Liputan6.com, Washington DC- Agen mata-mata Amerika Serikat menyadap surat elektronik atau email lima tokoh muslim terkemuka di Negeri Paman Sam, dengan dalih mengidentifikasi ancaman keamanan. Demikian isi dokumen terbaru yang dibocorkan mantan kontraktor Badan Keamanan Nasional AS (NSA), Edward Snowden.
Target penyadapan termasuk seorang pengacara, profesor, dan praktisi politik, menurut laporan yang dipublikasikan dalam situs Intercept.
Intercept adalah situs online yang dikelola Glenn Greenwald, yang membantu menerbitkan sejumlah dokumen yang dibocorkan Snowden.
Padahal FBI dan NSA mengatakan mereka hanya memata-matai warga AS hanya ketika mereka memiliki alasan yang tepat.
"NSA dan FBIÂ diam-diam memantau e-mail milik tokoh Muslim AS...di bawah prosedur rahasia yang dimaksudkan untuk menargetkan teroris dan mata-mata asing," demikian menurut laporan The Intercept, seperti Liputan6.com kutip dari BBC, Kamis (10/7/2014).
Mereka yang diduga disadap adalah:
1. Faisal Gill, staf di Partai Republik sekaligus mantan pegawai Departemen Keamanan Dalam Negeri.
2. Asim Ghafoor, pengacara yang mewakili klien dalam kasus-kasus terorisme.
3. Hooshang Amirahmadi, warga AS keturunan Iran yang menjadi pengajar di Rutgers University.
4. Agha Saeed, mantan dosen Ilmu Politik di California State University.
5. Nihad Awad, direktur eksekutif Council on American-Islamic Relations.
Berdasarkan laporan tersebut, hasil dari investigasi diam-diam dengan menggunakan dokumen-dokumen rahasia yang diperoleh dari Snowden -- kelimanya telah membantah terlibat dalam aktivitas terorisme.
-
Menanggapi laporan tersebut, NSA dan Departemen Kehakiman cepat memberi jawaban, dengan mengatakan email dari warga AS hanya diakses jika ada sebab yang mendasari.
"Adalah salah jika badan-badan intelijen AS melakukan pengawasan elektronik terhadap tokoh politik, agama atau aktivis semata-mata karena mereka tidak setuju dengan kebijakan publik atau mengkritik pemerintah, atau untuk melaksanakan hak konstitusionalnya," tulis 2 lembaga dalam pernyataan bersama.
Sementara itu, Gedung Putih memerintahkan peninjauan terhadap NSA terkait tuduhan terbaru.
"Menanggapi masalah yang terjadi, Gedung Putih meminta agar secepatnya Direktur Intelijen Nasional melakukan penilaian kebijakan komunitas intelijen, mengedepankan standar pelatihan atau arahan yang mempromosikan keberagaman dan toleransi," kata juru bicara keamanan nasional Gedung Putih, Caitlin Hayden.
"Penggunaan stereotip rasial atau etnis, penghinaan, atau bahasa lain yang serupa" tidak dapat diterima."
Puluhan kelompok kebebasan sipil juga telah angkat bicara menentang duaan praktik seperti yang dimuat di Intercept -- mendesak Presiden AS Barack Obama untuk membuka pengawasan publik terhadap sistem pengawasan dalam negeri.
Ini bukan pertama kalinya agen ASÂ dituduh mengintai warga AS. Dokumen-dokumen sebelumnya dibocorkan oleh Snowden menunjukkan, dokumen elektronik ribuan warga dipindai oleh NSA. (Yus)
Bocoran Snowden: NSA dan FBI Sadap 5 Tokoh Muslim Terkemuka AS
Target penyadapan termasuk seorang pengacara, profesor, dan praktisi politik, menurut laporan yang dipublikasikan dalam situs Intercept.
diperbarui 10 Jul 2014, 15:42 WIBDiterbitkan 10 Jul 2014, 15:42 WIB
Advertisement
Live Streaming
Powered by
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
Apakah Buah Naga Bisa Menurunkan Darah Tinggi, Ini Penjelasannya
Diet Enggak Usah Dibikin Rumit dan Mahal, Sontek Saran Nutrisionis
Intip Kinerja Kripto ATOM Coin 22 November 2024
Puji Kebijakan Prabowo, Inggris Tertarik Kerja Sama Program Makan Bergizi Gratis
Snapdagon 8 Elite Bikin Baterai HP Android Lebih Awet?
BP Batam Disorot, Pegawainya Diduga Terlibat Mafia Penyelundupan Pekerja Migran
10 Tips Rumah Tangga Harmonis untuk Keluarga Bahagia Seumur Hidup
David Alaba Bikin Real Madrid Dilema
6 Potret Jadul Nissa Sabyan, Resmi Dinikahi Ayus Meski Terpaut Usia 10 Tahun
Jadwal dan Link Siaran Langsung Liga Inggris 2024/2025 Matchweek 12 di Vidio
Daya Tarik Kontemporer Warisan Abadi Batik Iwan Tirta, Terinspirasi Flora dan Fauna Nusantara
Fedi Nuril Tangapi Santai Komentar Pedas Netizen yang Menyuruh Pindah Negara