Liputan6.com, New York Pemakaian teknologi maju bidang militer berdampak lebih dari sekedar persaingan untuk menjadi yang lebih maju. Keunggulan taktis dapat memberi kekuatan strategis di masa konflik, sehingga perlombaan memajukan teknologi tempur terus berlangsung.
Suatu senjata laser yang dapat menembak jatuh pesawat nirawak musuh sedang dikembangkan untuk kepentingan militer Amerika Serikat, demikian yang diumumkan oleh pejabat departemen pertahanan.
Baca Juga
Mengutip dari Sydney Morning Herald (17/06/2014), disebutkan bahwa dalam terbitan pers yang berjudul "Kabar Buruk bagi Si Jahat", Lembaga Penelitian Angkatan Laut (Office of Naval Research--ONR) menyatakan bahwa mereka telah diberikan kontrak untuk merancang rudal ringan darat-ke-permukaan yang dapat melindungi pasukan darat dari serbuan pesawat nirawak.
Advertisement
Progam yang dinamai Ground-Based Air Defence Directed Energy On-the-Move, disebut GBAD, dapat dipasang di Humvee milik marinir atau kendaraan taktis daratan. GBAD ini serupa dengan senjata laser yang akan dipasang di kapal perang angkatan laut yang akan digelar di akhir musim panas ini. Kedua sistem ini ditujukan untuk memberi pilihan berbiaya rendah dibandingkan daya tembak biasa untuk menepis pesawat nirawak (unmanned aerial vehicles--UAVs) yang akan menjejas dan menyasar pasukan marinir di darat".
Amerika Serikat mengatakan akan menelaah serangan-serangan nirawak di Irak tapi telah mendapatkan kritik karena menggunakannya untuk menyasar teroris Al Qaeda di Afghanistan dan Pakistan sehingga mengundang kecaman dari PBB di bulan Maret lalu.
Walaupun taktik ini memungkinkan Presiden Barack Obama untuk mengurangi penggunaan tentara konvensional, para pemberi kritik mengatakan bahwa pesawat nirawak merupakan peralatan yang majal sehingga menimbulkan terlalu banyak korban di kalangan sipil.
Para petinggi militer khawatir bahwa pesawat-pesawat nirawak dapat digunakan melawan Amerika. Kolonel William Zamagni dari ONR mengatakan bahwa dengan semakin bagusnya teknologi nirawak, angkatan laut menduga adanya munculnya ancaman dari pengintaian dan pengawasan dan juga serangan fisik.
"Kita meramalkan para musuh kita akan menambah pemakaian UAC dan kekuatan ekspedisi kita harus berhadapan dengan peningkatan ancaman," katanya sambil menambahkan bahwa GBAD dapat menangani hal itu.
Pengujian bagian-bagian laser itu sudah berlangsung. Para peneliti akan melanjutkan dengan pengujian keseluruhan sistem menghadapi sasaran-sararan dengan laser berkekuatan 10 kilowatt, sebelum nantinya diperkuat dengan laser berdaya 30 kilowatt di tahun 2016.
Seorang penyelia program untuk ONR, Lee Mastroianni, mengatakan: "Segala sesuatu tentang program ini diarahkan untuk menciptakan kemampuan energi-terarah yang layak untuk mendukung tujuan agar pasukan marinir kita tangkas dan unggul." (Ein)