Ilmuwan Kuak Asal Usul HIV/AIDS: Seks Bebas di Kinshasa 1920-an

HIV/AIDS punya sejarah yang lebih panjang di Afrika, namun, di mana pandemi bermula masih menjadi perdebatan sengit.

oleh Elin Yunita Kristanti diperbarui 03 Okt 2014, 13:51 WIB
Diterbitkan 03 Okt 2014, 13:51 WIB
Ilustrasi Virus HIV AIDS
Virus HIV AIDS

Liputan6.com, London - HIV/AIDS masih menjadi momok. Perhatian terhadap virus tersebut memuncak pada 1980, dan hingga kini telah menginfeksi hampir 75 juta orang di dunia.

Sudah lama diketahui, virus tersebut punya sejarah yang lebih panjang di Afrika, namun, di mana pandemi bermula masih menjadi perdebatan sengit.

Untuk menguak misteri tersebut, tim internasional mencoba untuk merekonstruksi genetika HIV. Untuk mencari tahu di mana nenek moyang tertuanya pada manusia berasal.

Temuan dalam bidang arkeologi virus digunakan untuk menemukan asal pandemi. Demikian laporan tim dalam jurnal Science. Para ahli menggunakan arsip sampel kode genetik HIV untuk melacak sumbernya.

Dan ternyata, asal usul pandemi terlacak dari tahun 1920-an di Kota Kinshasa yang kini menjadi bagian dari Republik Demokratik Kongo.



Laporan mereka menyebut, perdagangan seks yang merajalela, pertumbuhan populasi yang cepat, dan jarum tak steril yang digunakan di klinik-klinik diduga menyebarkan virus tersebut. Menciptakan kondisi 'badai yang sempurna'.

Sementara itu, rel kereta yang dibangun dengan dukungan Belgia -- di mana 1 juta orang melintasi kota tiap tahunnya -- membawa virus HIV ke wilayah sekitarnya. Lalu ke dunia.

Tim ilmuwan dari University of Oxford dan University of Leuven, Belgia mencoba merekonstruksi 'pohon keluarga' HIV dan menemukan asal muasal nenek moyang virus itu.

"Anda bisa melihat jejak sejarahnya dalam genom saat ini -- data yang terekam, tanda mutasi dalam genom HIV tidak bisa dihapus," kata Profesor Oliver Pybus dari University of Oxford, seperti Liputan6.com kutip dari BBC, Jumat (3/10/2014).

Dengan membaca tanda mutasi tersebut, tim bisa menyusun kembali pohon keluarga dan melacak akarnya.

HIV adalah versi mutasi dari virus simpanse, yang dikenal sebagai simian immunodeficiency virus (SIVcpz)-- yang mungkin melakukan lompatan spesies, ke manusia, melalui kontak dengan darah yang terinfeksi. Virus ini menyebar pertama kali pada para pemburu simpanse mungkin ketika menangani daging hewan itu. Kasus pertama dilaporkan di Kinshasa, Republik Demokratik Kongo, pada 1930.



Virus membuat lompatan pada beberapa kesempatan. Salah satunya mengarah pada HIV-1 subtipe O yang menyebar di Kamerun. Kemudian, HIV-1 subtipe M yang menginfeksi jutaan orang di seluruh dunia.

Pada tahun 1920-an, Kinshasa -- yang dulu disebut Leopoldville hingga 1966 -- adalah bagian dari Kongo yang dikuasai Belgia.

"Kota itu sangat besar dan sangat cepat pertumbuhannya. Catatan medis era kolonial menunjukkan tingginya insiden sejumlah penyakit seksual," kata Profesor Oliver Pybus.

Kala itu, buruh-buruh pria mengalir ke kota, memicu ketudakseimbangan gender, dengan perbandingan pria dan wanita 2:1 -- yang memicu maraknya perdagangan seksual. Plus faktor praktik pengobatan penyakit dengan suntikan tak steril yang efektif menyebarkan virus.

"Aspek menarik lainnya adalah jaringan transportasi yang membuat orang-orang berpindah dengan mudah." Sekitar 1 juta orang menggunakan jaringan rel Kinshasa pada akhir tahun 1940-an."

Dan virus pun menyebar luas, awalnya ke kota tetangga Brazzaville, lalu meluas ke area provinsi yang perekonomiannya ditopang penambangan, Katanga.

Kondisi 'badai sempurna', hanya berlangsung selama beberapa dekade di Kinshasa. Namun saat itu berakhir, HIV terlanjur menyebar ke seluruh dunia.

Jonathan Ball, dari University of Nottingham mengatakan, temuan ahli menarik karena menyediakan wawasan baru tentang fase awal pandemi HIV-1. "Tersangka yang membuat virus tersebut mendapatkan pijakan pada manusia -- adalah transportasi, populasi meningkat, praktek kesehatan, dan prostitusi," kata dia kepada BBC. (Tnt)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya