Apa itu Hikayat: Pengertian, Ciri-ciri, dan Contoh Lengkap

Pelajari pengertian hikayat, ciri-ciri, jenis, struktur, dan contoh lengkap hikayat sebagai karya sastra Melayu klasik yang penuh nilai moral dan budaya.

oleh Rizky Mandasari diperbarui 16 Jan 2025, 14:48 WIB
Diterbitkan 16 Jan 2025, 14:48 WIB
apa itu hikayat
apa itu hikayat ©Ilustrasi dibuat AI... Selengkapnya

Pengertian Hikayat

Liputan6.com, Jakarta Hikayat merupakan salah satu bentuk karya sastra Melayu klasik yang berbentuk prosa. Kata "hikayat" berasal dari bahasa Arab yang berarti "cerita" atau "kisah". Dalam konteks sastra Melayu, hikayat mengacu pada cerita panjang yang umumnya mengisahkan kehidupan para bangsawan, keluarga kerajaan, atau tokoh-tokoh terkenal dengan unsur-unsur keajaiban, kesaktian, dan hal-hal yang tidak masuk akal.

Beberapa pengertian hikayat menurut para ahli:

  • Menurut Sugiarto, hikayat adalah cerita atau kisah yang berasal dari bahasa Arab. Pada awal penggunaannya dalam bahasa Melayu, makna aslinya masih melekat sehingga hampir semua karya prosa dalam sastra Melayu lama disebut hikayat.
  • Suherli mendefinisikan hikayat sebagai ragam cerita rakyat yang termasuk dalam teks narasi. Hikayat merupakan cerita Melayu klasik yang menonjolkan unsur penceritaan dengan ciri kemustahilan dan kesaktian tokoh-tokohnya.
  • Sudjiman menyatakan bahwa hikayat adalah bentuk cerita rekaan dalam karya sastra Melayu lama yang menceritakan tentang kepahlawanan dan keagungan.

Secara umum, hikayat dapat dipahami sebagai karangan yang menceritakan realitas kehidupan para tokoh, baik tokoh nyata maupun fiktif, dengan unsur-unsur fantasi, keajaiban, dan hal-hal yang tidak masuk akal. Hikayat biasanya ditulis menggunakan bahasa Melayu klasik dan memiliki fungsi sebagai hiburan serta media untuk menyampaikan nilai-nilai moral, agama, dan budaya.

Ciri-ciri Hikayat

Untuk dapat mengidentifikasi sebuah karya sastra sebagai hikayat, perlu diperhatikan beberapa ciri khas yang membedakannya dari bentuk karya sastra lainnya. Berikut adalah ciri-ciri utama hikayat:

  1. Penggunaan bahasa Melayu klasik: Hikayat umumnya ditulis menggunakan bahasa Melayu lama yang sudah jarang digunakan dalam komunikasi sehari-hari saat ini. Penggunaan bahasa ini memberikan nuansa kuno dan klasik pada cerita.
  2. Bersifat anonim: Kebanyakan hikayat tidak diketahui siapa pengarangnya (anonim). Hal ini disebabkan karena hikayat awalnya disebarkan secara lisan dan diturunkan dari generasi ke generasi.
  3. Istana sentris: Cerita dalam hikayat sering kali berpusat pada kehidupan istana atau kerajaan. Tokoh-tokohnya biasanya berasal dari kalangan bangsawan atau keluarga kerajaan.
  4. Mengandung unsur fantasi dan keajaiban: Hikayat sering menampilkan elemen-elemen yang tidak masuk akal atau mustahil terjadi dalam kehidupan nyata. Misalnya, tokoh yang memiliki kesaktian luar biasa atau peristiwa-peristiwa ajaib.
  5. Bersifat didaktis: Meskipun mengandung unsur fantasi, hikayat biasanya memiliki pesan moral atau nilai-nilai kehidupan yang ingin disampaikan kepada pembaca.

Ciri-ciri lain yang sering ditemui dalam hikayat antara lain:

  • Penggunaan kata-kata arkais (kuno) yang jarang digunakan dalam bahasa sehari-hari modern.
  • Alur cerita yang tidak selalu berhubungan sebab-akibat secara logis.
  • Penggambaran tokoh yang cenderung hitam-putih (baik atau jahat).
  • Latar waktu dan tempat yang tidak jelas atau bersifat "dahulu kala".
  • Penggunaan formula-formula tertentu dalam penceritaan, seperti pembukaan dan penutupan yang khas.

Memahami ciri-ciri ini penting untuk dapat mengapresiasi hikayat sebagai bentuk karya sastra yang unik dan memiliki nilai historis serta budaya yang tinggi.

Jenis-jenis Hikayat

Hikayat dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa jenis berdasarkan isi cerita dan asal-usulnya. Pemahaman tentang jenis-jenis hikayat ini dapat membantu kita untuk lebih menghargai keragaman dan kekayaan sastra Melayu klasik. Berikut adalah pembagian jenis hikayat:

Berdasarkan Isi Cerita

  1. Hikayat Pahlawan: Menceritakan tentang kepahlawanan dan keberanian tokoh-tokoh tertentu. Contoh: Hikayat Hang Tuah.
  2. Hikayat Keagamaan: Berisi cerita-cerita yang berkaitan dengan ajaran agama, khususnya Islam. Contoh: Hikayat Nabi-nabi.
  3. Hikayat Sejarah: Mengisahkan peristiwa-peristiwa sejarah, meskipun sering dicampur dengan unsur fiksi. Contoh: Hikayat Raja-raja Pasai.
  4. Hikayat Romantis: Berfokus pada kisah cinta dan percintaan. Contoh: Hikayat Gul Bakawali.
  5. Hikayat Jenaka: Berisi cerita-cerita lucu dan menghibur. Contoh: Hikayat Abu Nawas.
  6. Hikayat Binatang (Fabel): Menceritakan kisah-kisah dengan tokoh utama binatang. Contoh: Hikayat Pelanduk Jenaka.

Berdasarkan Asal-usul

  1. Hikayat Melayu Asli: Berasal dari tradisi Melayu sendiri. Contoh: Hikayat Hang Tuah, Hikayat Si Miskin.
  2. Hikayat Pengaruh Hindu: Berasal dari India atau memiliki unsur-unsur Hindu di dalamnya. Contoh: Hikayat Sri Rama, Hikayat Pandawa Lima.
  3. Hikayat Pengaruh Islam: Berasal dari tradisi Arab-Persia atau memiliki unsur-unsur Islam yang kuat. Contoh: Hikayat Amir Hamzah, Hikayat 1001 Malam.
  4. Hikayat Pengaruh Jawa: Memiliki unsur-unsur budaya Jawa. Contoh: Hikayat Panji Semirang.

Pembagian jenis hikayat ini menunjukkan betapa kayanya tradisi sastra Melayu dan bagaimana ia dipengaruhi oleh berbagai budaya yang berinteraksi dengannya sepanjang sejarah. Setiap jenis hikayat memiliki karakteristik dan nilai-nilai uniknya sendiri, mencerminkan kompleksitas budaya dan sejarah Nusantara.

Struktur Hikayat

Meskipun hikayat memiliki gaya penceritaan yang cenderung bebas dan tidak terikat aturan ketat, namun secara umum struktur hikayat dapat diidentifikasi sebagai berikut:

  1. Abstraksi: Bagian ini merupakan ringkasan atau inti cerita yang akan dikembangkan. Abstraksi bersifat opsional dan tidak selalu ada dalam setiap hikayat.
  2. Orientasi: Bagian yang memperkenalkan latar cerita, termasuk waktu, tempat, dan suasana. Orientasi membantu pembaca memahami konteks cerita.
  3. Komplikasi: Bagian ini menggambarkan munculnya konflik atau masalah dalam cerita. Komplikasi biasanya merupakan bagian terpanjang dalam hikayat dan menunjukkan perkembangan karakter tokoh-tokohnya.
  4. Evaluasi: Bagian di mana konflik mulai mengarah pada penyelesaian. Evaluasi menunjukkan bagaimana tokoh-tokoh merespons dan mengatasi masalah yang muncul.
  5. Resolusi: Bagian yang menawarkan solusi atau penyelesaian terhadap konflik yang terjadi dalam cerita.
  6. Koda: Bagian penutup yang biasanya berisi pesan moral atau amanat yang ingin disampaikan melalui cerita.

Perlu diingat bahwa tidak semua hikayat memiliki struktur yang persis sama. Beberapa hikayat mungkin memiliki struktur yang lebih sederhana atau lebih kompleks tergantung pada panjang dan kompleksitas ceritanya.

Unsur Intrinsik Hikayat

Selain struktur, hikayat juga memiliki unsur-unsur intrinsik yang membangun cerita dari dalam. Unsur-unsur ini meliputi:

  • Tema: Gagasan utama yang mendasari keseluruhan cerita.
  • Alur: Rangkaian peristiwa yang membentuk jalannya cerita.
  • Tokoh dan Penokohan: Karakter-karakter dalam cerita dan bagaimana mereka digambarkan.
  • Latar: Tempat, waktu, dan suasana di mana cerita berlangsung.
  • Sudut Pandang: Cara penulis menyampaikan cerita (misalnya orang pertama atau orang ketiga).
  • Amanat: Pesan moral atau nilai-nilai yang ingin disampaikan melalui cerita.

Memahami struktur dan unsur intrinsik hikayat dapat membantu pembaca untuk lebih menghayati dan mengapresiasi karya sastra ini. Struktur yang khas dan unsur-unsur yang kompleks menunjukkan bahwa hikayat bukan sekadar cerita hiburan, tetapi juga merupakan bentuk seni sastra yang memiliki nilai estetika dan filosofis yang tinggi.

Nilai-nilai dalam Hikayat

Hikayat tidak hanya berfungsi sebagai hiburan, tetapi juga sebagai media untuk menyampaikan berbagai nilai kehidupan. Nilai-nilai yang terkandung dalam hikayat mencerminkan pandangan hidup, norma, dan ajaran moral masyarakat pada zamannya. Berikut adalah beberapa nilai penting yang sering ditemui dalam hikayat:

  1. Nilai Moral: Hikayat sering mengajarkan tentang baik dan buruk, benar dan salah. Misalnya, nilai kejujuran, kesetiaan, keberanian, dan kebijaksanaan sering ditonjolkan melalui tindakan para tokoh.
  2. Nilai Religius: Banyak hikayat, terutama yang berasal dari pengaruh Islam, mengandung ajaran-ajaran agama. Nilai-nilai seperti ketaatan kepada Tuhan, kesabaran dalam menghadapi cobaan, dan pentingnya berdoa sering muncul dalam cerita.
  3. Nilai Sosial: Hikayat menggambarkan hubungan antar manusia dalam masyarakat. Nilai-nilai seperti gotong royong, hormat kepada orang tua, dan kesetiakawanan sering diangkat sebagai tema.
  4. Nilai Budaya: Sebagai produk budaya, hikayat mencerminkan adat istiadat, tradisi, dan cara hidup masyarakat pada zamannya. Ini termasuk cara berpakaian, tata krama, dan ritual-ritual tertentu.
  5. Nilai Pendidikan: Melalui berbagai peristiwa dan karakter dalam cerita, hikayat menyampaikan pelajaran hidup dan kebijaksanaan kepada pembacanya.
  6. Nilai Estetika: Penggunaan bahasa yang indah, deskripsi yang detail, dan alur cerita yang menarik menunjukkan nilai keindahan dalam sastra hikayat.
  7. Nilai Kepemimpinan: Banyak hikayat yang mengisahkan tentang raja atau pemimpin, memberikan gambaran tentang kualitas-kualitas yang dianggap ideal dalam seorang pemimpin.
  8. Nilai Kepahlawanan: Cerita-cerita tentang keberanian, pengorbanan, dan perjuangan para tokoh menanamkan nilai-nilai kepahlawanan kepada pembaca.

Nilai-nilai ini tidak selalu disampaikan secara eksplisit, tetapi sering kali tersirat melalui tindakan tokoh, dialog, atau hasil dari berbagai peristiwa dalam cerita. Pembaca diharapkan dapat merefleksikan nilai-nilai ini dan mengambil pelajaran untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Penting untuk dicatat bahwa interpretasi nilai-nilai dalam hikayat dapat berbeda-beda tergantung pada konteks budaya dan zaman pembacanya. Apa yang dianggap sebagai nilai positif pada masa hikayat ditulis mungkin perlu ditafsirkan ulang dalam konteks modern. Misalnya, beberapa hikayat mungkin mencerminkan pandangan gender atau kelas sosial yang tidak lagi sesuai dengan nilai-nilai kesetaraan modern.

Memahami nilai-nilai dalam hikayat tidak hanya penting untuk apresiasi sastra, tetapi juga untuk memahami perkembangan pemikiran dan nilai-nilai masyarakat Melayu sepanjang sejarah. Dengan mempelajari nilai-nilai ini, kita dapat merefleksikan bagaimana pandangan hidup dan moral masyarakat telah berevolusi, serta mengambil hikmah yang masih relevan untuk kehidupan kontemporer.

Contoh Hikayat Terkenal

Untuk lebih memahami karakteristik dan keragaman hikayat, berikut ini adalah beberapa contoh hikayat terkenal beserta ringkasan singkatnya:

1. Hikayat Hang Tuah

Hikayat ini mengisahkan tentang Hang Tuah, seorang laksamana Kerajaan Melaka yang terkenal dengan kesetiaannya kepada raja. Cerita ini penuh dengan unsur kepahlawanan, politik istana, dan konflik loyalitas. Hang Tuah digambarkan memiliki kesaktian luar biasa dan menghadapi berbagai cobaan, termasuk fitnah yang hampir menghancurkan karirnya.

2. Hikayat Si Miskin

Juga dikenal sebagai Hikayat Marakarmah, cerita ini mengisahkan tentang pasangan miskin yang dibuang dari kayangan. Mereka mengalami berbagai kesulitan di dunia manusia sebelum akhirnya berhasil membangun kerajaan dan hidup makmur. Hikayat ini sarat dengan pesan moral tentang kesabaran dan kerja keras.

3. Hikayat Bayan Budiman

Cerita ini berkisah tentang seekor burung bayan yang bijaksana. Bayan ini berhasil mencegah majikannya, seorang wanita, dari berselingkuh dengan menceritakan berbagai kisah moral setiap malam. Hikayat ini mengajarkan tentang kesetiaan dan kebijaksanaan.

4. Hikayat Raja-raja Pasai

Hikayat ini merupakan salah satu sumber sejarah tentang Kerajaan Samudera Pasai, kerajaan Islam pertama di Nusantara. Cerita ini menggabungkan unsur sejarah dengan legenda, termasuk kisah tentang masuknya Islam ke wilayah tersebut.

5. Hikayat Seribu Satu Malam

Meskipun berasal dari tradisi Arab-Persia, hikayat ini sangat populer di dunia Melayu. Cerita ini mengisahkan tentang Scheherazade yang berhasil menyelamatkan dirinya dari hukuman mati dengan menceritakan kisah-kisah menarik kepada raja setiap malam.

6. Hikayat Panji Semirang

Bagian dari siklus cerita Panji yang berasal dari Jawa, hikayat ini mengisahkan petualangan cinta dan penyamaran Raden Inu Kertapati dan Galuh Candrakirana. Cerita ini penuh dengan unsur romantis dan petualangan.

7. Hikayat Amir Hamzah

Hikayat ini menceritakan tentang paman Nabi Muhammad SAW, Amir Hamzah, yang digambarkan sebagai pahlawan Islam. Cerita ini penuh dengan unsur kepahlawanan dan keajaiban dalam konteks penyebaran Islam.

Setiap hikayat ini memiliki keunikan tersendiri, baik dari segi cerita, pesan moral, maupun penggambaran budaya dan nilai-nilai masyarakat pada zamannya. Mempelajari contoh-contoh hikayat ini dapat memberikan wawasan yang lebih dalam tentang kekayaan sastra Melayu klasik dan bagaimana cerita-cerita ini mencerminkan pemikiran, nilai, dan aspirasi masyarakat pada masa itu.

Perbedaan Hikayat dengan Karya Sastra Modern

Untuk lebih memahami posisi hikayat dalam perkembangan sastra, penting untuk membandingkannya dengan karya sastra modern seperti novel atau cerpen. Berikut adalah beberapa perbedaan utama antara hikayat dan karya sastra modern:

  1. Bahasa:
    • Hikayat: Menggunakan bahasa Melayu klasik dengan banyak kata-kata arkais.
    • Karya Modern: Menggunakan bahasa yang lebih kontemporer dan mudah dipahami oleh pembaca masa kini.
  2. Struktur Cerita:
    • Hikayat: Cenderung memiliki struktur yang longgar, dengan alur yang tidak selalu linier dan bisa melompat-lompat.
    • Karya Modern: Umumnya memiliki struktur yang lebih teratur dengan alur yang lebih jelas dan logis.
  3. Karakter:
    • Hikayat: Tokoh-tokoh sering digambarkan secara hitam-putih (baik atau jahat) dan memiliki sifat-sifat yang tetap sepanjang cerita.
    • Karya Modern: Karakter lebih kompleks dan dapat berkembang sepanjang cerita.
  4. Latar:
    • Hikayat: Sering berlatar kerajaan atau dunia fantasi, dengan waktu dan tempat yang tidak spesifik.
    • Karya Modern: Latar lebih realistis dan sering kali spesifik dalam hal waktu dan tempat.
  5. Unsur Fantasi:
    • Hikayat: Banyak mengandung unsur-unsur fantasi, keajaiban, dan hal-hal yang tidak masuk akal.
    • Karya Modern: Lebih realistis, meskipun ada genre fiksi fantasi modern.
  6. Tujuan:
    • Hikayat: Sering bertujuan untuk menghibur sekaligus mendidik dengan pesan moral yang jelas.
    • Karya Modern: Tujuannya lebih beragam, bisa untuk hiburan, kritik sosial, eksplorasi psikologis, dll.
  7. Penulis:
    • Hikayat: Umumnya anonim atau tidak diketahui penulisnya.
    • Karya Modern: Penulis dikenal dan sering menjadi bagian penting dari identitas karya.
  8. Penyebaran:
    • Hikayat: Awalnya disebarkan secara lisan sebelum ditulis.
    • Karya Modern: Langsung ditulis dan diterbitkan.

Meskipun terdapat perbedaan-perbedaan ini, penting untuk diingat bahwa hikayat memiliki nilai historis dan budaya yang tinggi. Hikayat mencerminkan cara berpikir, nilai-nilai, dan aspirasi masyarakat pada zamannya. Sementara karya sastra modern lebih mencerminkan realitas dan pemikiran kontemporer.

Memahami perbedaan ini dapat membantu kita untuk lebih menghargai keunikan masing-masing bentuk sastra dan bagaimana mereka berkontribusi pada kekayaan budaya dan literatur. Baik hikayat maupun karya sastra modern memiliki peran penting dalam perkembangan sastra dan pemikiran masyarakat.

Kesimpulan

Hikayat merupakan warisan sastra Melayu yang kaya akan nilai sejarah, budaya, dan moral. Sebagai bentuk karya sastra klasik, hikayat memiliki karakteristik unik yang membedakannya dari karya sastra modern. Penggunaan bahasa Melayu klasik, unsur fantasi dan keajaiban, serta penokohan yang khas menjadikan hikayat sebagai jendela untuk memahami pemikiran dan nilai-nilai masyarakat Melayu pada masa lampau.

Meskipun hikayat mungkin terasa asing bagi pembaca modern karena gaya bahasa dan penceritaannya yang khas, nilai-nilai universal yang terkandung di dalamnya tetap relevan hingga saat ini. Hikayat mengajarkan tentang kepahlawanan, kesetiaan, kebijaksanaan, dan berbagai nilai moral lainnya yang masih penting dalam kehidupan kontemporer.

Memahami dan mengapresiasi hikayat tidak hanya penting untuk melestarikan warisan budaya, tetapi juga untuk memperkaya wawasan kita tentang perkembangan sastra dan pemikiran manusia. Dengan mempelajari hikayat, kita dapat merefleksikan bagaimana nilai-nilai dan pandangan hidup masyarakat telah berevolusi seiring waktu, sambil tetap menghargai kearifan yang terkandung dalam cerita-cerita klasik ini.

Dalam era globalisasi dan modernisasi yang cepat, menjaga relevansi hikayat menjadi tantangan tersendiri. Namun, dengan pendekatan yang tepat, hikayat dapat terus menjadi sumber inspirasi dan pembelajaran bagi generasi mendatang. Mengintegrasikan kajian hikayat dalam pendidikan sastra modern, misalnya, dapat membantu menjembatani kesenjangan antara tradisi klasik dan kontemporer.

Akhirnya, hikayat bukan sekadar artefak sastra masa lalu, tetapi merupakan harta karun budaya yang terus relevan. Dengan memahami dan menghargai hikayat, kita tidak hanya memperkaya pemahaman kita tentang sejarah dan budaya, tetapi juga memperkuat identitas kultural kita di tengah arus globalisasi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya