya.
6. Jangan Meminta Selain kepada Allah
Dalam bertawasul, tetap tujukan permohonan hanya kepada Allah SWT. Jangan sampai meminta langsung kepada perantara yang digunakan, karena ini dapat menjerumus pada kesyirikan.
7. Iringi dengan Doa dan Ibadah Lainnya
Tawasul sebaiknya dibarengi dengan memperbanyak doa, dzikir, dan ibadah lainnya. Jangan hanya mengandalkan tawasul saja.
Manfaat dan Hikmah Bertawasul dalam Kehidupan Muslim
Praktik tawasul yang dilakukan dengan benar dapat memberikan berbagai manfaat dan hikmah bagi seorang muslim, di antaranya:
1. Mendekatkan Diri kepada Allah SWT
Tawasul merupakan salah satu cara untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah. Dengan menyebut nama-nama-Nya atau mengingat amal saleh, seseorang akan merasa lebih dekat dengan Sang Pencipta.
2. Meningkatkan Kekhusyukan dalam Berdoa
Bertawasul dapat membantu seseorang lebih khusyuk dan fokus ketika berdoa. Penyebutan perantara dalam tawasul membuat hati lebih tenang dan yakin akan pengabulan doa.
3. Menumbuhkan Rasa Optimisme
Keyakinan bahwa doa akan lebih mudah dikabulkan dengan bertawasul dapat menumbuhkan rasa optimis dalam diri seseorang. Ini penting agar tidak mudah putus asa dalam berdoa.
4. Memperkuat Iman dan Tauhid
Tawasul yang dilakukan dengan pemahaman yang benar justru dapat memperkuat keimanan dan ketauhidan. Karena dalam bertawasul, seseorang tetap meyakini bahwa hanya Allah-lah yang Maha Kuasa mengabulkan doa.
5. Mengingatkan pada Amal Saleh
Ketika bertawasul dengan menyebut amal saleh, seseorang akan teringat dan termotivasi untuk terus berbuat kebaikan dalam hidupnya.
6. Menumbuhkan Rasa Cinta pada Orang-orang Saleh
Tawasul dengan menyebut nama-nama orang saleh dapat menumbuhkan rasa cinta dan keinginan untuk meneladani mereka dalam kebaikan.
7. Meningkatkan Harapan Terkabulnya Doa
Keyakinan bahwa tawasul dapat membantu terkabulnya doa membuat seseorang lebih bersemangat dan tidak putus asa dalam bermunajat kepada Allah.
Advertisement
Kontroversi Seputar Praktik Tawasul di Kalangan Umat Islam
Meski tawasul merupakan praktik yang sudah lama dikenal dalam Islam, namun tetap ada kontroversi dan perbedaan pendapat di kalangan umat Islam terkait beberapa jenis tawasul. Berikut beberapa isu yang sering menjadi perdebatan:
1. Tawasul kepada Orang yang Sudah Meninggal
Sebagian ulama membolehkan bertawasul dengan menyebut nama orang saleh yang sudah wafat, seperti para nabi dan wali Allah. Mereka berargumen bahwa orang-orang saleh tetap hidup di alam barzakh dan dapat menjadi perantara doa.
Namun sebagian ulama lain, terutama dari kalangan salafi, melarang praktik ini. Mereka khawatir hal tersebut dapat menjerumus pada pemujaan kubur dan kesyirikan. Mereka berpendapat bahwa tawasul hanya boleh dilakukan kepada yang masih hidup.
2. Tawasul dengan Kedudukan (Jah) Nabi Muhammad SAW
Ada perbedaan pendapat tentang boleh tidaknya bertawasul dengan kedudukan atau kemuliaan Nabi Muhammad SAW. Sebagian ulama membolehkan dengan dalil bahwa Nabi memiliki kedudukan istimewa di sisi Allah.
Sementara ulama lain berpendapat bahwa yang boleh dijadikan wasilah hanyalah doa Nabi, bukan kedudukan atau kemuliaannya. Mereka berargumen bahwa para sahabat tidak pernah bertawasul dengan jah Nabi setelah beliau wafat.
3. Tawasul di Kuburan Para Wali
Praktik berdoa dan bertawasul di makam para wali atau orang saleh juga menjadi perdebatan. Sebagian membolehkan dengan alasan mengambil berkah (tabarruk). Namun sebagian lain melarang karena khawatir mengarah pada pemujaan kubur.
4. Tawasul dengan Benda-benda Peninggalan Orang Saleh
Ada perbedaan pendapat tentang hukum bertawasul atau mengambil berkah dari benda-benda peninggalan orang saleh, seperti pakaian atau rambut. Sebagian membolehkan, sementara yang lain melarang karena khawatir berlebihan dalam mengagungkan benda.
5. Batasan Tawasul yang Diperbolehkan
Para ulama juga berbeda pendapat tentang batasan tawasul yang dibolehkan. Sebagian membatasi hanya pada tawasul dengan nama Allah, amal saleh, dan doa orang yang masih hidup. Sementara sebagian lain membolehkan jenis tawasul yang lebih luas.
Perbedaan pendapat ini terjadi karena perbedaan dalam memahami dan menginterpretasikan dalil-dalil yang ada. Masing-masing kelompok memiliki argumen dan landasan tersendiri. Yang terpenting adalah tetap menjaga akidah tauhid dan tidak berlebih-lebihan dalam praktik tawasul.
Kesimpulan
Tawasul merupakan konsep penting dalam ajaran Islam sebagai upaya mendekatkan diri kepada Allah SWT. Meski terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama tentang beberapa jenis tawasul, namun esensinya adalah sama yaitu memohon kepada Allah dengan menggunakan perantara tertentu. Yang terpenting dalam bertawasul adalah tetap menjaga kemurnian akidah tauhid, yakin bahwa hanya Allah-lah yang Maha Kuasa mengabulkan doa, serta tidak berlebih-lebihan dalam praktiknya.
Bagi umat Islam, tawasul dapat menjadi sarana untuk meningkatkan kekhusyukan dalam berdoa dan mendekatkan diri kepada Allah. Namun perlu dipahami batasan-batasannya agar tidak terjerumus pada praktik yang menyimpang dari ajaran Islam. Perbedaan pendapat yang ada sebaiknya disikapi dengan bijak dan saling menghormati, selama masih dalam koridor syariat.
Pada akhirnya, yang terpenting adalah niat yang tulus dalam beribadah dan berdoa kepada Allah SWT. Tawasul hanyalah salah satu cara, bukan tujuan. Tujuan utamanya tetaplah menggapai ridha Allah dan mendekatkan diri kepada-Nya dengan berbagai amal kebaikan. Wallahu a'lam bishawab.
Advertisement
