Kontroversi Capres Rodrigo Duterte, 'Donald Trump-nya' Filipina

Jajak pendapat Filipina menunjukkan, Wali Kota Davao City, Rodrigo Duterte memimpin perolehan suara.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 09 Mei 2016, 21:53 WIB
Diterbitkan 09 Mei 2016, 21:53 WIB
Rodrigo Duterte, 'Donald Trump'nya Filipina
Jajak pendapat Filipina menunjukkan, Wali Kota Davao City, Rodrigo Duterte memimpin perolehan suara.

Liputan6.com, Manila - Pemilihan umum (pemilu) di Filipina telah berlangsung sejak Senin, (9/5/2016) pagi. Jajak pendapat menunjukkan, Wali Kota Davao City, Rodrigo Duterte yang dikenal sebagai sosok kontroversial memimpin perolehan suara.

Berbagai pernyataan kontroversial yang dilontarkan Rodrigo membuat sejumlah pihak menilai dirinya mirip dengan kandidat capres Amerika Serikat, Donald Trump yang juga kerap melontarkan sejumlah lontaran yang mengundang polemik.

Rodrigo yang merupakan seorang mantan jaksa, selama masa kampanye kerap 'membumbui' pidatonya dengan sejumlah pernyataan kontroversial. Pria berusia 71 tahun itu pernah mengancam ia akan membubarkan kongres dan membentuk pemerintahan revolusioner jika kelak para legislator membekukan pemerintahannya.

Rodrigo juga sempat menjadikan kekerasan seksual sebagai lelucon. Ia juga mengatakan ia akan membantai para penjahat.

"Kamu semua yang terlibat dengan narkoba, saya akan membunuh kamu. Saya tidak memiliki kesabaran, saya tidak memiliki jalan tengah, antara kamu yang membunuh saya atau saya yang akan membunuh kamu idiot." ujar Rodrigo Duterte seperti dilansir CBS, Senin (9/5/2016).

Gaya berpolitik Rodrigo menimbulkan kekhawatiran terhadap sejumlah pihak bahwa kemenangan yang mungkin akan diraihnya akan menyia-nyiakan kemajuan ekonomi yang berhasil dicapai pemerintahan Benigno Aquino III.

Presiden Aquino sendiri menyebut, Rodrigo adalah ancaman bagi demokrasi. Lebih jauh lagi, ia bahkan menyamakan Rodrigo seperti Adolf Hitler.

Selain Rodrigo, mantan Menteri Dalam Negeri Filipina, Mar Roxas yang didukung oleh Aquino terdapat 3 kandidat lainnya tengah berjuang memperebutkan kursi presiden. Tiga kandidat tersebut antara lain Grace Poe, Jejomar Binay, dan Miriam Defensor-Santiago.

Dalam pemilu kali ini, selain menetapkan presiden dan wakilnya, rakyat Filipina juga akan memilih para senator dan sekitar 18.000 pejabat lokal termasuk wali kota.

Sejumlah laporan menunjukkan, pemilu Filipina berlangsung di tengah sejumlah insiden penembakan. Setidaknya 15 orang dinyatakan tewas dalam serangan bersenjata dan 4.000 lainnya ditahan atas dugaan penyalahgunaan senjata api.

"Mari kita tunjukkan pada dunia meski kita mendukung satu calon dengan sungguh-sungguh, namun kita dapat menyelenggarakan pemilu yang damai dan tertib yang mencerminkan semangat demokrasi," ungkap Aquino.

Sementara itu, Ketua Komisi Pemilu Andres Bautista mengatakan tidak ada gangguan yang berarti dalam proses pemungutan suara, namun tantangan utama datang dari persoalan logistik.

Sekitar 55 juta warga Filipina dikabarkan telah mendaftarkan diri di 36.000 tempat pemungutan suara di seluruh pelosok Filipina.

Sejumlah isu seperti kemiskinan, korupsi, pemberontakan, dan sengketa wilayah di Laut China Selatan dinilai merupakan isu-isu penting dalam pemilu kali ini. 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya