Penyebab Kista Ovarium dan Gejala, Ketahui Faktor Risikonya

Pelajari penyebab kista ovarium, faktor risiko, gejala, diagnosis, dan pilihan pengobatan. Kenali tanda-tanda yang perlu diwaspadai untuk deteksi dini.

oleh Ayu Isti Prabandari Diperbarui 20 Mar 2025, 07:10 WIB
Diterbitkan 20 Mar 2025, 07:10 WIB
penyebab kista ovarium
penyebab kista ovarium ©Ilustrasi dibuat AI... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Kista ovarium merupakan kondisi yang cukup umum dialami oleh wanita, terutama pada usia reproduktif. Meski sebagian besar kista ovarium bersifat jinak dan dapat hilang dengan sendirinya, namun penting untuk memahami penyebab, gejala, serta pilihan penanganannya. Artikel ini akan membahas secara komprehensif mengenai berbagai aspek kista ovarium, mulai dari faktor risiko hingga pilihan pengobatan yang tersedia.

Promosi 1

Pengertian Kista Ovarium

Kista ovarium adalah kantung berisi cairan yang terbentuk di dalam atau pada permukaan ovarium (indung telur). Ovarium merupakan organ reproduksi wanita yang berfungsi menghasilkan sel telur dan hormon-hormon penting seperti estrogen dan progesteron. Setiap wanita memiliki dua ovarium, yang terletak di sisi kanan dan kiri rahim.

Kista ovarium dapat terbentuk dalam berbagai ukuran, mulai dari yang sangat kecil hingga berukuran besar. Sebagian besar kista ovarium bersifat jinak dan tidak menimbulkan gejala yang signifikan. Namun, dalam beberapa kasus, kista ovarium dapat menyebabkan rasa tidak nyaman atau bahkan komplikasi serius jika tidak ditangani dengan tepat.

Jenis-Jenis Kista Ovarium

Terdapat beberapa jenis kista ovarium yang umum ditemui, di antaranya:

1. Kista Fungsional

Kista fungsional merupakan jenis kista ovarium yang paling sering terjadi. Kista ini terbentuk sebagai bagian dari siklus menstruasi normal dan biasanya akan hilang dengan sendirinya dalam beberapa minggu atau bulan tanpa memerlukan pengobatan khusus. Terdapat dua jenis utama kista fungsional:

  • Kista folikel: Terbentuk ketika folikel (kantung yang berisi sel telur) tidak pecah dan melepaskan sel telur saat ovulasi, melainkan terus membesar dan membentuk kista.
  • Kista korpus luteum: Terjadi ketika folikel yang telah melepaskan sel telur tidak menyusut kembali, melainkan terisi cairan dan membentuk kista.

2. Kista Endometrioma

Kista endometrioma, juga dikenal sebagai kista cokelat, terbentuk akibat kondisi endometriosis. Pada endometriosis, jaringan yang mirip dengan lapisan dalam rahim tumbuh di luar rahim, termasuk di ovarium. Kista ini berisi darah dan jaringan endometrium yang terkumpul, memberikan warna cokelat karakteristik.

3. Kista Dermoid

Kista dermoid, atau teratoma, adalah kista yang terbentuk dari sel-sel embrio yang tersisa di ovarium sejak masa perkembangan janin. Kista ini dapat mengandung berbagai jenis jaringan, seperti rambut, gigi, atau bahkan jaringan tulang. Meskipun umumnya jinak, kista dermoid dapat tumbuh cukup besar dan menyebabkan komplikasi.

4. Kistadenoma

Kistadenoma adalah kista yang tumbuh dari sel-sel yang melapisi permukaan luar ovarium. Kista ini dapat berisi cairan atau lendir dan terkadang tumbuh menjadi sangat besar. Meskipun umumnya jinak, kistadenoma dapat menyebabkan rasa tidak nyaman dan memerlukan penanganan medis.

Penyebab Kista Ovarium

Penyebab kista ovarium dapat bervariasi tergantung pada jenisnya. Berikut adalah beberapa faktor yang dapat berkontribusi pada pembentukan kista ovarium:

1. Ketidakseimbangan Hormonal

Fluktuasi hormon selama siklus menstruasi dapat memicu pembentukan kista fungsional. Ketidakseimbangan antara hormon estrogen dan progesteron dapat menyebabkan folikel tidak pecah atau korpus luteum tidak menyusut sebagaimana mestinya, sehingga terbentuk kista.

2. Endometriosis

Kondisi endometriosis, di mana jaringan endometrium tumbuh di luar rahim, dapat menyebabkan pembentukan kista endometrioma di ovarium. Jaringan endometrium yang tumbuh di ovarium dapat mengakumulasi darah dan debris selama siklus menstruasi, membentuk kista yang karakteristik.

3. Sindrom Ovarium Polikistik (PCOS)

PCOS adalah gangguan hormonal yang dapat menyebabkan ovarium menghasilkan banyak folikel kecil yang tidak berkembang menjadi sel telur matang. Kondisi ini dapat mengakibatkan pembentukan banyak kista kecil di ovarium, yang dikenal sebagai ovarium polikistik.

4. Kehamilan

Selama awal kehamilan, kista korpus luteum dapat terbentuk untuk mendukung perkembangan janin hingga plasenta dapat mengambil alih produksi hormon. Kista ini biasanya akan menghilang sendiri seiring berjalannya kehamilan.

5. Infeksi Panggul

Infeksi yang menyebar ke ovarium dan tuba falopi dapat menyebabkan pembentukan kista sebagai respons terhadap peradangan. Kista jenis ini, yang dikenal sebagai kista tubo-ovarian, dapat terbentuk sebagai komplikasi dari penyakit radang panggul.

6. Faktor Genetik

Beberapa jenis kista ovarium, seperti kista dermoid, mungkin memiliki komponen genetik. Wanita dengan riwayat keluarga yang memiliki kista ovarium atau kanker ovarium mungkin memiliki risiko lebih tinggi untuk mengembangkan kista.

Faktor Risiko Kista Ovarium

Meskipun kista ovarium dapat terjadi pada wanita dari berbagai usia, beberapa faktor dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami kondisi ini:

1. Usia

Wanita pada usia reproduktif, terutama antara 20 hingga 35 tahun, memiliki risiko lebih tinggi mengalami kista ovarium fungsional. Sementara itu, risiko kista ovarium yang bersifat neoplastik (tumor) meningkat seiring bertambahnya usia, terutama setelah menopause.

2. Riwayat Kista Sebelumnya

Wanita yang pernah mengalami kista ovarium memiliki kemungkinan lebih besar untuk mengembangkan kista di masa depan.

3. Ketidakteraturan Siklus Menstruasi

Siklus menstruasi yang tidak teratur dapat mengindikasikan ketidakseimbangan hormonal, yang dapat meningkatkan risiko pembentukan kista ovarium.

4. Obesitas

Kelebihan berat badan atau obesitas dapat mempengaruhi keseimbangan hormonal dalam tubuh, yang pada gilirannya dapat meningkatkan risiko pembentukan kista ovarium.

5. Penggunaan Obat Kesuburan

Beberapa obat yang digunakan untuk merangsang ovulasi dalam pengobatan infertilitas dapat meningkatkan risiko pembentukan kista ovarium.

6. Merokok

Kebiasaan merokok telah dikaitkan dengan peningkatan risiko kista ovarium fungsional pada beberapa penelitian.

Gejala Kista Ovarium

Banyak wanita dengan kista ovarium tidak mengalami gejala sama sekali, terutama jika kista berukuran kecil. Namun, ketika gejala muncul, mereka dapat meliputi:

1. Nyeri Panggul

Rasa sakit atau nyeri di area panggul, terutama di bagian bawah perut, merupakan gejala yang paling umum. Nyeri ini bisa bersifat tumpul dan konstan, atau tajam dan intermiten. Intensitas nyeri dapat bervariasi dari ringan hingga berat.

2. Ketidakteraturan Menstruasi

Kista ovarium dapat menyebabkan perubahan pada siklus menstruasi, termasuk periode yang tidak teratur, lebih berat, atau lebih ringan dari biasanya.

3. Rasa Penuh atau Kembung

Sensasi penuh atau kembung di area perut, terutama jika kista berukuran besar, dapat menjadi gejala yang mengganggu.

4. Nyeri Saat Berhubungan Seksual

Beberapa wanita mungkin mengalami rasa sakit atau ketidaknyamanan selama atau setelah berhubungan seksual (dispareunia) akibat adanya kista ovarium.

5. Perubahan Kebiasaan Buang Air Kecil

Kista yang besar dapat menekan kandung kemih, menyebabkan peningkatan frekuensi buang air kecil atau kesulitan mengosongkan kandung kemih sepenuhnya.

6. Mual dan Muntah

Dalam beberapa kasus, terutama jika kista cukup besar atau terpuntir, dapat menyebabkan mual dan muntah.

7. Nyeri Punggung Bawah

Rasa sakit yang menjalar ke punggung bawah dapat terjadi akibat tekanan dari kista ovarium yang besar.

Diagnosis Kista Ovarium

Diagnosis kista ovarium melibatkan beberapa langkah dan metode pemeriksaan. Dokter akan memulai dengan mengumpulkan riwayat medis lengkap dan melakukan pemeriksaan fisik. Selanjutnya, beberapa tes diagnostik mungkin diperlukan untuk mengkonfirmasi keberadaan kista dan menentukan karakteristiknya:

1. Pemeriksaan Panggul

Dokter akan melakukan pemeriksaan panggul manual untuk merasakan adanya pembengkakan atau perubahan bentuk pada ovarium. Meskipun pemeriksaan ini tidak dapat mendeteksi kista kecil, namun dapat membantu mengidentifikasi kista yang lebih besar.

