Presiden Baru Filipina Pencetus '911' yang Punya Banyak Kekasih

Rodrigo Duterte adalah Presiden yang kerap mengeluarkan pernyataan dan kebijakan kontroversial.

oleh Andreas Gerry Tuwo diperbarui 16 Mei 2016, 15:05 WIB
Diterbitkan 16 Mei 2016, 15:05 WIB
Rodrigo Duterte, 'Donald Trump'nya Filipina
Jajak pendapat Filipina menunjukkan, Wali Kota Davao City, Rodrigo Duterte memimpin perolehan suara.

Liputan6.com, Manila - Filipina punya presiden baru. Pria yang terpilih jadi orang Nomor Satu ke-16 di negara tetangga Indonesia ini adalah Rodrigo Duterte.

Di dunia politik Filipina, Duterte bukan nama asing. Laki-laki berusia 71 tahun yang pernah bekerja sebagai pengacara ini, sangat berpengalaman karena selama 22 tahun memimpin Kota Davao.

Duterte lahir pada 28 Maret 1945 di Maasin, Leyte Selatan. Saat jadi Walikota di Davao, dia sukses mengubah kota tersebut.

Davao merupakan salah satu kota metropolitan di Filipina. Penduduknya sangat banyak, mencapai 1,5 juta orang.

Kota ini dulunya dikenal sebagai daerah dengan tingkat kriminalitas tinggi. Namun, julukan itu datang sebelum Dutarte datang dan memimpin Davao.

Sesudah diperintah Dutarte, Davao berubah total. Pendekatan membasmi kriminalitas berhasil membuat kota tersebut menduduki peringkat ke-4 kota teraman di dunia.

Berubahnya Davao, disebabkan beberapa terobosan Dutarte. Dia adalah orang yang pertama kali membuat nomor hotline serupa 911 di Davao, dan mengambil tindakan keras bagi setiap pelaku kejahatan.

Terobosan Dutarte itu membuat dirinya mendapat julukan the punisher. Julukan itu, disematkan media ternama Time pada 2002 lalu.

Meski dinilai sukses, Dutarte tak luput dari kritikan. Sorotan tajam diarahkan karena Dutarte dituding mengerahkan penembak jitu untuk mencegah aksi kriminal terjadi di Davao.

Bukannya terpojok, Dutarte malah menanggapi tudingan itu dengan santai. Dalam sebuah siaran tv nasional, dia tak menampik tuduhan tersebut.

"Saya? Saya bagian dari kelompok pembunuh apakah benar? itu benar," sebut Dutarte seperti dikutip dari CNN, Senin (16/5/2016).

Pengakuan Dutarte ternyata tak bertahan lama. Beberapa saat sebelum Pemilu Filipina, dimulai dia menyatakan tidak pernah ada kelompok pembunuh di Davao.

Dutarte memang berhak menampik anggapan. Tetapi, data berkata lain. Kelompok Pengawas HAM New York menyebut, sejak Dutarte memimpin Davao tercatat lebih dari 1.000 orang terbunuh.

Kontroversi Terhadap Perempuan

Sikap Dutarte lain yang paling disorot publik Filipina adalah soal perempuan. Dutarte memiliki 3 anak dari hasil pernikahan pertamanya bersama Elizabeth Zimmerman.

Usai pernikahan itu kandas, Dutarte menjalin cinta tanpa status pernikahan dengan Cielito Avancena atau yang kerap disapa Honeylet.

Walau punya hubungan dengan Honeylet, Dutarte mengakui bahwa dirinya punya 3 kekasih lain.

Tak sampai di situ, ketika masa kampanye pemilihan umum dimulai, publik Filipina dihebohkan foto seorang wanita tengah duduk di pangkuannya sembari mencium bibir Dutarte.

Kelakuan Dutarte terhadap perempuan membuat aktivis wanita di Filipina jengah. Mereka bahkan melaporkan kelakuannya ke Komnas HAM Filipina. Kelompok itu, menuduh Duterte telah mencederai UU Filipina soal perlindungan wanita.

Sekali lagi, kritikan atas dirinya dijawab Duterte dengan jawaban mengejutkan.

"Suruh kelompok tersebut pergi ke neraka," ujar Duterte merespons laporan tersebut.

"Saya punya ibu, punya anak perempuan, punya istri juga, apakah saya akan melakukan (perbuatan tak berkenan terhadap perempuan) itu. Saya kira tuduhan ini datang karena saya berpisah dengan istri saya," jelasnya.

Kehidupan Seks

Sebagai seorang politisi, Dutarte dikenal gemar mengeluarkan pernyataan kontroversial. Salah satu yang paling mengejutkan soal kehidupan seksnya.

Bahkan di depan sebuah acara umum, Dutarte tak malu mengumbar kehidupan seksualnya. Termasuk pengakuan penggunaan obat kuat.

"Saya ingin memberikan (merek obat) pzifer sebuah penghargaan," jelas Dutarte seperti dikutip dari Inquirer.

Menurutnya, obat kuat membantu kehidupan seks banyak pria. Terutama yang sudah berusia lanjut seperti dirinya.

"Saya tak bisa membayangkan hidup saya tanpa viagra," tegasnya.

Diserang Lawan Politik

Banyak tuduhan atau kabar miring terhadap dirinya, tak menggentarkan langkah Duterte maju ke Pilpres Filipina. Kendati tetap maju, rangkaian serangan ke Dutarte tidak surut jelang pilpres.

Sebelum pilpres Filipina berlangsung, bahkan kritikan datang dari presiden negara tersebut, Beniqno Aquino III.

"Dia itu ancaman bagi demokrasi," sebut Beniqno.

Diserang Beniqno atau pun kelompok HAM lain, ternyata tak bisa menghentikan jalan hidup Duterte jadi Presiden. Dalam Pilpres Filipina, Duterte mendapat suara mayoritas dan menang.

Dalam sebuah wawancara, dia menyatakan cara kerasnya dalam memerintah bukan datang tanpa alasan. Dirinya menginginkan perubahan nyata di Filipina.

"Yang jelas saya ingin menghentikan korupsi dan kriminalitas. Sekali saya bilang akan menghentikan itu, maka saya akan menghentikannya," tegas Beniqno.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya