Liputan6.com, Oregon - Insiden penembakan masih marak di Amerika Serikat. Kali ini terjadi di sebuah sekolah di kawasan Oregon.
"Seorang remaja laki-laki menembak seorang murid dan kemudian bunuh diri hari ini (Selasa, 10 Juni 2014), di Reynolds High School di Troutdale, Oregon," kata polisi seperti dimuat ABC News, Rabu (11/6/2014).
"Ketika itu para siswa sedang mempersiapkan diri untuk liburan musim panas," tambah polisi.
Advertisement
Setelah pukul 08.00 pagi waktu setempat, saksi mata mengatakan ada seorang laki-laki menembakkan senapan serbu di ruang ganti sekolah dan di luar gym. Lalu mengejar guru pendidikan jasmani Todd Rispler.
"Rispler menderita luka ringan dan dirawat di tempat kejadian," jelas Kepala Polisi Scott Anderson.
Pihak berwenang mengatakan, mereka akan mengidentifikasi penembak tetapi belum akan mempublikasikan identitasnya. Mereka juga telah memberitahu orang tua si penembak, serta orang tua dari siswa yang tewas.
Laporan lainnya menyebut, polisi Troutdale menemukan si penembak dengan senjata sudah tak bernyawa di kamar mandi sekolah. Penyebab kematiannya tidak diketahui pasti. Pihak berwenang juga tidak mengatakan apakah dia murid dari Reynolds High School atau bukan.
Di lokasi penembakan, tim SWAT sudah bertaburan. Begitu juga dengan polisi yang telah mengarahkan senjatanya ke gedung sekolah, khawatir ada serangan lain.
Sementara itu para siswa dikeluarkan dari sekolah dengan tangan di atas kepala, sesuai dengan aturan yang diberitahukan pihak berwenang. Setelah penembak diketahui tewas.
"Aku benar-benar takut," kata murid bernama Jada kepada Katu-TV. "Aku tak menyangka, ini benar-benar terjadi. Ini nyata."
Murid lainnya, Cameron dan Cayden mengatakan mereka mendengar awal suara tembakan dari dalam gym.
"Tembakan kedua yang benar-benar keras dan benar-benar dekat," kata Cayden.
"Teman kami, Tate menggedor pintu mengatakan ada seorang pria dengan pistol, dan meminta agar dibiarkan masuk di ruangan kami. Jadi kami membiarkan dia masuk, dan kami berlari menuju kamar latihan beban dan bersembunyi di sana," beber Cameron.
Di balik pintu yang terkunci, beber Cayden dan Cameron, 100 siswa berkumpul bersama.
"Ketika kami berada di sana, semua orang diam," kata Cameron. "Ini bukan latihan."
Sekolah itu terisolasi selama hampir satu jam, sementara para orang tua bergegas ke tempat kejadian, menunggu di luar untuk mendapati anak-anak mereka.
Para murid di sekolah itu begitu sedih, mengingat murid yang tewas tertembak.
"Dia menuliskan pesan padaku, mengatakan bahwa saya memiliki senyum yang manis," kata seorang gadis sambil menangis mengingat korban. "Aku tidak percaya bahwa aku tidak akan melihatnya lagi, setiap hari."