KAA 60 Tahun Lalu, Saat Negara Asia dan Afrika 'Menantang' Dunia

KAA pertama mampu membuat dunia terhenyak. Indonesia, negara yang baru merdeka 10 tahun, jadi tuan rumah.

oleh Oscar Ferri diperbarui 21 Apr 2015, 17:03 WIB
Diterbitkan 21 Apr 2015, 17:03 WIB
Mengintip Pameran Kerjasama Selatan-Selatan dan Triangular di KAA
Sejumlah foto Konferensi Asia-Afrika 1955 koleksi Arsip Nasional Republik Indonesia di Jakarta Covention Center, Senin (19/4/2015). Pameran tersebut merupakan rangkaian dari acara KAA 2015. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta Secarik foto mewakili ribuan kata. Lembaran-lembaran potret itu menceritakan kembali sejarah penyelenggaraan  Konferensi Asia Afrika (KAA) pertama tahun 1955, 60 tahun lalu.

Foto-foto tersebut dipajang oleh Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) di tengah ajang peringatan KAA Ke-60 yang digelar di Jakarta Convention Center (JCC).

‎Salah satu momentum yang tertangkap adalah antusiasme negara-negara di Asia dan Afrika untuk hadir di Bandung, Jawa Barat. Termasuk, saat para delegasi 29 negara peserta KAA pertama mendengarkan pidato berapi-api dari Presiden Indonesia pertama, Soekarno. ‎Pidato itu berjudul "Let's a new Asia dan new Africa be born".

Tentu, pemajangan foto ini tak cuma diharapkan sebagai pengingat kenangan masa lalu, tapi juga benar-benar dapat membangkitkan kembali semangat negara-negara Asia dan Afrika yang kerap dipandang sebagai 'negara dunia ketiga'.

"Tidak hanya nostalgia, tapi diharapkan bisa membangkitkan kembali Asia Afrika yang beberapa tengah terpuruk dengan konflik, ekonomi, sosial, dan lain-lain," ujar Koordinator Pameran ANRI, Suryagung saat berbincang dengan Liputan6.com di JCC, Jakarta, Selasa (21/4/2015).

Pameran Foto KAA

Pria yang akrab disapa Agung itu mengatakan, Indonesia selaku tuan rumah KAA pertama mampu membuat dunia terhenyak. Bahwa negara-negara di Asia Afrika‎ saat itu berani berkumpul untuk menantang dunia. Padahal, Indonesia saat itu baru merdeka 10 tahun.

Pun demikian dengan KAA Ke-60 saat ini, diharapkan delegasi-delegasi yang hadir mampu memberikan yang terbaik bagi kemajuan negara-negara di Asia dan Afrika. Diharapkan foto-foto ini mampu menularkan keberanian, ide, dan semangat untuk kembali mengguncang dunia seperti yang terjadi 60 tahun silam.

"Jadi diharapkan sekarang mereka bisa bangkit. Kita harapkan bangsa Asia Afrika tidak dipandang sebelah mata lagi," ucap Agung yang juga Arsiparis ANRI ini.

Agung menambahkan, pameran ini juga akan dimanfaatkan sebagai modal pihaknya untuk mengikuti ajang Memory of the World di Unesco nanti. Sekaligus juga ‎untuk mensosialisasikan khasanah sejarah Indonesia yang diarsipkan ANRI.

"Jadi pas banget momennya. Ini jadi penguatan kita untuk ikut Memory of the World di Unesco. Selain foto, kita juga ada film dan naskah-naskah KAA pertama," ucap Agung.

'Bayi-Bayi' baru Asia dan Afrika

Foto-foto yang dipajang ANRI ini menunjukkan bagaimana momen-momen penting kegiatan KAA pertama di Gedung Merdeka, Bandung terabadikan. Bagaimana, dalam KAA itu sebagian negara baru lahir, dan sebagian masih dijajah.

Penyelenggaraan KAA saat itu digelar Indonesia di saat Blok Barat dan Blok Timur tengah bersiteru, bersitegang, dan berperang. Tepatnya pada 18 April 1955. Saat itu Indonesia bersama 28 negara lain mampu merumuskan satu gerakan untuk melawan Blok Barat dan Blok Timur.

"Let's a new Asia and new Africa be born," begitu kata Presiden Indonesia, Soekarno atau Bung Karno dalam pidato sambutannya saat KAA pertama, 18 April 1955 silam.

Pameran Foto KAA

Kalimat pendek sarat makna itu dilontarkan Bung Karno dengan berapi-api. Siapa yang tak terbakar semangatnya ketika mendengar ajakan Bung Karno untuk melahirkan Asia dan Afrika yang baru?‎ Nelson Mandela pun dibuat kagum dan menjadikannya sebagai inspirasi untuk memerdekakan negaranya, Afrika Selatan dari tangan penjajah Inggris.

Sejarawan JJ Rizal mengatakan, KAA pertama ini berperan besar atas kelahiran negara-negara baru di Asia dan Afrika. Bahkan ada 79 negara baru setelah KAA itu. Padahal, sebelum KAA dicetuskan, banyak negara di Asia dan Afrika belum terbayang bisa jadi negara merdeka dan terlepas dari penjajahan.

"KAA itu telah melahirkan negara-negara merdeka baru. Bahkan sampai 79 negara. Satu hal di Asia dan Afrika yang tidak mungkin terbayangkan (merdeka) saja tidak, apalagi terlaksana, kalau tidak ada KAA," ujar Rizal.

29 negara yang hadir dalam KAA pertama itu sebagian besarnya memang masih 'bayi' sebagai sebuah negara. Seperti Myanmar (dulu bernama Burma), Sri Lanka, India, Pakistan. Tak terkecuali Indonesia, bayi di Asia Tenggara yang baru berusia 10 tahun.

Pameran Foto KAA

Melalui konferensi yang disebut juga dengan Konferensi Bandung itu, Bung Karno mengajak pemimpin-pemimpin negara di Asia Afrika untuk melawan kolonialisme dan neokolonialisme serta imperialisme negara-negara macam Amerika Serikat ataupun Uni Soviet (kini Rusia). Oleh Amerika Serikat (pemimpin Blok Barat) dan Uni Soviet (pemimpin Blok Timur), negara-negara di Asia-Afrika selalu diangggap sebagai dunia ketiga.

Blok Barat dan Blok Timur bahkan sudah mengejek sedari awal ide KAA ini. Ide penyatuan negara-negara di Asia dan Afrika itu bahkan dianggap konyol dan mustahil untuk dilaksanakan. Namun Bung Karno bersama Merah Putih jalan terus.

‎"Peran Indonesia besar banget, karena idenya itu dari Indonesia. Dan Indonesia yang paling ngotot. Ide (KAA) itu terus dilakukan dari keyakinan teguh seorang Bung Karno," kata Rizal.

‎Tak cuma itu, KAA tahun 1955 itu yang kemudian membawa negara-negara di Asia dan Afrika untuk membentuk gerakan tak memihak Barat atau Timur pada 1961. Gerakan itu bernama Gerakan Non-Blok. Gerakan yang pada akhirnya membuat Amerika Serikat dan Uni Soviet saat itu mulai khawatir akan kedudukan dan kepentingan mereka untuk menguasai dunia. Dan sekali lagi, negara-negara di Asia dan Afrika mampu mengguncang dunia dengan perkumpulan mereka, perkumpulan bayi-bayi yang baru saja lahir. (Ein)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya