Liputan6.com, Zurich - Bayangkan dalam kepala Anda, ribuan robot mini yang bergerombol. Ukuran mereka sangat kecil, sampai-sampai cukup ditampung dalam satu sendok teh.
Mereka siap disuntikkan melalui area paling lunak pada tubuh manusia –seperti jantung atau otak. Mengirimkan obat-obatan dengan jumlah saksama tepat di bagian tubuh yang perlu disembuhkan. Seperti ahli bedah berukuran mikro yang bekerja dari dalam.
Jika kedengarannya seperti kisah film science fiction, itu benar. Konsep ini merupakan plot dari Fantastic Voyage, film klasik dari tahun 1966.
Advertisement
Dalam film tersebut, empat orang mengendarai kapal selam mini untuk masuk ke dalam pembuluh darah seorang ilmuwan Amerika. Sang ilmuwan jatuh koma karena ulah pihak Rusia dalam Perang Dingin. Empat kru tersebut hanya punya waktu satu jam untuk menghilangkan penyumbatan darah. Sebelum mereka kembali ke bentuk semula. Awak berhasil keluar dari tubuh sang ilmuwan tepat waktu melalui aliran airmata.
Sedangkan era sekarang ini merupakan era dimana dunia nyata menyesuaikan dengan fantasi. Tidak terkecuali bidang nanoteknologi.
Pada ETH Zurich, Swiss Federal Institute of Technology, insinyur mekanik Brad Nelson dan tim-nya telah bekerja mengembangkan nanobots –robot berukuran super mikro, dengan ukuran hanya 0,1 sampai 10 mikrometer. Pengembangan ini sudah berlangsung selama satu dekade, dan siap membuat gebrakan.
“Kami membuat robot ukuran super kecil yang berfungsi dengan dipandu oleh ladang magnetis eksternal, untuk kegunaan tubuh manusia,” ungkap Nelson pada CNN.
Pisau mikro untuk si robot
Pisau mikro untuk si robot
Orang pertama yang memiliki ide ‘menelan dokter bedah’ adalah ahli fisika dan penerima Nobel Prize Richard Feynman. Ia jug yang mengungkapkan idenya itu pada salah satu kuliah singkatnya, “There’s plenty of room at the bottom,” yang secara luas dianggap cikal bakal konsep nanoteknologi.
“Ada ahli bedah mekanis dalam pembuluh darah Anda, mereka mengalir sampai jantung dan ‘melihat-lihat’,” ungkap Feynman. “Mereka akan mencari tahu aliran mana yang 'bermasalah', lalu memanfaatkan pisau, dan melakukan pembedahan.”
Robot mikro ciptaan Nelson belum dilengkapi dengan pisau mikro. Namun keistimewaan mereka adalah bentuknya yang dibuat mirip dengan bakteria E. Coli, yakni bakteria penyebab sakit perut. Mereka memiliki ‘ekor’ untuk berputar yang disebut flagellum.
“Bakteria memiliki motor rotary,” jelas Nelson, “Sekarang, kita belum bisa membuat motor tersebut, belum ada teknologinya, namun kita bisa menggunakan medan magnet untuk menggerakkannya. Flagella akan diberi daya magnet, sehingga mereka bisa berenang.”
Para nanobot sudah dites “in vivo” di lingkungan yang paling rentan, mata. Mereka mampu berenang melalui vitreous humor –lendir bening di permukaan bola mata--- dan mengirim obat pada area retina mata untuk menyembuhkan penyakit mata terkait usia senja. Seperti macular degeneration yang bisa berujung pada kebutaan.
Advertisement
Jantung permasalahan
Jantung permasalahan
Robot-robot tersebut dibuat di lingkungan “ruang bersih” agar tetap steril-- layaknya chip komputer.
Nelson menyatakan, dengan selesainya uji coba pada pada mata, mereka terinspirasi membuat nanobots serupa untuk aplikasi lainnya, seperti perawatan penyakit jantung.
Dalam kasus ini, nanobots akan dipandu melalui kateter yang berdiameter pembuluhnya 2 hingga 3 milimeter, untuk mencapai bagian spesifik jaringan yang memerlukan perawatan.
Teknik untuk kateter ini juga bisa digunakan untuk mencapai otak, dan target lainnya termasuk usus kecil dan saluran kemih. Pada area yang sulit dijangkau, dibutuhkan ketelitian ekstra. Inilah yang menjadikan nanobots disebut-sebut sebagai senjata untuk melawan kanker di masa depan.
Jika teknologi ini sudah bisa diakses oleh dunia kedokteran secara meluas, ahli bedah akan menerima pelatihan dalam penggunaannya.
“Namun, ini interface yang intuitif, dan nanobot akan dikendalikan dengan joystick,” jelas Nelson.
Teknologi ini kini siap untuk diuji klinis pertama pada pasien manusia, yang menurut Nelson akan dimulai tahun ini.
Sedangkan, prediksi lainnya yang tidak terbayangkan dalam nanoteknologi dikemukakan olej Nicholas Negroponte, ahli digital MIT. Pada masa depan, diperkirakan kita bisa meneruma informasi dan pengetahuan langsung dari nanobot. Mereka akan berenang menuju otak melalui pembuluh darah. (Ikr/Rcy)