2. Ultrasonografi (USG)

USG merupakan metode pencitraan utama untuk mendiagnosis kista ovarium. Pemeriksaan ini menggunakan gelombang suara untuk menciptakan gambar organ internal, memungkinkan dokter untuk melihat ukuran, lokasi, dan karakteristik kista. USG dapat dilakukan melalui dinding perut (transabdominal) atau melalui vagina (transvaginal) untuk mendapatkan gambaran yang lebih detail.

3. Tes Darah

Beberapa tes darah mungkin direkomendasikan, termasuk:

  • Tes kehamilan: Untuk menyingkirkan kemungkinan kehamilan yang dapat menyebabkan pembentukan kista korpus luteum.
  • Tes hormon: Untuk memeriksa ketidakseimbangan hormonal yang mungkin berkontribusi pada pembentukan kista.
  • CA-125: Marker tumor yang dapat meningkat pada beberapa jenis kista ovarium, terutama yang bersifat ganas. Namun, tes ini tidak spesifik dan dapat meningkat pada kondisi jinak lainnya.

4. CT Scan atau MRI

Dalam kasus tertentu, dokter mungkin merekomendasikan CT scan atau MRI untuk mendapatkan gambaran yang lebih detail tentang kista dan jaringan di sekitarnya. Metode pencitraan ini dapat membantu membedakan kista dari tumor padat dan menilai apakah ada penyebaran ke jaringan lain.

5. Laparoskopi

Prosedur bedah minimal invasif ini memungkinkan dokter untuk melihat langsung ovarium dan kista. Laparoskopi dapat digunakan untuk diagnosis sekaligus pengobatan, memungkinkan pengangkatan kista jika diperlukan.

Pengobatan Kista Ovarium

Pendekatan pengobatan untuk kista ovarium sangat bervariasi tergantung pada jenis kista, ukuran, gejala yang ditimbulkan, dan faktor risiko individual. Berikut adalah beberapa pilihan pengobatan yang mungkin direkomendasikan:

1. Observasi (Watchful Waiting)

Untuk kista fungsional yang kecil dan tidak menimbulkan gejala, dokter mungkin merekomendasikan pendekatan "tunggu dan lihat". Banyak kista fungsional akan menghilang dengan sendirinya dalam beberapa minggu atau bulan tanpa memerlukan intervensi. Selama periode ini, pemeriksaan ulang dengan USG mungkin dilakukan untuk memantau perkembangan kista.

2. Pengobatan Hormonal

Pil kontrasepsi oral atau obat hormonal lainnya mungkin diresepkan untuk menghentikan ovulasi dan mencegah pembentukan kista baru. Pengobatan ini juga dapat membantu mengurangi risiko kista ovarium di masa depan, tetapi tidak akan menyusutkan kista yang sudah ada.

3. Pembedahan

Intervensi bedah mungkin diperlukan dalam beberapa situasi, seperti:

  • Kista yang besar (lebih dari 5-10 cm)
  • Kista yang persisten atau tumbuh setelah beberapa siklus menstruasi
  • Kista yang menyebabkan gejala yang signifikan
  • Kista yang dicurigai ganas
  • Kista pada wanita pasca menopause

Prosedur bedah untuk kista ovarium meliputi:

a. Sistektomi

Prosedur ini melibatkan pengangkatan kista sambil mempertahankan ovarium. Sistektomi dapat dilakukan melalui laparoskopi (pembedahan lubang kunci) untuk kista yang lebih kecil, atau melalui laparotomi (sayatan yang lebih besar di perut) untuk kista yang lebih besar atau kompleks.

b. Ooforektomi

Dalam beberapa kasus, terutama jika kista sangat besar atau dicurigai ganas, mungkin diperlukan pengangkatan seluruh ovarium. Prosedur ini juga dapat dilakukan melalui laparoskopi atau laparotomi.

4. Drainase Kista

Dalam situasi tertentu, dokter mungkin merekomendasikan drainase kista dengan aspirasi jarum yang dipandu USG. Namun, prosedur ini jarang dilakukan karena risiko infeksi dan kemungkinan kista kembali terbentuk.

5. Pengobatan Simptomatik

Untuk mengatasi gejala yang ditimbulkan oleh kista ovarium, dokter mungkin meresepkan:

  • Obat pereda nyeri seperti ibuprofen atau acetaminophen untuk mengurangi rasa sakit
  • Kompres hangat untuk meredakan ketidaknyamanan di area panggul

Pencegahan Kista Ovarium

Meskipun tidak semua kista ovarium dapat dicegah, ada beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengurangi risiko pembentukan kista atau mendeteksi kista secara dini:

1. Pemeriksaan Rutin

Melakukan pemeriksaan ginekologi rutin, termasuk USG panggul, dapat membantu mendeteksi kista ovarium sejak dini. Ini terutama penting bagi wanita dengan riwayat kista ovarium atau faktor risiko lainnya.

2. Penggunaan Kontrasepsi Hormonal

Penggunaan pil KB atau metode kontrasepsi hormonal lainnya dapat membantu mencegah pembentukan kista fungsional dengan menghentikan ovulasi.

3. Menjaga Berat Badan Ideal

Mempertahankan berat badan yang sehat dapat membantu menjaga keseimbangan hormonal dan mengurangi risiko kista ovarium, terutama yang terkait dengan PCOS.

4. Pola Makan Sehat

Mengonsumsi makanan yang kaya akan buah, sayuran, biji-bijian utuh, dan protein sehat dapat mendukung kesehatan ovarium dan keseimbangan hormonal.

5. Olahraga Teratur

Aktivitas fisik rutin dapat membantu menjaga keseimbangan hormonal dan mengurangi risiko kista ovarium.

6. Menghindari Merokok

Berhenti merokok atau menghindari paparan asap rokok dapat mengurangi risiko pembentukan kista ovarium.

Komplikasi Kista Ovarium

Meskipun sebagian besar kista ovarium tidak menimbulkan masalah serius, beberapa komplikasi dapat terjadi dalam kasus tertentu:

1. Torsi (Puntiran) Ovarium

Kista besar dapat menyebabkan ovarium berputar pada tangkainya (torsi), memotong aliran darah ke ovarium. Kondisi ini dapat menyebabkan nyeri akut dan memerlukan penanganan darurat untuk mencegah kerusakan permanen pada ovarium.

2. Ruptur Kista

Kista yang pecah dapat menyebabkan nyeri hebat dan pendarahan internal. Dalam kasus yang jarang, ruptur kista dapat menyebabkan syok dan memerlukan perawatan medis segera.

3. Infertilitas

Beberapa jenis kista, terutama yang terkait dengan endometriosis atau PCOS, dapat mempengaruhi kesuburan. Pengobatan yang tepat dapat membantu mengatasi masalah ini.

4. Kanker Ovarium

Meskipun jarang, beberapa kista ovarium dapat berkembang menjadi kanker, terutama pada wanita pasca menopause. Pemantauan rutin dan evaluasi yang tepat sangat penting untuk mendeteksi perubahan yang mencurigakan.

Kapan Harus Ke Dokter?

Penting untuk berkonsultasi dengan dokter jika Anda mengalami gejala yang mungkin menunjukkan adanya kista ovarium, terutama jika:

  • Anda mengalami nyeri panggul yang persisten atau memburuk
  • Anda merasakan rasa penuh atau kembung yang tidak biasa di perut
  • Anda mengalami perubahan signifikan dalam pola menstruasi
  • Anda mengalami mual, muntah, atau demam yang menyertai nyeri perut
  • Anda mengalami nyeri mendadak yang parah di perut atau panggul

Selain itu, wanita dengan riwayat kista ovarium atau faktor risiko tinggi lainnya harus melakukan pemeriksaan rutin sesuai rekomendasi dokter mereka.

Kesimpulan

Kista ovarium adalah kondisi yang umum terjadi pada wanita dan sebagian besar bersifat jinak serta dapat hilang dengan sendirinya. Namun, pemahaman tentang penyebab, gejala, dan pilihan pengobatan kista ovarium sangat penting untuk deteksi dini dan penanganan yang tepat. Dengan mengenali faktor risiko dan gejala yang mungkin muncul, wanita dapat lebih proaktif dalam menjaga kesehatan reproduksi mereka.

Meskipun sebagian besar kista ovarium tidak memerlukan pengobatan khusus, penting untuk melakukan pemeriksaan rutin dan berkonsultasi dengan dokter jika muncul gejala yang mencurigakan. Pendekatan pengobatan yang tepat, mulai dari observasi hingga intervensi bedah, akan ditentukan berdasarkan jenis kista, ukuran, dan faktor individual lainnya.

Dengan menjalani gaya hidup sehat, melakukan pemeriksaan rutin, dan berkomunikasi terbuka dengan penyedia layanan kesehatan, wanita dapat mengelola risiko kista ovarium dan menjaga kesehatan reproduksi mereka secara optimal. Ingatlah bahwa setiap wanita unik, dan pendekatan yang dipersonalisasi adalah kunci dalam menangani masalah kesehatan reproduksi, termasuk kista ovarium.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya