Arti di Balik 'Jabat Tangan '1 Menit' Presiden China dan Taiwan?

China memandang Taiwan sebagai provinsinya yang membelot, yang suatu saat nanti akan kembali bersatu dengan wilayah Daratan.

oleh Elin Yunita Kristanti diperbarui 07 Nov 2015, 15:32 WIB
Diterbitkan 07 Nov 2015, 15:32 WIB
Pertemuan bersejarah Presiden China dan Taiwan
Pertemuan bersejarah Presiden China dan Taiwan (Reuters)

Liputan6.com, Singapura - Kali pertama sejak Perang Saudara Tiongkok berakhir pada 1949, Presiden China dan Presiden Taiwan bertemu dan berdialog.

Xi Jinping dan Ma Ying-jeou bersalaman, dengan wajah tersenyum ke arah para wartawan di lokasi pertemuan di Singapura. Jabat tangan berlangsung lama, sekitar 1 menit.

"Kedua sisi harus saling menghormari nilai-nilai dan cara hidup masing-masing," kata Presiden Taiwan Ma Ying-jeou, seperti dikutip dari BBC, Sabtu (7/11/2015)

Presiden China Xi Jinping lantas berkata pada koleganya, "Kita adalah saudara."

Taiwan memisahkan diri dari China pada 1949, ketika Kuomintang kalah dari Partai Komunis dalam perang saudara dan kemudian mendirikan pemerintahan baru.

Hubungan antara China dan Taiwan membaik di masa pemerintahan Ma Ying-jeou sejak 2008 lalu: dalam kerja sama ekonomi, peningkatan pariwisata, dan ditandatanganinya perjanjian perdagangan.

Dalam pertemuan dua pemimpin di Singapura, diperkirakan tak ada kesepakatan yang akan dicapai. Sengketa Laut China Selatan yang sedang mengemuka juga tak dibahas.

Presiden Ma mengatakan, pembicaraan bertujuan untuk mempromosikan perdamaian dan menemukan cara untuk mengurangi ancaman. Misalnya, dengan cara memindahkan rudal China yang mengarah ke Taiwan.

"Kami berharap para pemimpin bisa melangkah maju dan membuat langkah pertama untuk normalisasi hubungan."

Tujuan lain, kata Ma, adalah melembagakan pertemuan antar dua sisi, sekaligus membujuk China untuk membuka pintu lebih lebar bagi Taiwan, untuk mendapatkan pengakuan di dunia internasional.

Hubungan dua negeri yang memiliki ikatan darah tersebut sering kali tak rukun.

China memandang Taiwan sebagai provinsinya yang membelot, yang suatu saat nanti akan kembali bersatu dengan wilayah Daratan.

Di sisi lain, sebagian warga Taiwan menganggap negerinya telah merdeka dan mengkhawatirkan pengaruh China yang makin besar.

Di ibukota Taiwan, Taipei, sejumlah protes digelar, menentang pertemuan kedua pemimpin.

Sejumlah demonstran ditangkap di Bandara Songshan, dari mana Ma bertolak ke Singapura Sabtu pagi. Di sana sejumlah penentang juga mencoba membakar foto dua pemimpin.

Di sisi lain, sejumlah orang yang menyatakan dukungannya pada Ma juga mendatangi bandara. (Ein/Tnt)

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya