Liputan6.com, Jakarta Kepribadian merupakan salah satu konsep paling penting dalam ilmu psikologi. Para ahli telah lama berusaha memahami dan mendefinisikan apa itu kepribadian manusia. Dalam artikel ini, kita akan membahas secara mendalam definisi kepribadian menurut berbagai ahli psikologi terkemuka, serta mempelajari teori-teori utama tentang pembentukan dan perkembangan kepribadian.
Pengertian Dasar Kepribadian
Sebelum membahas definisi dari para ahli, mari kita pahami dulu pengertian dasar dari kepribadian:
Kepribadian dapat diartikan sebagai keseluruhan cara seorang individu bereaksi dan berinteraksi dengan individu lain. Kepribadian paling sering dideskripsikan dalam istilah sifat yang bisa diukur yang ditunjukkan oleh seseorang. Kepribadian mencakup keseluruhan pikiran, perasaan, dan tingkah laku, kesadaran dan ketidaksadaran. Kepribadian membimbing orang untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisik.
Secara umum, kepribadian merujuk pada pola khas dari pikiran, perasaan, dan perilaku yang membuat seseorang berbeda dari orang lain. Kepribadian relatif konsisten dan stabil sepanjang waktu, meskipun dapat berubah dalam situasi tertentu atau seiring berjalannya waktu.
Advertisement
Definisi Kepribadian Menurut Para Ahli
Berikut ini adalah beberapa definisi kepribadian yang dikemukakan oleh para ahli psikologi terkemuka:
1. Gordon Allport
Gordon Allport, salah satu pelopor psikologi kepribadian modern, mendefinisikan kepribadian sebagai:
"Kepribadian adalah organisasi dinamis dalam individu sebagai sistem psikofisis yang menentukan caranya yang khas dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan."
Allport menekankan bahwa kepribadian merupakan sistem yang terintegrasi dan dinamis, bukan hanya kumpulan sifat-sifat yang terpisah. Menurutnya, kepribadian berkembang sepanjang hidup dan dipengaruhi oleh faktor biologis maupun lingkungan.
2. Sigmund Freud
Sigmund Freud, bapak psikoanalisis, memandang kepribadian sebagai hasil interaksi tiga komponen psikis:
- Id: Komponen kepribadian yang hadir sejak lahir dan berisi dorongan-dorongan primitif.
- Ego: Komponen yang berkembang dari id dan berperan sebagai penengah antara tuntutan id dengan realitas eksternal.
- Superego: Komponen moral kepribadian yang berkembang terakhir dan berisi nilai-nilai serta cita-cita yang diinternalisasi dari orang tua dan masyarakat.
Menurut Freud, kepribadian terbentuk melalui interaksi dan konflik antara ketiga komponen tersebut.
3. Carl Jung
Carl Jung, pendiri psikologi analitik, mendefinisikan kepribadian atau yang ia sebut "psyche" sebagai:
"Totalitas dari semua proses psikis, baik yang disadari maupun tidak disadari."
Jung membagi kepribadian menjadi beberapa sistem yang saling berinteraksi, termasuk ego, ketidaksadaran pribadi, dan ketidaksadaran kolektif. Ia juga memperkenalkan konsep tipe kepribadian introvert dan ekstrovert.
4. Raymond Cattell
Raymond Cattell, seorang psikolog yang mengembangkan teori sifat, mendefinisikan kepribadian sebagai:
"Sesuatu yang memungkinkan prediksi tentang apa yang akan dilakukan seseorang dalam situasi tertentu."
Cattell mengidentifikasi 16 sifat dasar yang menurutnya membentuk kepribadian manusia. Ia menekankan pentingnya pengukuran objektif dalam memahami kepribadian.
5. Hans Eysenck
Hans Eysenck, psikolog yang mengembangkan teori tiga dimensi kepribadian, mendefinisikan kepribadian sebagai:
"Jumlah total dari pola perilaku aktual atau potensial organisme yang ditentukan oleh hereditas dan lingkungan."
Eysenck menekankan peran faktor genetik dalam pembentukan kepribadian. Ia mengidentifikasi tiga dimensi utama kepribadian: ekstraversi-introversi, neurotisisme-stabilitas, dan psikotisisme.
Komponen Utama Kepribadian
Meskipun terdapat perbedaan pandangan di antara para ahli, secara umum kepribadian dapat dipahami sebagai gabungan dari beberapa komponen utama:
1. Temperamen
Temperamen merujuk pada disposisi biologis terhadap pola perilaku tertentu. Ini adalah aspek kepribadian yang dianggap paling dipengaruhi oleh faktor genetik. Temperamen meliputi kecenderungan emosional dan gaya perilaku yang muncul sejak awal kehidupan.
Contoh aspek temperamen antara lain:
- Tingkat aktivitas
- Reaktivitas emosional
- Sociability (kecenderungan untuk bersosialisasi)
- Impulsivitas
2. Karakter
Karakter mengacu pada nilai-nilai etika dan moral yang dianut seseorang. Ini lebih banyak dibentuk oleh pengalaman dan pembelajaran sosial. Karakter melibatkan penilaian tentang benar-salah dan baik-buruk yang mempengaruhi perilaku seseorang.
Aspek karakter dapat meliputi:
- Kejujuran
- Integritas
- Tanggung jawab
- Empati
3. Inteligensi
Inteligensi atau kecerdasan adalah kemampuan mental umum yang melibatkan penalaran, perencanaan, pemecahan masalah, berpikir abstrak, memahami ide-ide kompleks, belajar cepat, dan belajar dari pengalaman. Meskipun bukan komponen kepribadian dalam arti sempit, inteligensi sangat mempengaruhi cara seseorang berperilaku dan beradaptasi.
4. Kemampuan (Abilities)
Kemampuan merujuk pada kapasitas untuk melakukan berbagai tugas fisik dan mental. Ini mencakup bakat alami maupun keterampilan yang dipelajari. Kemampuan seseorang mempengaruhi pilihan aktivitas dan karir, yang pada gilirannya membentuk kepribadian.
5. Motif
Motif adalah dorongan, hasrat, atau kebutuhan yang mengarahkan perilaku seseorang. Teori motivasi seperti hierarki kebutuhan Maslow menjelaskan bagaimana motif yang berbeda dapat mempengaruhi kepribadian dan perilaku.
Advertisement
Teori-teori Utama Kepribadian
Selain definisi, para ahli juga mengembangkan berbagai teori untuk menjelaskan pembentukan dan struktur kepribadian. Berikut adalah beberapa teori utama kepribadian:
1. Teori Psikoanalisis
Dikembangkan oleh Sigmund Freud, teori ini menekankan peran ketidaksadaran dalam membentuk kepribadian. Freud membagi struktur kepribadian menjadi id, ego, dan superego. Ia juga menekankan pentingnya pengalaman masa kecil dan konflik psikoseksual dalam perkembangan kepribadian.
2. Teori Analitik
Carl Jung mengembangkan teori ini sebagai perluasan dan modifikasi dari teori Freud. Jung memperkenalkan konsep ketidaksadaran kolektif, arketipe, dan tipe kepribadian (introvert-ekstrovert). Ia menekankan pentingnya individuasi atau proses menjadi diri yang utuh.
3. Teori Sifat
Teori ini, yang dikembangkan oleh ahli seperti Gordon Allport, Raymond Cattell, dan Hans Eysenck, berfokus pada identifikasi dan pengukuran sifat-sifat kepribadian yang relatif stabil. Pendekatan ini telah menghasilkan model-model seperti Big Five (Openness, Conscientiousness, Extraversion, Agreeableness, Neuroticism).
4. Teori Humanistik
Dikembangkan oleh Carl Rogers dan Abraham Maslow, teori humanistik menekankan potensi manusia untuk tumbuh dan mengaktualisasikan diri. Teori ini memandang manusia sebagai makhluk yang pada dasarnya baik dan memiliki kecenderungan alami untuk berkembang ke arah yang positif.
5. Teori Sosial-Kognitif
Albert Bandura mengembangkan teori ini yang menekankan interaksi antara pikiran, perilaku, dan lingkungan dalam membentuk kepribadian. Teori ini memperkenalkan konsep self-efficacy atau keyakinan seseorang tentang kemampuannya untuk berhasil dalam situasi tertentu.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepribadian
Pembentukan kepribadian merupakan proses kompleks yang dipengaruhi oleh berbagai faktor. Berikut adalah beberapa faktor utama yang mempengaruhi perkembangan kepribadian:
1. Faktor Genetik
Penelitian menunjukkan bahwa gen memainkan peran penting dalam membentuk aspek-aspek dasar kepribadian. Studi pada anak kembar dan anak adopsi telah mengungkapkan bahwa beberapa sifat kepribadian memiliki komponen herediter yang kuat.
Namun, penting untuk dicatat bahwa genetik bukanlah penentu tunggal kepribadian. Gen berinteraksi dengan lingkungan dalam proses yang disebut interaksi gen-lingkungan.
2. Faktor Lingkungan
Lingkungan memiliki pengaruh besar dalam membentuk kepribadian. Ini mencakup:
- Keluarga: Pola asuh, hubungan dengan orang tua dan saudara, serta dinamika keluarga mempengaruhi perkembangan kepribadian anak.
- Teman sebaya: Interaksi dengan teman sebaya dapat mempengaruhi sikap, nilai, dan perilaku seseorang.
- Budaya: Norma, nilai, dan praktik budaya membentuk cara berpikir dan berperilaku seseorang.
- Pengalaman hidup: Peristiwa-peristiwa penting dalam hidup dapat membentuk atau mengubah kepribadian seseorang.
3. Faktor Neurobiologis
Struktur dan fungsi otak juga berperan dalam pembentukan kepribadian. Penelitian neurosains telah mengidentifikasi hubungan antara aktivitas di area-area otak tertentu dengan sifat-sifat kepribadian.
4. Faktor Situasional
Meskipun kepribadian cenderung konsisten, situasi tertentu dapat mempengaruhi bagaimana seseorang berperilaku. Teori interaksionisme menekankan interaksi antara sifat kepribadian dan faktor situasional dalam menentukan perilaku.
Advertisement
Perkembangan Kepribadian Sepanjang Hidup
Kepribadian bukanlah sesuatu yang tetap dan tidak berubah. Meskipun ada aspek-aspek yang relatif stabil, kepribadian dapat berkembang dan berubah sepanjang hidup. Berikut adalah tahapan perkembangan kepribadian menurut beberapa teori:
1. Teori Psikoanalisis Freud
Freud membagi perkembangan kepribadian menjadi lima tahap psikoseksual:
- Tahap oral (0-1 tahun)
- Tahap anal (1-3 tahun)
- Tahap falik (3-6 tahun)
- Tahap laten (6-puberty)
- Tahap genital (puberty-dewasa)
Menurut Freud, pengalaman pada tahap-tahap awal ini sangat mempengaruhi pembentukan kepribadian di masa dewasa.
2. Teori Psikososial Erik Erikson
Erikson mengembangkan teori delapan tahap perkembangan psikososial yang berlangsung sepanjang hidup:
- Kepercayaan vs Ketidakpercayaan (0-1 tahun)
- Otonomi vs Rasa Malu dan Ragu (1-3 tahun)
- Inisiatif vs Rasa Bersalah (3-6 tahun)
- Kerja Keras vs Rendah Diri (6-12 tahun)
- Identitas vs Kebingungan Peran (12-18 tahun)
- Keintiman vs Isolasi (dewasa muda)
- Generativitas vs Stagnasi (dewasa tengah)
- Integritas vs Keputusasaan (dewasa akhir)
Setiap tahap melibatkan krisis psikososial yang harus diselesaikan untuk perkembangan kepribadian yang sehat.
3. Teori Big Five
Penelitian longitudinal menggunakan model Big Five menunjukkan bahwa sifat-sifat kepribadian dapat berubah sepanjang hidup:
- Conscientiousness dan Agreeableness cenderung meningkat seiring bertambahnya usia.
- Neuroticism cenderung menurun seiring bertambahnya usia.
- Openness to Experience cenderung meningkat pada masa dewasa awal dan menurun pada usia lanjut.
- Extraversion relatif stabil sepanjang hidup.
Pengukuran dan Asesmen Kepribadian
Untuk memahami dan mengukur kepribadian, para psikolog telah mengembangkan berbagai metode asesmen. Berikut adalah beberapa pendekatan utama dalam pengukuran kepribadian:
1. Kuesioner Self-Report
Ini adalah metode yang paling umum digunakan. Individu diminta untuk menilai diri mereka sendiri pada berbagai pernyataan atau pertanyaan. Contoh tes kepribadian yang menggunakan metode ini antara lain:
- NEO Personality Inventory (NEO-PI-R): Mengukur Big Five traits
- Minnesota Multiphasic Personality Inventory (MMPI): Digunakan untuk asesmen klinis
- 16 Personality Factor Questionnaire (16PF): Dikembangkan oleh Raymond Cattell
2. Tes Proyektif
Tes ini menggunakan stimulus ambigu dan meminta individu untuk merespons. Asumsinya adalah bahwa respons akan mencerminkan aspek kepribadian yang tidak disadari. Contoh tes proyektif antara lain:
- Rorschach Inkblot Test
- Thematic Apperception Test (TAT)
3. Observasi Perilaku
Metode ini melibatkan pengamatan langsung terhadap perilaku individu dalam situasi alami atau terkontrol. Ini dapat memberikan informasi yang lebih objektif tentang bagaimana seseorang berperilaku dalam situasi nyata.
4. Wawancara
Wawancara terstruktur atau semi-terstruktur dapat digunakan untuk mengumpulkan informasi mendalam tentang kepribadian seseorang. Metode ini sering digunakan dalam setting klinis.
5. Penilaian Orang Lain
Metode ini melibatkan penilaian kepribadian seseorang oleh orang-orang yang mengenalnya dengan baik, seperti teman, keluarga, atau rekan kerja. Ini dapat memberikan perspektif tambahan yang mungkin tidak terungkap melalui self-report.
Advertisement
Gangguan Kepribadian
Meskipun variasi dalam kepribadian adalah normal dan bahkan diperlukan dalam masyarakat, ada kondisi di mana pola kepribadian menjadi maladaptif dan mengganggu fungsi sehari-hari. Ini dikenal sebagai gangguan kepribadian.
Definisi Gangguan Kepribadian
Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5), gangguan kepribadian adalah pola pengalaman batin dan perilaku yang menyimpang secara signifikan dari harapan budaya individu, bersifat pervasif dan tidak fleksibel, dimulai pada masa remaja atau dewasa awal, stabil sepanjang waktu, dan menyebabkan distress atau gangguan.
Jenis-jenis Gangguan Kepribadian
DSM-5 mengklasifikasikan gangguan kepribadian menjadi tiga cluster:
Cluster A (Odd or Eccentric Disorders)
- Gangguan Kepribadian Paranoid
- Gangguan Kepribadian Skizoid
- Gangguan Kepribadian Skizotipal
Cluster B (Dramatic, Emotional, or Erratic Disorders)
- Gangguan Kepribadian Antisosial
- Gangguan Kepribadian Borderline
- Gangguan Kepribadian Histrionik
- Gangguan Kepribadian Narsisistik
Cluster C (Anxious or Fearful Disorders)
- Gangguan Kepribadian Avoidant
- Gangguan Kepribadian Dependent
- Gangguan Kepribadian Obsesif-Kompulsif
Penyebab Gangguan Kepribadian
Penyebab gangguan kepribadian belum sepenuhnya dipahami, tetapi diyakini melibatkan interaksi kompleks antara faktor genetik, neurobiologis, dan lingkungan. Beberapa faktor yang mungkin berperan antara lain:
- Trauma masa kecil
- Pola asuh yang tidak sesuai
- Faktor genetik
- Perubahan dalam struktur dan fungsi otak
- Faktor sosial-budaya
Penanganan Gangguan Kepribadian
Penanganan gangguan kepribadian seringkali kompleks dan membutuhkan pendekatan jangka panjang. Beberapa metode penanganan meliputi:
- Psikoterapi: Terapi perilaku dialektik (DBT), terapi kognitif-perilaku (CBT), dan psikoterapi psikodinamik sering digunakan.
- Farmakoterapi: Obat-obatan dapat digunakan untuk mengatasi gejala spesifik seperti depresi atau kecemasan.
- Terapi kelompok: Membantu individu belajar keterampilan sosial dan mengelola emosi.
- Dukungan keluarga: Melibatkan keluarga dalam proses terapi dapat meningkatkan efektivitas penanganan.
Kesimpulan
Kepribadian adalah konsep yang kompleks dan multidimensi dalam psikologi. Definisi kepribadian menurut para ahli mencerminkan berbagai perspektif dan pendekatan dalam memahami sifat manusia. Dari teori psikoanalisis Freud hingga model Big Five, setiap pendekatan memberikan wawasan unik tentang bagaimana kepribadian terbentuk dan berfungsi.
Memahami kepribadian tidak hanya penting dalam konteks psikologi klinis, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari. Pengetahuan tentang kepribadian dapat membantu kita memahami diri sendiri dan orang lain dengan lebih baik, meningkatkan hubungan interpersonal, dan bahkan membuat keputusan karir yang lebih tepat.
Penting untuk diingat bahwa meskipun kepribadian memiliki aspek-aspek yang relatif stabil, ia juga dapat berubah dan berkembang sepanjang hidup. Pengalaman, pembelajaran, dan usaha sadar dapat membentuk dan mengubah aspek-aspek kepribadian kita.
Akhirnya, meskipun pemahaman kita tentang kepribadian telah berkembang pesat dalam beberapa dekade terakhir, masih banyak misteri yang belum terpecahkan. Penelitian berkelanjutan dalam bidang psikologi, neurosains, dan genetika terus memberikan wawasan baru tentang kompleksitas kepribadian manusia.
Advertisement